Pria Bersepeda Jengki | Daan Yahya/Republika

Sastra

Lelaki Bersepeda Jengki

Sajak/Puisi Moehammad Abdoe

Oleh MOEHAMMAD ABDOE

Jambu Mete

:Harut dan Marut

 

hendaklah kau sentuh 

dari binggel ranting 

akar pohon melintang 

mencengkeram alismu 


selembar daun payung 

matahari tengah curam 

sungai langit mengalir 

tumbuhan sengit menggantung 


pesona sayap kupu-kupu 

memikat penuh asmara 

bagai telah dimabuk anggur 

tersihir senjata tuan 


Malang, 5 Juli 2022

***


Lelaki Bersepeda Jengki

:Kepada Penyair Darman D. Hoeri


dalam sajak sederhana ini

kutulis sejuta abad depa jarak kesunyian memanggil

namamu

anggun kukemasi senyum rembulan ke dalam bait puisi

yang menjelma rintik hujan abadi.

menyapa daun pipi akar bunga ranum

terkembang hari

dan kutanggalkan kembali di punggung tanganmu

rangkaian jutaan abjad yang pernah kauajarkan 

di bangku sekolah

ketika

sejenak ingin kukenang hulu rindu

di hari jengkel

melipat masa serupa kertas contekan

pesan merdu burung. hinggap memberi kabar selepas ujian:

"kau, satu altar singgah

membangun ruang."

kereta angin tabah mendedah pagi

sumber mata air di tangan

murah senyum

berbagi


Malang, 27 November 2022

***


Duka Musim, Pelayaran Bunga


hening meneroka tubuh malam 

menjentik bunga dada pancaroba 

teduh mayang bernaung di bawah payung 

langsat berbuah dadu angin hulu timur 


menyergap poripori dasar kerajaan tanah 

bertunas sorban daripada rumah rayap 

sepenggalah lagi mendaki tebing curam 

layu beralih sangkan kemudian 


berkata sayap angin kepada serangga 

napasmu bukanlah meja cemas 

duduk berkaca wajah baru 

satu musim tengah berangsur ke laut 


Malang, 29 November 2022

***


Asmara


/1/


suatu ketika hujan menahanmu

di ujung bulu mata panas

kita berdua berteduh mendekap tubuh cuaca

menatap beku hulu kenangan

mengalir ke rimba hilir

dan betapa ingin segera kubasuh

garis tanganmu 


namun barangkali aku hanyalah angin bagimu

dari satu pohon ke lain daun

melompat dari satu mata ke lain hati

membagi kasih


/2/


entah bagaimana mulanya aku mencintaimu

laksana daun gugur yang tidak sempat menyentuh tandus

sebab angin segera membuangnya ke tengah samudra

kemudian memecah bersama gulungan-gulungan ombak

lautan asmara


/3/


apakah yang berpaling darimu

keraguan rintik hujan di luar jendela

datang laju angin membawa kabar

bisik-bisik daun kering 


asmaradana sepasang burung jalak

hinggap sayap sengketa di dahan rambutan

berhujan-hujan asmara ke bumi

dua paruh saling patah 


menangkup garis musim mengabu 

jauh di luar batas 


/4/


dingin pun perlahan menyetubuhi malam

sedang di kamarku

cermin itu masih mengenang wajahmu

yang telanjang pada katil

mencatat awan noda dan

pulau-pulau kecil

mendaki puncak gairah

asmara 


Malang, 23 Oktober 2022

***


Musafir

:Kepada Penyair Iman Budhi Santosa


dalam sebuah cermin muram kamar tua

sepotong replika wajah seorang pengembara dari negeri asing:

"kau terduduk serupa patung denganku"

sementara poros telaga bening matamu

terkatup dinding teratai.


barangkali sejenak dapat kuselami di balik wujud siapa dirimu sebenarnya

yang menempuh jalan suluk menuju altar

pengabdian diri dalam rimba

sedang kemilau rona swastamita acapkali menempelkan cumbu rayunya pada kaca.


serupa tempias hujan pelabuhan angin di balik kaca jendela

itu wajahmu semakin tampak menua

mengerut daun telinga sore hari dalam zikir masa berkunjung

larut serta melipat laju bayangmu kian memanjang.


Malang, 19 Oktober 2022

Moehammad Abdoe, lahir di Malang, pelopor komunitas Pemuda Desa Merdeka, pengamat film, sejarah, serta menulis puisi dan cerpen yang dimuat di pelbagai surat kabar dan majalah nasional. Buku antologi puisi tunggal terbarunya berjudul Debar Waktu terbitan Elex Media Komputindo/Kompas Gramedia, 2021.

 

Tuhan, Ambil Saja Ayahku

Cerpen Irwansyah

SELENGKAPNYA

Sejarah Permulaan Penulisan Sirah

Penulisan biografi atau Sirah an-Nabawiyah menjadi perhatian para sarjana sejak abad-abad pertama Hijriyah.

SELENGKAPNYA

Kala Tokoh Musyrik Terpesona Keindahan Alquran

Terpesonanya tokoh musyrik ini akan Alquran ternyata tidak berarti hatinya menerima Islam.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya