ILUSTRASI Abu Nawas menyuruh murid-muridnya menghancurkan rumah kadi. | DOK WIKIPEDIA

Kisah

Ketika Mimpi Dibalas Mimpi

Dengan dalih disuruh perintah lewat mimpi, Abu Nawas menyuruh para muridnya hancurkan rumah kadi.

Abu Nawas pada suatu sore mengajar murid-muridnya di majelis masjid. Tiba-tiba, datanglah dua orang tamu, yakni seorang wanita tua penjual kopi dan seorang pemuda.

Perempuan tersebut berujar beberapa patah kata dengan si anak muda. Tampak bahwa lelaki itu diarahkannya untuk masuk ke masjid.

Kepada Abu Nawas, ia mengaku sebagai seorang perantau dari Mesir. Kadi Kota Baghdad telah menzaliminya sehingga kini dirinya tidak memiliki apa-apa. Untuk bertahan hidup, pemuda ini terpaksa mengemis.

"Kadi Baghdad merebut semua hartaku hanya karena ia bermimpi!" katanya.

Kemudian, Abu Nawas mengumpulkan seluruh muridnya di masjid. "Pengajian kita sudahi. Sekarang, pulanglah kalian. Pada malam nanti, datanglah lagi ke sini dengan membawa parang, kapak, martil, dan batu," katanya.

 
Tanpa banyak tanya, para santrinya mematuhi perintah sang guru.
   

Tanpa banyak tanya, para santrinya mematuhi perintah sang guru. Sementara itu, pemuda Mesir tersebut diminta Abu Nawas untuk tinggal sejenak di masjid. 

Malam harinya, murid-murid Abu Nawas datang dengan membawa pelbagai benda yang diperintahkan guru mereka.

Kemudian, ulama tersebut berkata, "Sekarang, kalian semua pergi ke rumah kadi Baghdad! Hancurkanlah rumahnya hingga rata dengan tanah."

"Hah? Mengapa kita menyerang rumah Tuan Kadi?" gumam sebagian mereka.

"Apa? Kalian jangan ragu! Laksanakan saja perintah gurumu ini," ujar Abu Nawas lagi, "kalau ada yang berusaha mencegah atau bertanya kepada kalian, katakan saja bahwa akulah yang menyuruh merusak. Bila ada yang memukul kalian, pukul balik dan lempari ia dengan batu."

Habis berkata demikian, para santri Abu Nawas pun bergerak ke rumah Kadi Baghdad. Orang-orang yang menyaksikan mereka terheran-heran. Ada apa dengan anak-anak muda ini? Terlebih lagi ketika murid-murid tersebut memulai aksinya: menghancurkan rumah sang kadi.

Sejumlah warga berusaha mencegah perbuatan mereka. Karena jumlah murid-murid Abu Nawas lebih banyak, orang-orang itu pun menyingkir. Melihat banyak pemuda merusak rumahnya, Tuan Kadi segera keluar dan bertanya, "Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku!?"

 
Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku!?
   

Murid-murid itu menjawab, "Guru kami, Tuan Abu Nawas, yang menyuruh kami!" Habis menjawab itu, mereka tetap meneruskan aksinya.

Malahan, kini beberapa dari santri-santri tersebut bersiap meludeskan sisa-sisa dinding dengan api. Tidak lama kemudian, ratalah rumah pejabat itu dengan tanah.

Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena tidak ada yang berani membelanya. "Dasar Abu Nawas provokator, orang gila! Besok pagi akan kuadukan dia kepada Baginda Raja!" katanya.

Keesokan harinya, Tuan Kadi langsung menghadap raja. Penguasa Abbasiyah itu pun menyuruh utusan untuk mendatangkan Abu Nawas ke hadapannya.

Sesampainya di istana, Abu Nawas dimintai klarifikasi. "Benarkah engkau yang menyuruh murid-muridmu untuk merusak rumah Tuan Kadi? tanya Baginda.

"Benar, akulah yang menyuruh mereka."

"Atas dasar apa engkau merasa berhak merusak rumahnya?" selidik sang raja.

"Wahai Baginda, sebabnya adalah bahwa pada suatu malam aku bermimpi, Tuan Kadi menyuruhku merusak rumahnya. Sebab, ia mengaku, rumah itu tidak cocok lagi untuknya. Ingin rumah yang lebih bagus lagi. Karena mimpi itulah, aku menyuruh para santri untuk menghancurkan rumah Tuan Kadi," jelas Abu Nawas. 

 
Karena mimpi itulah, aku menyuruh para santri untuk menghancurkan rumah Tuan Kadi.
   

"Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah perintah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai itu?"

"Aku memakai hukum Tuan Kadi sendiri, Baginda," jawab Abu Nawas, tenang. 

Mendengar perkataan itu, sang kadi mendadak gugup, wajahnya pun menjadi pucat. 

"Hai Kadi, benarkah kamu mempunyai hukum seperti itu?" tanya sang raja.

Namun, Tuan Kadi tidak menjawab. Kini tubuhnya gemetaran karena ketakutan. 

"Abu Nawas! Jangan bikin aku pusing! Jelaskan, mengapa sampai ada peristiwa ini!" tegas Baginda.

"Baiklah," Abu Nawas tetap tenang, "Baginda, beberapa hari yang lalu, ada seorang pemuda Mesir datang ke Baghdad untuk berdagang sambil membawa harta yang banyak sekali. Pada suatu malam, ia bermimpi menikah dengan putrinya Tuan Kadi dengan mahar sekian banyak.

 
Ini hanya mimpi, Baginda. Namun, Tuan Kadi yang mendengar kabar itu langsung mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. Tentu saja, si remaja tidak mau membayar mahar hanya karena mimpi.
   

Di sinilah arogansi Tuan Kadi muncul. Ia kemudian merampas semua harta benda pemuda Mesir itu sehingga anak muda ini jatuh miskin. Untuk bertahan hidup, ia terpaksa mengemis sampai kemudian ditolong seorang wanita penjual kopi."

Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas. Sang raja lalu menyuruh bawahannya agar mendatangkan si pemuda Mesir kepadanya. Kemudian, ia bertanya kepada anak muda ini. "Hai kamu, ceritakanlah ihwal dirimu sejak engkau datang ke kota ini," katanya.

Ternyata, cerita pemuda tersebut sama dengan yang disampaikan Abu Nawas. Malahan, ia membawa dua orang saksi, yakni wanita si penjual kopi dan seorang bapak pemilik kos tempatnya menginap. 

"Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat orang yang salah untuk jabatan hakim!" seru Baginda.

Sang raja amat murka. Kadi yang belum lama diberi jabatan itu pun dipecat. Bukan hanya itu, seluruh hartanya lalu dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir.

photo
Sketsa wajah Abu Nawas. - (DOK WIKIPEDIA)

Setelah perkara selesai, anak muda itu hendak pamit kepada Abu Nawas. Saking gembiranya, ia berjanji akan membalas kebaikan sang alim, berapa pun diminta akan diberinya.

"Jangan engkau memberikan kepadaku barang apa pun. Aku tidak akan menerimanya sama sekali," katanya.

Betul-betul kagum pemuda ini kepada Abu Nawas. Sesampainya di kampung halaman, ia menceritakan kisahnya sehingga reputasi ulama Baghdad ini terkenal di Mesir.

Arab Saudi Bertekad Lanjutkan Program Nuklir Sipil

Program nuklir Saudi menggandeng Amerika.

SELENGKAPNYA

Panduan Umrah untuk Jamaah Haji

Umrah diartikan sebagai ziarah ke Ka'bah dalam kondisi ihram dengan tawaf,sai dan tahalul.

SELENGKAPNYA

Revolusi Hijau di Masjid Istiqlal

Air yang sudah diolah bersih ditampung pada satu tempat yang kemudian digunakan untuk menyiram tanaman dan pepohonan di area Istiqlal.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya