
Dunia Islam
Tradisi Ramadhan di Era Kesultanan Utsmaniyah
Turki Utsmaniyah memiliki beberapa tradisi dalam merayakan Ramadhan.
Selama bulan suci Ramadhan, umat Islam akan menunaikan ibadah puasa mulai dari terbitnya Fajar hingga terbenamnya matahari. Umat Islam di seluruh dunia memiliki cara yang berbeda-beda dalam merayakan bulan yang paling dirindukan ini.
Di Indonesia, misalnya, tiap daerah pun memiliki keunikan dalam menyambut Ramadhan. Masyarakat sebagian Provinsi Sumatra Barat mengenal tradisi Balimau, yakni mandi dengan campuran daun-daun dan jeruk (limau).
Tiap daerah pun memiliki keunikan dalam menyambut Ramadhan.
Di Aceh, ada tradisi Meugang, yakni menyembelih hewan kurban menjelang bulan puasa. Bagi warga Betawi atau Jakarta, hiduplah tradisi Nyorog, yaitu memberikan hadiah kepada anggota keluarga yang berusia lebih tua.
Adapun di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, berlaku tradisi Padusan, yakni mandi membersihkan diri dalam konteks bergembira sambut Ramadhan.
Sebagai salah satu kekhalifahan terbesar dalam sejarah, Turki Utsmaniyah pun memiliki tradisi-tradisi yang semarak tiap bulan suci.
Sebagai salah satu kekhalifahan terbesar dalam sejarah, Turki Utsmaniyah pun memiliki tradisi-tradisi yang semarak tiap bulan suci.
Tradisi penyambutan Ramadhan juga sangat meriah selama masa Utsmaniyah. Donald Quataert dalam bukunya Ottoman Empire 1700-1922, mengatakan bahwa Ramadhan selalu istimewa di semua era kepemimpinan Islam. Demikian halnya kala Dinasti Turki Utsmaniyah berkuasa.
Pada masa kekhalifahan tersebut, kesemarakan terasa di seluruh wilayah negeri. Di Syam, misalnya, tradisi tetap hidup hingga abad ke-18 M. Gubernur Damaskus akan berkeliling wilayah untuk mengingatkan warga tentang pembayaran zakat.
Diingatkan pula tentang fidyah beberapa pekan sebelum memasuki Ramadhan. Tentunya, hari-hari masyarakat setempat juga lebih euforia ketika momen-momen semisal buka puasa dan sahur.
Gubernur Damaskus akan berkeliling wilayah untuk mengingatkan warga tentang pembayaran zakat.
Pusat-pusat kegiatan masyarakat lazim dijadikan tempat berkumpul untuk berbuka puasa bersama. Di pertengahan abad ke-19 M, sultan Turki masih memberikan subsidi dan bantuan makanan kepada masyarakat miskin selama Ramadhan.
Yang kiranya khas Konstantinopel (Istanbul) pada saat Ramadhan ialah penembakan meriam. Senjata itu sengaja ditembakkan ke udara oleh pemerintah kota setempat. Fungsinya antara lain sebagai tanda bagi publik untuk mengetahui waktu memulai dan berbuka puasa Ramadhan. Tradisi unik ini dimulai pada 1821 M. Pertama kalinya, meriam ditembakkan dari Benteng Anatolia atau Anadolu Hisar.
Sejumlah hiburan rakyat juga digelar. Macam-macam jenisnya, seperti karagoz (seperti wayang) dan karnaval. Ramadhan pun dimanfaatkan sebagai bulan mempererat silaturahim antar komunitas dan bahkan antarumat beragama. Istana sultan biasanya mengundang para tokoh agama dan budaya untuk jamuan buka puasa bersama.
Istana sultan biasanya mengundang para tokoh agama dan budaya untuk jamuan buka puasa bersama.
Penertiban tempat makan dan minum pada siang hari juga dilakukan otoritas keamanan. Polisi dikerahkan pada siang dan malam guna menghalau adanya orang mabuk di malam Ramadhan. Laki-laki dan perempuan juga dilarang berjalan hanya berdua saat itu. Meski tidak diketahui apakah ada hukuman yang dijatuhkan atau tidak, imam atau tokoh agama berperan dalam memberikan pengarahan moral.
Ulama juga terus diundang di Istana untuk membacakan Alquran setiap malam. Sebab, Ramadhan adalah momen pula sebagai bulan diturunkannya Alquran kepada Nabi Muhammad SAW. Menara-menara masjid di sekujur wilayah Utsmaniyah juga diterangi lampu-lampu warna-warni. Ini memberikan efek pendaran cahaya bagi tempat-tempat sekitarnya.
Sekolah-sekolah juga diliburkan selama Ramadhan. Namun, ada saatnya para siswa dikoordinasi para guru untuk berkunjung ke desa-desa.
Di sana, mereka melakukan kerja sosial atau sekadar berbagi makanan. Kantor-kantor pemerintah mengalami atur ulang jadwal sehingga para pekerjanya tetap bisa memaksimalkan ibadah selama bulan puasa.
Niki Gamm menukil ulasan sejumlah pelancong Eropa yang sempat singgah di wilayah Turki Utsmaniyah antara abad ke-17 hingga 19 M. Dalam buku Ottoman Ramadan Through Foreigners’ Eyes, Evliya Celebi, Edmondo de Amicis, dan Lady Dorina Neave sama-sama menuturkan kekhasan suasana Ramadhan. Di Istanbul, misalnya, jalan-jalan setempat cenderung sepi pada siang hari, tetapi menjadi ramai pada malam hari, khususnya bakda tarawih.
Kios-kios penjual makanan dan minuman juga tutup. Meski bukan Muslim, Celebi mengungkapkan bahwa dirinya tak disuguhi makanan oleh siapapun saat pertama kali tiba di Istanbul pada siang hari Ramadhan.
Bila tiba waktunya, azan Maghrib berkumandang dari menara-menara masjid. Maka, warga dengan suka cita berbuka puasa dan mengajak siapa saja, termasuk warga asing, untuk makan bersama.
Bila tiba waktunya, azan Maghrib berkumandang dari menara-menara masjid. Maka, warga dengan suka cita berbuka puasa dan mengajak siapa saja, termasuk warga asing, untuk makan bersama.
Istana, ungkap Celebi, biasanya menyajikan sajian istimewa bagi para tamu. Namun, de Amicis dan Neave mengungkapkan, makanan khas Ramadahan seperti sirup dari estrak buah dan bunga juga disajikan orang-orang non-Istana.
Masjid, jalan-jalan, dan rumah-rumah dibersihkan menjelang dan di akhir Ramadhan. Orang-orang saling bertegur sapa dan ramah kepada para pelintas, baik yang mereka kenal maupun orang asing.
Seorang pengamat sejarah Utsmaniyah, Murat Bardak, mengungkapkan tentang budaya Sukur Bayrami. Ini adalah sebuah tradisi untuk menikmati sepanjang masa liburan Ramadhan, sebagaimana ditetapkan oleh sultan Turki kepada rakyatnya.
Menurut Bardak, istilah sukur digunakan untuk merujuk pada rasa syukur dari mereka yang telah menunaikan kewajiban berpuasa.
Mehter, Musik Penyemangat Militer Utsmaniyah
Mehter adalah drumben atau kelompok musik yang menyemangati pasukan Utsmaniyah.
SELENGKAPNYAPasutri Berhubungan Intim Waktu Sahur, Batalkah Puasanya?
Hubungan seksual diharamkan saat sedang dalam keadaan berpuasa.
SELENGKAPNYAKetika Ikhlas tak Lagi Jadi Energi
Inilah kisah tentang seorang yang semula ikhlas, tetapi menjadi lemah karena berubah niatnya.
SELENGKAPNYA