
Internasional
Kembalinya Ancaman Nuklir Rusia
Ukraina menyebut rencana penempatan nuklir Rusia hanya untuk menakut-nakuti.
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan rencana menempatkan senjata nuklir taktis di negara tetangga, Belarus, pada Sabtu (25/3). Langkah itu disebutnya sebagai sebuah peringatan ke Barat saat negara itu meningkatkan dukungan militer untuk Ukraina.
Putin mengatakan, langkah itu dipicu oleh keputusan Inggris memberi Ukraina peluru penembus baja yang mengandung uranium pada pekan lalu.
Senjata nuklir taktis dimaksudkan untuk digunakan di medan perang dan memiliki jangkauan pendek dan hasil yang rendah dibandingkan dengan hulu ledak nuklir yang jauh lebih kuat yang dipasang pada rudal jarak jauh.
Rusia berencana untuk mempertahankan kendali atas material terkait rencana itu yang dikirimnya ke Belarus. "Pembangunan fasilitas penyimpanan untuk material itu akan selesai pada 1 Juli," kata Putin dalam keterangannya kemarin.

Dia tidak mengatakan seberapa banyak senjata nuklir yang akan Rusia simpan di Belarus. Pemerintah AS yakin Rusia memiliki sekitar 2.000 senjata nuklir taktis yang meliputi bom yang dapat dibawa oleh pesawat taktis, hulu ledak rudal jarak pendek, dan peluru artileri.
Putin berpendapat bahwa dengan mengerahkan senjata nuklir taktisnya di Belarus, Rusia sedianya hanya mengikuti jejak Amerika Serikat. Ia mencatat bahwa AS memiliki senjata nuklir yang berbasis di Belgia, Jerman, Italia, Belanda, dan Turki.
“Kami melakukan apa yang telah mereka lakukan selama beberapa dekade, menempatkan mereka di negara-negara sekutu tertentu, menyiapkan platform peluncuran dan melatih awak mereka,” kata Putin, berbicara dalam wawancara di televisi pemerintah yang ditayangkan Sabtu malam. "Kami akan melakukan hal yang sama."
Rusia telah menyimpan senjata nuklir taktisnya di depot khusus di wilayahnya dan memindahkan sebagian gudang senjata ke fasilitas penyimpanan di Belarus. Hal itu akan meningkatkan taruhan dalam konflik Ukraina dengan menempatkannya lebih dekat ke pesawat dan rudal Rusia yang sudah ditempatkan di sana.

Beberapa komentator pro perang di Rusia telah lama mendesak Kremlin untuk menempatkan senjata nuklir taktis dekat dengan senjata untuk mengirim sinyal ke Barat tentang kesiapan untuk menggunakannya.
Sementara itu, AS mengatakan akan "memantau implikasi" dari pengumuman Putin. "Kami belum melihat alasan untuk menyesuaikan postur nuklir strategis kami sendiri atau indikasi Rusia sedang bersiap untuk menggunakan senjata nuklir," kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson. “Kami tetap berkomitmen untuk pertahanan kolektif aliansi NATO.”
Belarus, Kazakhstan, dan Ukraina memiliki senjata nuklir Soviet yang ditempatkan di wilayah mereka, tetapi menyerahkannya ke Rusia setelah runtuhnya Uni Soviet tahun 1991.
Putin mengatakan, Presiden Belarus Alexander Lukashenko telah lama meminta untuk memiliki senjata nuklir di negaranya demi menandingi NATO. Belarus berbagi perbatasan dengan tiga anggota NATO, yakni Latvia, Lituania, dan Polandia. Rusia menggunakan wilayah Belarus sebagai tempat persiapan untuk mengirim pasukan ke negara tetangga, Ukraina, pada 24 Februari 2022.

Tanggapan Ukraina
Seorang penasihat keamanan utama untuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Ahad (26/3/) mengatakan bahwa rencana Rusia untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus akan semakin mengacaukan negara itu. Menurut dia, dengan begitu, Belarus semakin "disandera" oleh Moskow.
Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleksiy Danilov menyebut upaya Putin itu sebagai "langkah menuju ketidakstabilan internal negara". Ia menambahkan, cara itu semakin membuat publik memiliki "persepsi negatif dan penolakan" terhadap Rusia dan Putin, terutama dalam masyarakat Belarus. "Kremlin mengambil Belarus sebagai sandera nuklir," tulisnya di Twitter.
Penasihat senior Zelenskyy lainnya pada Ahad juga mencemooh rencana Putin itu dengan mengatakan sang pemimpin Rusia terlalu mudah ditebak. "Membuat pernyataan tentang senjata nuklir taktis di Belarus, dia mengakui bahwa dia takut kalah dan yang bisa dia lakukan hanyalah menakut-nakuti dengan taktik," tulis tweet Mykhailo Podolyak.

Sementara itu, Analis di Institute for the Study of War (ISW) yang berbasis di Washington mengatakan bahwa risiko eskalasi perang nuklir "tetap sangat rendah". "ISW terus menilai bahwa Putin adalah aktor yang menghindari risiko, walau berulang kali mengancam untuk menggunakan senjata nuklir, tanpa niat menindaklanjutinya. Hanya untuk mematahkan tekad Barat," tulis keterangan lembaga itu.
Sebaliknya, koalisi internasional Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (ICAN) menyebut pengumuman Putin ini sebagai kenaikan eskalasi yang sangat berbahaya. "Dalam konteks perang di Ukraina, kemungkinan salah perhitungan atau salah tafsir sangat tinggi. Berbagi senjata nuklir membuat situasinya jauh lebih buruk dan berisiko menimbulkan bencana kemanusiaan," tulis lembaga itu di Twitter.

Di medan perang, Ukraina telah menunjukkan lebih banyak optimisme dalam beberapa hari terakhir tentang pertempuran brutal selama berbulan-bulan untuk mempertahankan kota di wilayah timur, Bakhmut.
Bakhmut adalah target utama Rusia saat mencoba merebut sepenuhnya wilayah industri Donbas, Ukraina. Pada satu titik, para komandan Rusia menyatakan keyakinannya bahwa kota itu akan segera jatuh, tetapi klaim semacam itu lenyap di tengah pertempuran sengit.
Pasukan Ukraina telah berhasil menumpulkan serangan Rusia di dan sekitar Bakhmut, situasi pun menjadi stabil, kata panglima tertinggi Ukraina Jenderal Valery Zaluzhniy pada Sabtu. Informasi staf umumnya pada Ahad mengatakan, pasukan Ukraina telah menangkis 85 serangan Rusia selama 24 jam terakhir di beberapa bagian front timur, termasuk daerah Bakhmut.
Ramadhan Bulannya Alquran
Sebaiknya kaum Muslimin meningkatkan tilawah Alquran mengingat istimewanya bulan Ramadhan.
SELENGKAPNYAWaspada, Cuaca Ekstrem Masih Mengintai
Seorang pengendara motor di Bandung mengalami koma akibat tertimpa reklame.
SELENGKAPNYA