Pelajar korban sabetan pedang di Kota Bogor, AS (16 tahun), dimakamkan di Desa Cijujung, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Sabtu (11/3/2023). | Shabrina Zakaria/Republika

Nusantara

Mimpi Sang Calon Insinyur Kandas di Ujung Pedang

Pembacokan terhadap dan oleh remaja kerap terjadi.

Oleh SHABRINA ZAKARIA, FITRIYAN ZAMZAMI

Hari berjalan seperti biasa pada Jumat (10/3). Rojai sedang menjalankan tugasnya sebagai seorang office boy (OB) di sebuah perusahaan di Kabupaten Bogor. Tiba-tiba salah seorang tetangganya datang meminta Rojai untuk segera pulang.

“Ada apa, ya?” tanya Rojai terheran-heran.

Alih-alih menjelaskan apa yang terjadi, sang tetangga memintanya untuk segera pulang ke rumah. Tak butuh waktu lama, ia pun meminta izin ke pimpinannya dan bergegas pulang ke rumah.

Keheranan Rojai makin menjadi-jadi tatkala melihat deretan bendera kuning berjajar di rumahnya. Belum mendapatkan penjelasan apa pun, sang tetangga membawa Rojai ke Rumah Sakit FMC di Desa Cimandala, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.

photo
Lokasi meninggalnya seorang pelajar berinisial AS akibat dibacok di sekitaran Simpang Pomad, Kota Bogor, pada Jumat (10/3). - (Shabrina Zakaria/Republika)

Setibanya di rumah sakit, Rojai melihat anak dan istrinya telah tiba terlebih dahulu. Matanya menyisir orang-orang yang hadir di sana. Istrinya, anak pertamanya, anak keduanya, tapi tak terlihat anak bungsu yang amat disayanginya itu.

“Pak, yang kuat, ya. Si Dedek …,” ujar salah seorang sanak keluarga menghampiri Rojai.

Pria berusia 56 tahun itu pun sontak menangis kencang dan histeris. Tidak menyangka jika anak bungsu kesayangannya, Arya Saputra, harus meregang nyawa dengan cara yang tragis.

Tepat pada Jumat (10/3), Arya mengembuskan napas terakhirnya di usia 16 tahun. Leher Arya disabet menggunakan sebilah pedang oleh pelajar lain ketika menyebrang di Simpang Pomad atau Jalan Raya Jakarta-Bogor, Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, sepulang dari sekolah.

 

 
Tepat pada Jumat (10/3), Arya mengembuskan napas terakhirnya di usia 16 tahun.
 
 

 

Rojai mengenang mimpi dari putra angkatnya itu. Siswa Kelas X di SMK Bina Warga itu bercita-cita ingin menjadi insinyur. Arya pun mengambil jurusan teknik kendaraan ringan (TKR) untuk meraih mimpinya.

Tak berhenti sampai di situ, Arya bermimpi untuk membangun rumah untuk kedua orang tua angkatnya yang terletak di Desa Cijujung, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Ia juga punya mimpi membelikan ibunya sebuah mobil.

Pribadi yang tidak baik, tingkahnya yang tidak macam-macam, serta sikapnya yang tidak neko-neko membuat Rojai menyayangi Arya seperti anak kandungnya. Arya yang diasuhnya sebagai anak angkat sejak usia tiga bulan ini bukan anak yang gemar membuat masalah.

“Saya merasa terpukul atas kejadian ini. Kalau bisa, dari pihak kepolisian maupun media, untuk usut, bantu kawal. Usut tuntas kejadian ini,” pinta Rojai saat ditemui Republika, kemarin.

photo
Aksi Main Bacok Pelajar - (Repubika)

Di SMK Bina Warga, Arya tercatat sebagai salah seorang penerima bantuan. Kepala Sekolah SMK Bina Warga, Surisman, menyebutkan, kondisi ekonomi Arya memang memprihatinkan.

Setelah kejadian tewasnya Arya, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) juga turun mengirimkan bantuan. Apalagi, Arya telah menjadi anak yatim sejak usia tiga bulan sehingga harus diadopsi oleh keluarga Rojai.

“Saat pemakaman, ibu asli dan ibu angkatnya ada. Yang trauma sangat ibu angkatnya karena itu paling disayang daripada anak dia sendiri kata dia,” tutur Surisman.

Kejadian tewasnya pelajar akibat serangan senjata tajam bukan baru sekali terjadi di Kota Bogor. Pada Oktober 2021, seorang pelajar SMAN 7 Bogor juga meninggal dunia setelah tubuhnya ditebas dengan celurit.

 

 
Kejadian tewasnya pelajar akibat serangan senjata tajam bukan baru sekali terjadi di Kota Bogor.
 
 

 

Peristiwa penyerangan itu menjadi pelajaran bagi seluruh satuan pendidikan, terutama Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Provinsi Jawa Barat. SMA dan SMK berada di bawah wewenang KCD.

Analis Kebijakan KCD Pendidikan Wilayah II Irman Haeruman mengakui, aksi kekerasan di antara pelajar tidak pernah bisa diperkirakan kapan dan di mana akan terjadi. Padahal, masing-masing satuan pendidikan di bawah naungan KCD sudah melakukan upaya pengawasan, bahkan bekerja sama dengan para orang tua.

Selain pengawasan, upaya yang dilakukan oleh satuan pendidikan di bawah KCD antara lain peningkatan pembelajaran budi pekerti melalui penerapan Kurikulum Merdeka, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), serta penguatan pendidikan karakter.

photo
Dua pelaku pembacokan terhadap seorang pelajar di Kota Bandung digiring aparat Polsek Gedebage di Mapolrestabes Bandung, Jumat (3/3). - ( Dok Republika)

Meski demikian, di luar kegiatan belajar-mengajar, KCD tidak mengetahui jika ada pelajar di SMA dan SMK yang saling bermusuhan satu sama lain. Apalagi, pelaku dalam kasus penyerangan Arya masih dalam pengembangan pihak kepolisian.

Oleh karena itu, KCD menyerahkan penyelidikan kasus dan penangkapan pelaku ke polisi. KCD akan terus berkoordinasi dengan kepolisian untuk meningkatkan keamanan pelajar.

“Harus (berkoordinasi). Itu memang harus kita lakukan dengan aparat setempat di lingkungan masing-masing satuan pendidikan. Itu harus,” ujar Irman.

Sementara itu, tak butuh waktu lama, Polresta Bogor Kota telah menangkap dua dari tiga terduga pelaku pembacokan Arya. Selain dua terduga pelaku, polisi juga menangkap satu orang yang membantu terduga pelaku bersembunyi.

photo
Ridwan Maulana, pelaku pembacokan terhadap temannya, Roni, dipegang oleh petugas Polsek Bandung Kulon dan dihadirkan di Mapolrestabes Bandung, Kamis (26/1/2023). - (Republika/M Fauzi Ridwan)

Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Bismo Teguh Prakoso, mengungkapkan, ketiganya ditangkap di luar wilayah Kota Bogor. Namun, ia tak menyebutkan secara terperinci mengenai waktu ketiganya ditangkap polisi.

“Pelaku dua orang tertangkap, satu lagi itu orang yang menyembunyikan itu juga kami tangkap di luar wilayah bogor tadi,” kata Bismo kepada awak media, Senin (13/3).

Bismo menyebutkan, polisi belum bisa mengungkapkan peran dari masing-masing terduga pelaku karena masih melakukan pengembangan terhadap kasus ini. “Nanti kami sampaikan perannya masing-masing. Kami mohon waktu segera kami ungkap,” pungkas Bismo.

Fitnah Teknologi

Manusia di zaman ini seakan dipermudah dan dimanjakan dengan hadirnya teknologi.

SELENGKAPNYA

Sulit Flexing, Gubernur Sa'id Cuma Punya Satu Baju Dinas

Umar meneteskan air mata begitu mengetahui gubernurnya termasuk orang miskin harta.

SELENGKAPNYA

Guru Honorer: Kami Dibawa ke Puncak, Lalu Diempaskan

Pembatalan pengangkatan PPPK dinilai tak profesional.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya