Hikmah
Tamak Harta
Mencari harta tanpa rasa tamak, maka keberkahanlah yang pasti datang.
Oleh AHMAD AGUS FITRIAWAN
Demi harta, seseorang sering berpeluh, terseok, dari pagi hingga malam. Banyak waktu yang dikorbankan, banyak kesempatan yang terlewat demi mengejarnya.
Kadang kesempatan mendekat kepada Allah SWT, kesempatan melakukan ibadah-ibadah sunnah, kesempatan shalat tepat pada waktunya juga ikut terlewat. Belum lagi kesempatan berkumpul dengan keluarga.
Anehnya, yang namanya harta seringkali sulit membuat senang pemiliknya. Meski ia telah begitu banyak di genggaman, harta itu terus saja memanggil-manggilnya.
Menyibukkan diri mengais harta secara berlebihan adalah fitnah yang merusak agama seseorang. Hal ini karena harta dapat melalaikan pikiran manusia dari melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT dan membuatnya lupa kepada akhirat.
Menyibukkan diri mengais harta secara berlebihan adalah fitnah yang merusak agama seseorang. Hal ini karena harta dapat melalaikan pikiran manusia dari melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT dan membuatnya lupa kepada akhirat.
Fitnah lain yang ditimbulkan dari kecintaan yang berlebihan terhadap harta adalah sifat tamak atau rakus dan ambisi untuk mengejar dunia, yang berdampak buruk pada munculnya rasa tidak pernah puas dan tidak pernah kenyang.
Ketamakan seseorang terhadap harta lebih parah dibandingkan seekor serigala lapar yang dilepas pada kawanan domba. Karena serigala lapar hanya akan memakan domba, sedangkan orang yang rakus akan melahap apa saja yang ada di depannya.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah gerombolan kambing lebih merusak daripada merusaknya seseorang terhadap agamanya karena ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan yang tinggi.” (HR at-Tirmidzi, No 2482).
Keinginan untuk memiliki harta yang banyak memang tidak terlarang, bahkan sangat dianjurkan selama dicari dengan jalan yang halal dan benar. Kemudian, harta itu digunakan untuk kebaikan, seperti bersedekah, berzakat, berhaji, atau amal-amal sosial lainnya. Jadi, harta dicari sebagai sarana beramal saleh untuk bekal di akhirat.
Seseorang yang mencari harta untuk kebaikan tanpa rasa tamak dan bersifat qanaah, maka keberkahanlah yang pasti datang.
Nabi SAW bersabda, “Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau lagi manis. Barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya (tidak tamak dan tidak mengemis), maka harta itu akan memberkahinya. Namun barangsiapa yang mencarinya untuk keserakahan, maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti orang yang makan, tapi tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.” (HR Bukhari No 1472).
Keinginan untuk memiliki harta yang banyak memang tidak terlarang, bahkan sangat dianjurkan selama dicari dengan jalan yang halal dan benar. Harta dicari sebagai sarana beramal saleh untuk bekal di akhirat.
Ingatlah, pesan Baginda Rasul SAW dalam sabdanya, “Seorang hamba berkata, ‘Hartaku! Hartaku! Sesungguhnya ia hanya memiliki tiga hal dari hartanya: apa yang telah ia makan lalu habis, atau apa yang ia kenakan lalu usang, atau apa yang ia berikan lalu ia simpan untuk akhiratnya. Adapun selain itu, maka ia akan pergi dan ditinggalkannya untuk orang lain." (HR Muslim).
Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa harta manusia yang sebenarnya adalah yang ia sedekahkan. Apa saja yang ia makan dan pakai pasti akan habis.
Adapun harta yang ia kumpulkan dan ia simpan itu sama sekali bukan miliknya. Jika ia meninggal dunia, maka seluruh hartanya yang ia simpan dan kumpulkan itu menjadi milik ahli warisnya, bukan miliknya lagi. Yang menjadi miliknya di akhirat hanyalah yang ia sedekahkan.
Jadi cinta harta, kedudukan, jabatan, dunia, dan lainnya akan merusak agama seseorang dan merusak kehormatannya. Kemudian akan menjadi penyesalan yang berkepanjangan sampai hari kiamat.
Semoga Allah SWT menjadikan kita para hamba-Nya yang tujuan hidupnya akhirat dan tidak tertipu dengan harta, takhta, dan dunia. Aamiin.
Wallahu a'lam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
GIP 111, Ikhtiar Jangka Panjang Muhammadiyah untuk Pendidikan
GIP 111 menjadi langkah awal bagi Muhammadiyah mendirikan
SELENGKAPNYALangkah Tenang KH Ahmad Dahlan
Menghadapi caci maki dari sesama Muslim dan tekanan pemerintah kolonial, Kiai Dahlan tak gentar.
SELENGKAPNYABully Akun Media Sosial Tentara Israel, Apa Hukumnya?
Umat Islam di Indonesia bisa menghentikan dengan lisan yang pada konteks saat ini melalui media sosial.
SELENGKAPNYAIsrael Melawan Kehendak Dunia
Israel menjadi satu-satunya negara yang melawan kehendak masyarakat internasional.
SELENGKAPNYA