Perintah balaslah kejahatan dengan kebaikan itu ada di Alquran | Republika

Hikmah

Berbuat Baik

Perintah balaslah kejahatan dengan kebaikan itu ada di Alquran.

Oleh AUNUR ROFIQ

Dalam kehidupan dahulu maupun sekarang, tetap ada orang yang berbuat baik dan buruk terhadap kita. Bagaimana kita menyikapi terhadap orang yang menyakiti, berbuat buruk, menipu maupun memfitnah?

Perasaan “sakit” kadang sering susah untuk dilupakan. Namun jika berlapang hati, insya Allah hal itu bisa dihilangkan. Ingatlah perintah membalas dengan kebaikan seperti yang Allah SWT firmankan.

Perintah balaslah kejahatan dengan kebaikan itu ada di dalam surah al-Fushilat ayat 34 yang artinya. "Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia."

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, maksudnya, barang siapa yang berbuat jahat terhadap dirimu, tolaklah kejahatan itu darimu dengan cara berbuat baik kepada pelakunya. Seperti yang dikatakan oleh Umar radhiyallahu anhu, “Hukuman yang setimpal bagi orang yang durhaka kepada Allah karena menyakitimu ialah dengan cara kamu berbuat taat kepada Allah dalam menghadapinya."

 
Jika engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadamu, maka kebaikan yang kamu ulurkan kepadanya akan melunakkan hatinya dan berbalik menyukai dan menyenangimu.
 
 

Ibnu Katsir mengatakan, yang dimaksud dengan "hamim" ialah teman setia. Jika engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadamu, maka kebaikan yang kamu ulurkan kepadanya akan melunakkan hatinya dan berbalik menyukai dan menyenangimu.

"Sehingga seakan-akan dia menjadi teman yang dekat denganmu dan akan tertanamlah di dalam hatinya rasa kasihan kepadamu dan ingin berbuat baik kepadamu."

Ada dua orang musuh Islam yang nilai kejahatannya menurut para sahabat layak dihukum mati. Keduanya bernama Ikrimah anak Abu Jahal dan Sofwan bin Umayyah. Keduanya masih menunjukkan bibit-bibit perbaikan dalam bersikap meskipun begitu besar dosanya.

Istri Ikrimah lebih dulu masuk Islam dan bertanya pada suaminya saat sudah di kapal mau lari ke Afrika, "Mengapa? Apakah engkau hendak lari daripada seorang yang demikian baik budi pekertinya seperti Rasulullah?"

Kemudian Ikrimah balik kembali dan menghadap Nabi Muhammad SAW dan bertanya, "Saya beroleh pengertian dari istri saya bahwa engkau telah memaafkan orang seperti aku ini?"

Jawab Nabi Muhammad SAW, "Benar istrimu itu. Aku telah memaafkan engkau."

Akhirnya Ikrimah berkeyakinan bahwa orang yang dapat memaafkan musuhnya yang terbesar, tidaklah mungkin orang itu palsu. Maka Ikrimah bersyahadat di hadapan Rasulullah SAW dengan menundukkan kepala karena merasa malu.

Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Ikrimah, bukan saja aku memaafkan engkau, tetapi sebagai bukti kasih sayang aku kepadamu bahwa aku telah memutuskan akan memperkenankan sesuatu permintaanmu kepadaku. Mintalah sesuatu kepadaku!"

 
Ikrimah, bukan saja aku memaafkan engkau, tetapi sebagai bukti kasih sayang aku kepadamu bahwa aku telah memutuskan akan memperkenankan sesuatu permintaanmu kepadaku. Mintalah sesuatu kepadaku!
 
 

Ikrimah menjawab, "Tak ada yang lebih baik dan lebih berharga yang akan kupintakan kepadamu, melainkan sudilah mendoa pada Allah supaya diampunkan aku ini untuk segala aniaya dan kelampauan batas yang telah kulakukan kepadamu."

Seketika itu pula Rasulullah SAW mengangkat tangan mendoakan.

Dikisahkan tentang Sofwan bin Umayyah adalah seorang musuh Nabi Muhammad SAW yang paling kejam dan paling banyak merintangi kemajuan Islam. Sofwan telah melarikan diri menyeberangi lautan karena dia tahu hukuman bagi dirinya.

Datanglah Umair bin Wahab anak paman Sofwan ke Nabi Muhammad SAW mengatakan, "Ya Nabiyullah, Sofwan adalah kepala suku yang dihormati. Ia telah melarikan diri darimu karena ketakutan dan berlayar. Aku memohon kepadamu agar engkau memberikan dia ampunan sebagaimana engkau memberikan ampunan kepada semua orang dengan tidak memandang bulu."

Maka Nabi Muhammad SAW menjawab, "Cegatlah anak pamanmu, ia telah mendapat ampunanku."

Sofwan berkata kepada Nabi SAW, "Umair menyampaikan kepadaku bahwa engkau telah menjamin keamananku."

Nabi SAW berkata, "Apa yang dikatakannya itu benar."

Sofwan berkata lagi, "Apakah engkau bersedia memberikan waktu bagiku dua bulan untuk berpikir, apakah aku akan memeluk Islam atau akan tinggal di luar Islam!"

Nabi SAW menyahut, "Kepadamu kuberikan waktu empat bulan untuk berpikir."

Namun sebelum batas waktu untuk berpikir, Sofwan sudah bersyahadat. Hal ini dikarenakan sosok pribadi dan karakter Nabi Muhammad SAW sangat mulia sesuai pandangan Sofwan.

Terpujinya akhlak Rasulullah SAW seperti yang diceritakan bahwa Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW.

Aisyah menjawab, "Akhlak Nabi SAW adalah Alquran." (HR Muslim).

Sungguh, jawaban Aisyah ini singkat, tetapi sarat makna. Ia menyifati Rasulullah SAW dengan satu sifat yang dapat mewakili seluruh sifat yang ada. Memang tepat, akhlak Nabi SAW adalah Alquran.

Allah SWT berfirman, yang artinya, "...Alquran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus..." (QS al-Isra’: 9).

 
Teladan utama dari Rasulullah SAW adalah akhlaknya. Para pemimpin Islam yang mengikuti tuntunannya selalu memperoleh kegemilangan dalam kepemimpinannya.
 
 

Teladan utama dari Rasulullah SAW adalah akhlaknya. Para pemimpin Islam yang mengikuti tuntunannya selalu memperoleh kegemilangan dalam kepemimpinannya.

Sebaliknya, ketika mundurnya pemerintahan Islam disebabkan menjauhi tuntunannya dan lebih menyenangi pesona dunia seperti kekuasaan.

Semoga kemuliaan akhlak ini dapat menjadikan inspirasi para pemimpin dalam melayani masyarakatnya.

Sejarah Permulaan Penulisan Sirah

Penulisan biografi atau Sirah an-Nabawiyah menjadi perhatian para sarjana sejak abad-abad pertama Hijriyah.

SELENGKAPNYA

Kala Tokoh Musyrik Terpesona Keindahan Alquran

Terpesonanya tokoh musyrik ini akan Alquran ternyata tidak berarti hatinya menerima Islam.

SELENGKAPNYA

Shalat Tahajud Berjamaah, Benarkah Makruh?

Riwayat lain dari Imam Ahmad memberi sinyal bahwa hukum shalat Tahajud berjamaah boleh dilakukan.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya