Empat puluh hari setelah pesan bapak itu, saat kabut tipis perlahan mendera dan gerimis turun pada dentang empat senja.
Jadi, terasa naif bila Bapak memintaku pulang. Sungguh, aku suka Jakarta. Jakarta memberiku segalanya. Nama, popularitas, kedudukan, uang.
Perempuan tua terus berjalan. Di kepalanya hanya terngiang sang cucu yang terus merengek meminta sepeda.