ILUSTRASI Masjid Baiturrahman di Banda Aceh. | DOK PXHERE

Dunia Islam

Sastra Aceh, Sastra Perjuangan

Bagi orang Aceh, karya-karya sastra menjadi bagian dari sejarah panjang perjuangan.

Kata adalah senjata. Ungkapan itu tepat untuk menggambarkan fungsi sastra di tengah masyarakat dan di dalam sejarah. Betapa banyak peristiwa besar yang direpresentasikan—atau bahkan dipicu—karya-karya kaum penyair, prosais, maupun dramawan.

Aceh merupakan contoh, betapa khazanah kesusastraan tidak terlepas dari perjalanan sejarah masyarakat setempat, termasuk dalam berjuang melawan penjajahan. Lebih-lebih, agama Islam menjiwai segala aspek kebudayaan Tanah Rencong, begitu pun sastranya.

Budayawan Prof Ali Hasjmy (wafat 1998) dalam artikelnya di buku Seulawah Antologi Sastra Aceh (1995) memaparkan kaitan antara sastra dan perjuangan bagi rakyat Aceh. Pertama-tama, Aceh sebagaimana bangsa Arab amat menghargai kesusastraan. Masyarakat setempat sangat mengapresiasi mereka yang pandai bersyair. Dengan karya-karya, kalangan penyair turut berkontribusi dalam kemajuan Aceh, termasuk pada masa kolonial.

“Untuk menghadapi musuh yang hendak memperkosa kemerdekaan Aceh, para sastrawan Aceh, baik ulama maupun sastrawan non-ulama, menciptakan puisi dalam bentuk hikayat,” kata Ali Hasjmy.

“Umpamanya, Hikayat Prang Peuringgi untuk menghadapi penjajahan Portugis, Hikayat Meudeuhak, Hikayat Prang Sabi, dan sebagainya untuk menghadapi penjajahan Belanda,” lanjut gubernur Aceh periode 1957-1964 itu.

 

 
Hikayat Prang Peuringgi dibuat untuk memompa spirit perjuangan rakyat Aceh yang ketika itu dipimpin Pangeran Ali Mughaiyat Syah.
   

 

Hikayat Prang Peuringgi dibuat untuk memompa spirit perjuangan rakyat Aceh yang ketika itu dipimpin Pangeran Ali Mughaiyat Syah. Pasukan Aceh pun mampu melibas tentara Portugis di Lamno Jaya. Mereka terus mengejar balatentara kolonial ini hingga ke Kuala Jambo Aye. Pertempuran laut amat dahsyat terjadi hingga kemenangan diraih Aceh dan kapal-kapal Portugis harus menyingkir ke Malaka. Berikut petikan terjemahan Hikayat Prang Peuringgi, sebagaimana dikutip Ali Hasjmy.

Sorak-sorai membahana angkasa
Perang berkecamuk laksana di Bada (Perang Badar –Ali Hasjmy)
Sukar menaksir bunyi-bunyian,
Segala permainan dibawa ke sana.

Di pihak kafir macam-macam
Dalam pandangan aneka rupa
Kedua pihak berhadap-hadapan,
Dempik sorak memecah telinga,

Bumi laksana goyang bergerak,
Langit berputar menghayak layaknya,
Bukit terasa seperti terkoyak,
Ada yang galak, ada yang duka,
Di sana-sini, dempik dan sorak,
Lembing dan tombak lepas mengudara.

Ali Hasjmy menambahkan, Hikayat Prang Peuringgi mampu membangkitkan jiwa jihad rakyat Aceh lantaran ia mengisahkan kembali dengan penuh keharuan sejumlah perang yang diikuti Rasulullah SAW. Misalnya, perang Badar, perang Uhud, dan perang Hunain. Penggambarannya hidup sekali sehingga, lanjut Ali Hasjmy, siapapun yang mendengarkannya dilantunkan akan tergugah untuk berangkat ke medan jihad melawan kaum kafir penindas.

Adapun Hikayat Prang Sabi merupakan karya Teungku Chik Pante Kulu (lahir tahun 1836) menjelang akhir abad ke-19. Penyair ini menulis hikayat tersebut dalam perjalanannya dari Jeddah (Arab Saudi) ke Pulau Pinang (kini Malaysia).

 
Hikayat Prang Sabi merupakan insipirasi dan pemompa semangat utama rakyat Aceh dalam melawan penindasan Belanda.
   

Ali Hasjmy bahkan menyimpulkan, teks prosa liris Hikayat Prang Sabi merupakan insipirasi dan pemompa semangat utama rakyat Aceh dalam melawan penindasan Belanda. Menurut Ali Hasjmy, kehebatan Hikayat Prang Sabi bisa dilihat dari jumlah baitnya yang sekurang-kurangnya menyamai Iliad dan Odyssey karya penyair Yunani Kuno, Homer.

Sarat fungsi

Imran T Abdullah dalam artikelnya, “Peranan Penulis-penulis Islam dalam Membentuk Kepribadian Ummah”, menggolongkan Hikayat Prang Sabi ke dalam bentuk sastra perlawanan. Muaranya pada mobilisasi rakyat Aceh untuk menghalau kolonial Belanda selama-lamanya. Imran menjabarkan beberapa poin penting dari teks Hikayat Prang Sabi.

Pertama, rakyat diajak untuk berintrospeksi diri. Kedua, Hikayat Prang Sabi menyebutkan, kedatangan kaum kafir, yakni kolonial Belanda, sebagai penanda bahwa dunia akan menjumpai Hari Kiamat. Karena itu, rakyat Aceh diimbau untuk segera bertaubat.

Ketiga, kinilah melalui perang melawan Belanda, maka terbuka pintu taubat itu. Terjun ke medan jihad merupakan ibadah yang paling utama dengan pahala yang berlipat ganda. Keempat, rakyat Aceh yang mati syahid di medan pertempuran akan mendapatkan nikmat surga, sesuai dengan janji Allah.

Adapun bagi mereka yang mengabaikan panggilan jihad, maka murka dan kutukan dari Allah menantinya. Kelima, Hikayat Prang Sabi melukiskan bahaya bila sampai orang kafir menguasai negeri Aceh. Sebab, kaum kafir ini akan menerapkan hukum-hukum yang tak bersumber dari Kitabullah.

Disuruh ibadat tak pernah alpa, memerangi kafir tiada reda
Ibadat utama hanya perang sabil, tiada yang lain padanannya
Firman Tuhan Rabbul Jalil, Hadith Nabi Sayidil Anbia
Jalan terbaik menghadap Rabbi, hanya perang sabil lain tiada
Begitu wasiat Sayidil Anbia, disuruh lawan kafir Belanda

Jikalau mati dalam peperangan, bersama junjungan dalam surga
Muhammad Amin sangat penyayang, di akhirat tuan sangat setia
Hingga nanti kala kiamat, tak usah diingat semua perkara
Waktu dibangkitkan oleh Tuhan, Jibrail turun ke dunia
Membangunkan Sayidil Insan, perintah Tuhan pada Sayidina.

photo
Naskah Hikayat Prang Sabi - (DOK WIKIPEDIA)

Demikian kutipan terjemahan Hikayat Prang Sabi seperti ditulis Ali Hasjmy. Tampak penggambaran kemuliaan berjuang membela Islam dan mengharapkan ridha Allah serta kerinduan terhadap Nabi Muhammad SAW. Itulah nilai patriotisme sejati dalam Islam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mengenal Abu Nawas, Sufi Jenaka dari Abbasiyah

Abu Nawas berkawan baik dengan sultan Abbasiyah, Harun al-Rasyid.

SELENGKAPNYA

Ketika Mimpi Dibalas Mimpi

Dengan dalih disuruh perintah lewat mimpi, Abu Nawas menyuruh para muridnya hancurkan rumah kadi.

SELENGKAPNYA

Khoirul Hikmah Faqih, Bangkit Lewat Energi Baru Alquran

Anggota MQA telah tersebar di beberapa daerah di Indonesia.

SELENGKAPNYA