Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy di Lancaster House di London, Senin, 12 Mei 2025. | Carlos Jasso/Pool Photo via AP

Internasional

Tekanan Terhadap Israel Menguat

Inggris setop negosiasi dagang dengan Israel.

LONDON – Tekanan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari sekutu-sekutunya untuk menghentikan serangan ke Gaza terus menguat. Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengumumkan penghentian resmi perundingan perjanjian perdagangan bebas dengan Israel.

“Meskipun pemerintah Inggris tetap berkomitmen terhadap perjanjian perdagangan yang berlaku, tidak mungkin untuk memajukan diskusi mengenai FTA baru yang ditingkatkan dengan pemerintahan Netanyahu yang menerapkan kebijakan buruk di Tepi Barat dan Gaza,” demikian bunyi siaran pers pemerintah Inggris. 

Jeda tersebut terjadi ketika Lammy mengumumkan sanksi terhadap organisasi dan aktivis pemukim ilegal. Sikap resmi ini diumumkan sehari setelah Perdana Menteri Keir Starmer, bersama dengan rekan-rekannya dari Perancis dan Kanada, mengancam akan memberikan sanksi terhadap Israel karena tindakan mereka di Gaza. Selain itu, Menteri Inggris untuk Timur Tengah Hamish Falconer juga telah memanggil Duta Besar Israel untuk Inggris Tzipi Hotovely terkait perluasan operasi militer di Gaza.

Lammy mengatakan tindakan Israel dalam perangnya di Gaza dan dukungan pemerintah terhadap pemukiman ilegal “merusak hubungan kami dengan pemerintah Anda”. "Saya telah melihat sendiri konsekuensi dari kekerasan pemukim, ketakutan para korbannya, impunitas para pelakunya. Hari ini kami kembali menunjukkan bahwa kami akan terus bertindak melawan mereka yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang keji," kata Lammy kepada parlemen saat ia mengumumkan sanksi terhadap tiga orang dan empat entitas di Tepi Barat yang diduduki.

photo
Ratusan ribu orang menghadiri unjuk rasa di Den Haag, Belanda, 18 Mei 2025. Pengunjuk rasa menyerukan pemerintah Belanda mengambil tindakan terhadap Israel dan aksinya di Gaza. - (EPA-EFE/PHIL NIJHUIS)

Ia juga mendesak Netanyahu untuk kembali melakukan gencatan senjata untuk meringankan penderitaan orang-orang dalam konflik tersebut. "Dunia sedang menilai. Sejarah akan menilai mereka [Israel]," tambah Lammy. “Memblokir bantuan, memperluas perang, mengabaikan kekhawatiran teman dan mitra Anda – hal ini tidak dapat dipertahankan, dan harus dihentikan,” katanya, seraya menegaskan kembali bahwa solusi dua negara tetap menjadi “satu-satunya kerangka kerja untuk perdamaian yang adil dan abadi”.

David Lammy secara khusus mengutip Menteri Israel Bezalel Smotrich yang menggunakan kata “pembersihan” dalam kaitannya dengan populasi di Gaza. Ia mengatakan kepada parlemen di London bahwa "kita harus menyebut hal ini sebagaimana adanya. Ini adalah ekstremisme. Ini berbahaya. Ini menjijikkan. Ini mengerikan, dan saya mengutuknya dengan keras." 

Ia melanjutkan, pemerintah Inggris sedianya menilai Israel mengalami “serangan keji” pada tanggal 7 Oktober, dan mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri. Namun, narasi pemusnahan yang digaungkan pejabat pemerintah Israel dinilai sudah keterlaluan.  “Hal ini tidak dapat dibenarkan secara moral. Ini tidak proporsional, sangat kontraproduktif. Apa pun klaim para menteri Israel, ini bukanlah cara untuk membawa pulang para sandera dengan selamat.”

Dia mengatakan taktik Israel tidak akan melenyapkan Hamas, tetapi akan meninggalkan generasi yang menjadi yatim piatu dan trauma, yang siap direkrut oleh Hamas.  "Seperti yang kita pelajari di Irlandia Utara, untuk mengalahkan teroris dan ideologi sesat mereka, Anda tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan militer. Anda harus menawarkan alternatif politik yang layak." Lammy melanjutkan, “Dan sejak Israel memulai kembali serangan terhadap Gaza, pemerintah telah menuntut Israel mengubah arah… Kami telah menjelaskan bahwa tindakan Israel tidak dapat ditoleransi.”

photo
Demonstran pro-Palestina yang membawa plakat berbaris ke Whitehall dalam demonstrasi nasional untuk Palestina, di London, Inggris, 30 November 2024. - (EPA-EFE/TOLGA AKMEN)

Pemimpin SNP di Westminster, Stephen Flynn, menilai Inggris harus bertindak lebih jauh. Ia menyerukan pemungutan suara di parlemen untuk mengakui negara Palestina. “Melihat Menteri Luar Negeri Inggris akhirnya menemukan titik terang dalam masalah ini tentu saja merupakan hal yang sangat kami hargai, namun sudah lama tertunda, namun pada akhirnya, seperti telah disebutkan sebelumnya, pemerintah masih belum bisa mengambil tindakan.”

Ia mendesak aksi nyata dengan mengizinkan parlemen mengeluarkan kebijakan soal dukungan bagi Mahkamah Internasional yang sedang menyidangkan Israel atas dakwaan genosida. Selain itu juga mendukung Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang mengeluarkan surat penangkapan untuk Benjamin Netanyahu atas kejahatan perang di Gaza.  “ewan ini diberikan suara untuk mengakui apakah kita akan mengakui negara Palestina, dan dewan ini diberikan suara untuk mengakhiri semua penjualan senjata ke Israel?”

Ketika tekanan internasional meningkat terhadap pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Komisi Eropa telah meluncurkan peninjauan perjanjian perdagangannya dengan Israel sebagai tanggapan terhadap situasi “bencana” di Gaza.

Kepala kebijakan luar negeri UE, Kaja Kallas, mengatakan “mayoritas kuat” pertemuan para menteri luar negeri UE di Brussels mendukung peninjauan kembali perjanjian asosiasi blok tersebut dengan Israel. Langkah ini bertujuan untuk menentukan apakah Israel telah melanggar kewajiban hak asasi manusianya berdasarkan Pasal 2 Perjanjian Asosiasi UE-Israel.

photo
Warga Palestina membawa jenazah kerabatnya termasuk anak-anak yang syahid dalam serangan udara tentara Israel di Deir al-Balah, Gaza, Rabu, 21 Mei 2025. - ( AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot, saat berbicara di parlemen, menyambut baik keputusan tersebut dan mengatakan 17 dari 27 negara anggota UE mendukung usulan tersebut. Kallas juga menegaskan bahwa sanksi UE yang menargetkan pemukim Israel yang melakukan kekerasan telah dibuat namun tetap diblokir oleh satu negara anggota, yang tidak ia sebutkan namanya.

“Bantuan yang diizinkan Israel masuk tentu saja disambut baik,” kata Kallas. "Tetapi ini hanyalah setetes air di lautan. Bantuan harus segera mengalir, tanpa hambatan dan dalam jumlah besar, karena itulah yang dibutuhkan."

Yara Hawari, salah satu direktur Al-Shabaka, Jaringan Kebijakan Palestina, mengatakan pernyataan Inggris, Kanada, dan Perancis “mencerminkan keinginan negara-negara untuk mundur dan mencoba menutupi keterlibatan mereka”, menyoroti bahwa situasi di Gaza adalah “yang terburuk yang pernah terjadi” dan bahwa “genosida mencapai tingkat kekejaman dan ketidakmanusiawian yang baru”.

“Mereka dapat menunjuk pada pernyataan tersebut dan berkata, Anda tahu, kami memang… menentangnya,” kata Hawari kepada Aljazirah, seraya menambahkan bahwa tidak ada yang menghentikan penjualan senjata ke Israel. Hawari secara khusus merujuk pada peran Inggris, dengan mengatakan bahwa Inggris “sangat terlibat dalam hal ini”. “Ada laporan yang keluar setiap hari mengenai berapa banyak senjata yang telah ditransfer dari Inggris ke Israel selama 19 bulan terakhir,” katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Netanyahu Makin Dipojokkan Sekutu-Sekutunya

Inggris, Prancis dan Kanada ancam jatuhkan sanksi untuk Israel.

SELENGKAPNYA

Bantuan tak Cukup, ‘Hanya Bom yang Masuk Gaza’

Kondisi di Gaza saat ini yang terburuk sejak 7 Oktober 2023.

SELENGKAPNYA

Israel Habisi Rumah Sakit di Gaza

Serangan Israel kian gencar sejak akhir pekan.

SELENGKAPNYA