Mahmudi (65 tahun), jamaah haji asal Mandailing Natal, Sumatera Utara tengah diantar petugas menuju Masjid Nabawi. | Rep-Agung Sasongko

Laporan Utama

Menembus Hujan dan Petir demi Berjamaah di Masjid Nabawi

Pentingnya memperhatikan kondisi dan kesehatan diri selama pelaksanaan ibadah haji.

Oleh AGUNG SASONGKO, ANDRIAN SAPUTRA

Mahmudin (65 tahun) begitu bersemangat setelah menginjakkan kaki di Madinah, Arab Saudi, Kamis (25/5/2023). Tanpa menunggu waktu lama, jamaah kloter pertama dari Mandailing Natal tersebut segera melaksanakan shalat Ashar dalam rangkaian ibadah Arbain di Masjid Nabawi. Pada sore itu, Mahmudin meninggalkan Hotel Grand Plaza Al Madinah meski hujan petir mengiringi.

Keterbatasan kondisi fisik yang dialaminya seusai strok tak menyurutkan semangatnya. Berkali-kali, ia ucapkan kalimat, "Saya tidak sakit, biasa aja," kata pria yang tiba di Madinah Kamis, 25 Mei 2023.

Saat seorang petugas menawarinya untuk menggendong menuju masjid, dia menolak. Petugas itu tetap menemani dan menggandeng tangannya sampai ke masjid. "Enggak usah, saya insya Allah kuat. Saya akan berusaha. Doakan saya ya, Pak," ujar dia terbata-bata.

photo
Hujan di Madinah (Ilustrasi) - (Republika-Agung Sasongko)

Mahmudi yakin mampu menjalankan rangkaian ziarah dan ibadah haji baik rukun maupun sunah. Sejak pertama kali tiba di Madinah, doanya khusus meminta kebaikan negeri Madinah. "Ya Allah, saya minta kebaikan negeri dan penduduk negeri ini," kata dia, mengulangi doa saat awal kedatangan di Madinah. Bersama istrinya, Mahmudi optimistis dapat melaksanakan ibadah haji dengan sempurna.

Mahmudi merupakan satu dari sekitar 67 ribu jamaah lansia yang berangkat untuk menunaikan ibadah haji pada tahun ini. Sebagai jamaah gelombang pertama, Mahmudi dan jamaah lainnya dijadwalkan untuk melakukan ibadah shalat Arbain atau shalat 40 waktu selama sembilan hari di Masjid Nabawi. Pada umumnya, jamaah haji akan berupaya konsisten melaksanakan shalat secara berturut-turut dan tidak ketinggalan takbiratul ihram bersama imam.

photo
Kedatangan Jamaah Haji Indonesia: Kepala Daerah Kerja Makkah, Arsyad Hidayat menyambut kedatangan seorang jamaah haji lanjut usia di Tanah Suci, Makkah, Ahad (30/9) siang waktu Arab Saudi. Jamaah haji Indonesia mulai memasuki kota suci pertama bagi kaum Muslim untuk menunaikan rukun Islam kelima.  - (Heri Ruslan/Republika)

Meski demikian, jamaah lansia yang menyumbang sekitar 30 persen dari total jamaah haji Indonesia diharapkan untuk memperhatikan kondisi dan kesehatan.

Direktur Bina Haji Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Arsad Hidayat menjelaskan, apabila kondisi jamaah tidak memungkinkan untuk menunaikan shalat Arbain di Masjid Nabawi, mereka dapat melaksanakan shalat berjamaah di masjid-masjid terdekat dengan hotel.

"Tidak mesti dilakukan di Masjid Nabawi kalau kondisi fisiknya tidak memungkinkan mereka untuk melakukan shalat berjamaah di Masjid Nabawi. Tapi, kalau memungkinkan, saya kira disarankan sekali, karena fadhilahnya sangat besar untuk orang melaksanakan shalat Arbain," kata Arsad kepada Republika, Selasa (23/5/2023).

Arsad menekankan pentingnya memperhatikan kondisi dan kesehatan diri selama pelaksanaan ibadah haji. Terlebih, bagi para jamaah lansia yang rentan. Dia berharap agar memperhatikan kondisi dan tidak memaksakan diri.

Ia mengatakan, apabila memungkinkan bagi jamaah untuk berjalan kaki menuju Masjid Nabawi dengan mempertimbangkan jarak yang tidak terlalu jauh, mereka bisa melakukan shalat di masjid yang dibangun oleh Rasulullah SAW tersebut.

photo
Jamaah calon haji (calhaj) lansia Kloter 3 menunggu pengesahan kesehatan di Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (24/5/2023). Ada sebanyak 29.657 jamaah calon haji (calhaj) yang akan berangkat dari Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi. Para jamaah akan tinggal di Asrama Haji selama 24 jam sebelum berangkat ke bandara. Perbedaan dalam pelaksanaan haji tahun ini dibandingkan dengan tahun adalah tahapan mulai dari pemeriksaan kesehatan hingga pemberian biaya hidup (living cost) atau uang saku dilakukan sesaat setelah kedatangan jemaah calon haji. - (Tahta Aidilla/Republika)

"Tetapi, seandainya kondisi fisiknya sedang tidak memungkinkan untuk jalan kaki saya kira, saya sarankan untuk melakukan shalat di masjid sekitar hotel atau boleh juga melakukan sholat bersama-sama di kamarnya atau mungkin tempat-tempat yang disepakati untuk shalat berjamaah," kata dia.

Selama berada di Madinah, jamaah haji juga dapat berziarah ke beberapa tempat yang dimuliakan, seperti ke Masjid Quba, Gunung Uhud, Makam Baqi, dan lainnya. Akan tetapi, dia menilai, hal tersebut tidak diwajibkan dalam rangkaian ibadah haji. Meski demikian, bagi jamaah yang berkeinginan untuk melakukan ziarah ke tempat-tempat bersejarah tersebut, Arsad mengingatkan untuk mempertimbangkan kondisi fisik, terlebih bagi jamaah lansia.

"Kalau seandainya kondisinya fisiknya memungkinkan silakan. Tapi, umpamanya kondisi fisiknya tidak memungkinkan karena lansia atau mungkin kondisi fisiknya lemah tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh, saya sarankan untuk tetap berada di hotel memanfaatkan waktu istirahat untuk kepentingan yang lebih besar lagi. Kemudian terlalu banyak melakukan aktivitas-aktivitas di luar yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah haji seperti belanja atau lainnya," kata dia.

Ketua Majelis Taklim dan Dzikir Baitul Muhibbin, Habib Abdur Rahman Al-Habsyi, menjelaskan, shalat Arbain adalah ibadah shalat berjamaah di masjid Nabawi bersama imam rawatib sebanyak 40 waktu yang dilaksanakan secara berturut-turut tanpa ketinggalan satu shalat pun yang dilakukan selama delapan hari.

Habib Abdur Rahman mengatakan, shalat Arbain memiliki keutamaan, yakni membebaskan diri dari api neraka, azab, dan terbebas dari kemunafikan. Ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: Barang siapa yang shalat di masjidku (Nabawi) empat puluh kali shalat, tidak tertinggal satu shalat pun maka baginya pembebasan dari api neraka dan selamat dari azab, serta terbebas dari kemunafikan (HR Ahmad).

Dia menegaskan, Imam Nawawi juga menganjurkan agar selama di Madinah, jamaah haji menunaikan seluruh shalat di masjid Rasulullah SAW dan sebaiknya setiap masuk masjid berniat iktikaf. Dengan demikian, dia menilai, selama jamaah haji berada di Madinah baik keberadaannya kurang dari delapan hari atau lebih, disunahkan untuk terus shalat berjamaah di Masjid Nabawi.

 
Jangan sampai kita mengejar yang dianjurkan lalu, mengabaikan yang wajib, mengingat proses perjalanan ibadah haji masih panjang
HABIB ABDURRAHMAN
 

Menurut Habib Abdur Rahman, jamaah haji tetap harus memperhatikan kesehatan diri dan tidak memaksakan untuk melakukan shalat Arbain bila tidak memungkinkan atau berisiko. Terlebih, bagi jamaah haji lanjut usia (lansia) dengan risiko tinggi, ia menyarankan agar lebih mengutamakan kesehatan untuk mempersiapkan diri untuk puncak haji.

photo
Jamaah Haji membawa kartu kesehatan jamaah - (Rep-Agung Sasongko)

"Bagi Jamaah haji lansia, juga patut memperhatikan kesehatan mereka selama berada di Madinah. Mengingat bahwa shalat arbain adalah merupakan anjuran bukan kewajiban. Maka jangan sampai kita mengejar yang dianjurkan lalu, mengabaikan yang wajib, mengingat proses perjalanan ibadah haji masih panjang dan disana ada puncaknya haji yaitu wukuf di Arafah," kata Habib Abdur Rahman kepada Republika.id pada Rabu (24/5/2023).

Menurut Habib Abdur Rahman, jamaah yang tidak dapat menjalankan ibadah Arbain karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan dapat mengerjakan amalan-amalan lainnya yang juga memiliki keutamaan selama berada di kota Madinah. Di antaranya, yakni memperbanyak tilawah Alquran, memperbanyak shalawat, bersedekah, serta bersabar dan ikhlas dalam setiap keadaan.

Menurut dia, amalan-amalan tersebut dapat dijadikan sebagai tambahan keutamaan untuk menutup kurangnya keutamaan akibat meninggalkan shalat Arbain. Lebih lanjut, Habib Abdur Rahman berpesan agar setiap jamaah haji Indonesia mematuhi setiap ketentuan dalam pelaksanaan ibadah haji.

"Mereka yang berhaji pada tahun ini tentu sebagai tetamu khususnya Allah SWT. Dan sebagai tamu yang baik dan santun, maka menjadi kewajiban kita untuk memenuhi rambu-rambu Ilahiah selama berada di Tanah Haram. Karena tanah haram adalah mulia, siapa saja yang berada di dalamnya dan patuh ketentuannya, tentu ia akan mendapatkan limpahan kemuliaan dunia dan akhirat," kata dia.

Jamaah haji lanjut usia (lansia) yang sudah tiba di Tanah Suci juga diimbau untuk menjaga kesehatan dengan sebaik-baiknya. Pengelolaan kesehatan penting karena suhu udara di Arab Saudi sangat tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Saat ini, suhu di Kota Madinah mencapai hingga 40 derajat Celsius.

 
Para jamaah khususnya para lansia untuk tetap menjaga kesehatan dan menghindari aktivitas di luar ruang.
LILIEK MARHAENDRO SUSILO Kapuskes Haji 
 

"Para jamaah khususnya para lansia untuk tetap menjaga kesehatan dan menghindari aktivitas di luar ruang. Mengingat saat ini kondisi cuaca di Madinah sedang dalam kondisi terik panas dengan suhu mencapai 40 derajat Celsius," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Liliek Marhaendro Susilo, saat konferensi pers Media Center Haji (MCH) Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Pusat di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Kamis (25/5/2023).

Liliek mengatakan, di tengah suhu yang berbeda dengan di Tanah Air, jamaah haji diminta untuk menghemat tenaga agar bisa menunaikan rangkaian haji yang utama seperti wukuf di Arafah nanti. Biasanya setibanya di Madinah banyak jamaah Indonesia yang melaksanakan shalat berjamaah sebanyak 40 waktu atau Arbain.

Liliek mengimbau agar shalat berjamaah sebanyak 40 waktu atau Arbain tidak perlu dilakukan jika merepotkan, bahkan membahayakan jiwa. Terutama bagi jamaah lansia, tidak perlu memaksakan shalat berjamaah di Masjid Nabawi di tengah cuaca yang sangat panas ini. "Jamaah haji juga bisa menunaikan shalat di pemondokan, untuk menghindari kelelahan," ujar Liliek.

photo
Rencana Perjalanan Haji - (Republika)

Menurut Liliek, untuk menghindari kebingungan selama beribadah di Masjid Nabawi maupun saat kegiatan di Kota Madinah, ada beberapa panduan yang patut dilakukan. Pertama, mencatat nama dan nomor pemondokan sebelum berangkat ke Masjid Nabawi. Kedua, memberi tahu dan mencatat nomor kontak Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di pemondokan. Ketiga, mengenakan identitas pengenal, terutama gelang jamaah. "Jangan tukar menukar gelang dengan jamaah lainnya," kata Liliek menegaskan.

Jamaah juga diminta pergi dan pulang secara berkelompok. Kelima, menggunakan pelembab kulit dan bibir untuk menghindari iritasi akibat cuaca panas. Keenam, selalu menggunakan alas kaki dan kaus kaki untuk menghindari kaki melepuh.

"Jika kehilangan alas kaki, jangan memaksakan diri pulang ke hotel tanpa sandal di siang hari. Sebab, jalanan yang dilalui sangat panas. Hubungi petugas yang ada di sekitar jamaah," ujar Liliek.

Liliek menambahkan, jamaah agar selalu membawa dan minum air mineral 200 ml per jam secara teratur untuk menghindari dehidrasi. Jamaah diimbau meminum oralit satu saset per hari dicampur dengan 300 ml air mineral untuk memulihkan kebugaran tubuh.

Kedelapan, atur irama keberangkatan dan kepulangan dari pemondokan menuju Masjid Nabawi dan sebaliknya. Ini untuk menghindari penumpukan antrian lift di pemondokan. "Kesembilan, selalu menjaga ketertiban selama beribadah di Masjid Nabawi. Kesepuluh, makan tepat waktu dan beristirahat yang cukup," ujar Liliek.

Masjid Qiblatain, Saat Nabi Berputar Kiblat 180 Derajat

Ketika Rasulullah berada di rakaat kedua shalat, turun wahyu yang memberi perintah agar menukar arah kiblat

SELENGKAPNYA

Sejarah Asrama Haji Nusantara di Tanah Suci

Sejumlah raja Muslim Nusantara membeli dan mewakafkan properti untuk tempat menginap jamaah haji.

SELENGKAPNYA

Ziarah ke Masjid Nabawi

Bagi jamaah haji, Masjid Nabawi memiliki pesona tersendiri dengan segala nilai sejarah dan spiritualnya.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya