
Internasional
Bantuan tak Cukup, ‘Hanya Bom yang Masuk Gaza’
Kondisi di Gaza saat ini yang terburuk sejak 7 Oktober 2023.
GAZA – Israel terus melakukan pengeboman brutal ke Jalur Gaza yang terus menimbulkan korban jiwa. Sementara bantuan yang dibolehkan masuk ke Gaza masih berupa tetesan-tetesan di tengah lautan kebutuhan warga.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA, mengatakan “Jalur Gaza kemungkinan besar akan menghadapi krisis kemanusiaan terburuk sejak Oktober 2023.” “Pemboman Israel yang intensif dari udara, darat, dan laut telah mengakibatkan ratusan korban jiwa dan pengungsian massal,” kata UNRWA dalam sebuah postingan di X.
"Selama 11 pekan, pemerintah Israel dengan sengaja memblokir semua pasokan ke Gaza. Satu-satunya yang masuk ke Gaza saat ini adalah bom. Tidak ada tempat yang aman."
Sumber-sumber medis melaporkan bahwa 67 warga Palestina syahid sejak fajar pada hari Selasa dalam penembakan Israel di Jalur Gaza, yang menargetkan tempat pengungsian dan beberapa pusat kesehatan. “Israel juga melakukan rencana sistematis untuk menghancurkan sektor kesehatan,” menurut Marwan al-Hamas, direktur rumah sakit sipil di Gaza.
The #Gaza Strip is likely facing its worst humanitarian crisis since October 2023.
Intensified Israeli bombardments from air, land, and sea have resulted in hundreds of casualties and mass displacement. For 11 weeks, Israeli authorities have deliberately blocked all supplies to… pic.twitter.com/IBROQ40Rb4 — UNRWA (UNRWA) May 20, 2025
Koresponden Aljazirah di Gaza melaporkan bahwa 12 orang syahid dalam serangan pesawat tempur di Sekolah Musa bin Nusair, yang menampung para pengungsi di lingkungan Al-Daraj sebelah timur Kota Gaza. Koresponden juga melaporkan bahwa jumlah korban jiwa meningkat menjadi 15 orang menyusul pemboman Israel yang menargetkan pompa bensin Radi, yang dipenuhi pengungsi, di sebelah barat kamp Nuseirat di Jalur Gaza tengah.
Jumlah korban jiwa bertambah menjadi 13 orang menyusul serangan udara Israel yang menargetkan rumah keluarga Abu Samra di timur Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah. Sembilan orang, termasuk wanita dan anak-anak dari satu keluarga, syahid dalam serangan udara Israel yang menargetkan rumah keluarga al-Muqayyad di kamp Jabalia, utara Jalur Gaza.
Seorang warga Palestina syahid dalam pemboman Israel di Jalan Al-Sikka di lingkungan Al-Zeitoun, tenggara Kota Gaza. Dua warga Palestina syahiddan lainnya terluka dalam serangan pesawat tak berawak Israel di kawasan Al-Manara, sebelah timur Khan Yunis, di selatan Jalur Gaza.
Sementara itu, kru pertahanan sipil di Gaza utara mampu memadamkan api yang terjadi di generator listrik di dalam Rumah Sakit Indonesia menyusul serangan langsung oleh pasukan pendudukan Israel.

Pasukan pendudukan mencegah tim pertahanan sipil mencapai rumah sakit Indonesia setelah penembakan menargetkan area generator, menyebabkan kebakaran yang berlangsung berjam-jam, memicu kepanikan di antara pasien dan staf medis.
Sementara itu, Marwan al-Hams, direktur rumah sakit lapangan di Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza, mengatakan bahwa penjajah bekerja berdasarkan rencana sistematis untuk menghancurkan sektor kesehatan. Berbicara kepada Aljazirah, dia menambahkan bahwa kampanye berkelanjutan tentara pendudukan terhadap sistem kesehatan mengancam kehidupan warga Gaza.
Pada Senin, serangan udara Israel menargetkan gudang obat utama di Rumah Sakit Nasser. Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan pemboman itu membakar sejumlah besar obat-obatan yang tersisa di gudang. Pasukan pendudukan melancarkan serangan di Rumah Sakit Eropa Gaza di sebelah timur Khan Yunis.
Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengumumkan bahwa 92 persen rumah di Gaza telah hancur atau rusak, karena banyak keluarga yang menghadapi “kehancuran yang luar biasa” akibat agresi Israel di Jalur Gaza. Badan tersebut mengkonfirmasi bahwa banyak sekali warga yang terpaksa mengungsi beberapa kali karena kurangnya tempat berlindung.

Menurut data terbaru dari Kantor Media Pemerintah di Gaza, yang dirilis pada 8 Mei, 38 rumah sakit, 81 pusat kesehatan, dan 164 fasilitas kesehatan hancur, terbakar, atau tidak dapat digunakan selama perang pemusnahan Israel.
Israel telah melancarkan perang genosida besar-besaran terhadap warga Palestina di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, menyebabkan lebih dari 174.000 warga Palestina syahid atau terluka, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 11.000 orang hilang.
Rencana bantuan terbatas Israel untuk Gaza jauh dari apa yang dibutuhkan dan melanggar prinsip-prinsip dasar kemanusiaan, menurut Tess Ingram, manajer komunikasi UNICEF untuk wilayah MENA.

“Segenggam truk saja tidak cukup,” kata Ingram kepada Aljazirah. “Ada dua juta orang yang telah mengalami kekurangan selama tiga bulan atas semua kebutuhan dasar yang mereka perlukan untuk bertahan hidup – makanan, air, obat-obatan.”
Dia mengatakan bahwa menerima bantuan dalam jumlah kecil sekalipun akan terasa berat, karena skema distribusi Israel tampaknya hanya bergantung pada “segelintir” pusat bantuan di Gaza selatan.
Artinya, “orang-orang harus berjalan jauh hanya untuk mengumpulkan [paket bantuan] – yang beratnya mungkin 20-25 kg – dan kemudian berjalan kembali,” katanya. "Bayangkan seseorang yang kelelahan, sakit, kekurangan gizi, dan harus diamputasi – bagaimana orang-orang tersebut bisa mengakses bantuan tersebut? Itu tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan."
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Didesak Dunia, Israel Buka Blokade Bantuan ke Gaza
Kabinet Israel bersitegang soal bantuan ke Gaza.
SELENGKAPNYAIsrael Lancarkan Operasi Kereta Gideon, Gaza Dibombardir
Ratusan warga Gaza syahid dalam beberapa hari belakangan.
SELENGKAPNYA