Puisi Sungai yang Menyampaikan Surat Terbuka | Daan Yahya/Republika

Sastra

Sungai yang Menulis Surat Terbuka

Puisi Iwan Setiawan

Oleh IWAN SETIAWAN

Pasukan yang Datang dari Arus

 

Air di Sumatra turun tanpa paspor.

Ia mengetuk kota seperti tamu yang tak diundang,

membawa kabar dari hutan yang hilang.

Di balik derasnya, ada suara lirih:

“Siapa yang pertama kali menebas rindang?”

Air hanyalah utusan;

pesannya lebih penting dari langkahnya.

 

Padang, November 2025

***

 

Sungai yang Menulis Surat Terbuka

 

Banjir adalah surat panjang

yang ditulis sungai dengan tinta keruh.

Isinya sederhana:

“Kupersempit bukan karena ingin,

tapi karena manusia menghimpit dadaku.”

Surat itu terbuka, terbaca oleh siapa pun

yang berani menatap cermin air.

 

Padang, November, 2025

***

 

Para Tentara tanpa Wajah

 

Ketika hujan turun seperti barisan

tanpa wajah dan tanpa suara,

kita tahu langit sedang berbicara.

Bukan amarah

melainkan pelurusan.

Mereka datang untuk menyingkap

bahwa keserakahan tak pernah benar-benar bisa sembunyi.

 

Padang, November 2025

***

 

Lereng yang Meruntuhkan Rasa

 

Gunung retak bukan karena lelah,

tetapi karena terlalu lama menyimpan rahasia

tentang siapa yang mengiris kulitnya.

Banjir hanya mengucap ulang

apa yang tak sempat gunung katakan,

dengan cara yang lebih tak terbantahkan.

 

Padang,  November 2025

***

 

Bayang-bayang yang Menjadi Peringatan

 

Di tengah air yang naik,

bayangan pepohonan yang hilang

tiba-tiba muncul kembali di permukaan.

Seakan ingin berkata:

“Kami tak pernah pergi,

kalian hanya tak ingin mengingat.”

Banjir menjadi panggung

yang menampilkan bayang-bayang itu.

 

Padang, November 2025

***

 

Lumpur yang Berdzikir Pelan

 

Di dasar banjir, lumpur berbisik:

“Aku saksi dari apa yang kalian abaikan.”

Ia bukan ancaman, bukan hukuman

melainkan catatan kaki dari bumi

tentang amanat yang terlupa.

Dan siapa pun yang mau mendengarkan

akan menemukan doa kecil

yang tertinggal di antara serpihan ranting.

 

Padang, November 2025

***

 

Iwan Setiawan, lahir di Kotabumi pada 23 Agustus 1980, adalah penulis dan penyair Indonesia yang menekuni puisi bernuansa sufistik dan kontemplatif. Ia merupakan penulis buku puisi Sang Pencari Cinta serta Kitab Puisi Melankolia, yang ditulis bersama Silvia Ikhsan. Karya-karyanya dikenal memadukan refleksi spiritual, simbolisme, dan kepekaan estetik, menjadikannya salah satu penulis yang konsisten mengangkat tema pencarian makna dan kedalaman batin dalam sastra Indonesia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat