
Dunia Islam
Mehter, Musik Penyemangat Militer Utsmaniyah
Mehter adalah drumben atau kelompok musik yang menyemangati pasukan Utsmaniyah.
Pada masa kini, keberadaan kelompok musik atau drumben di dunia militer bukanlah hal yang asing. Di Indonesia, misalnya, TNI Angkatan Darat memiliki Kartika Military Band. Adapun di Amerika Serikat, terdapat United States Military Bands.
Secara tradisional, drumben militer mampu memainkan musik di medan pertempuran demi meningkatkan moral pasukan. Musik militer juga dapat berperan taktis untuk memberikan instruksi tertentu kepada pasukan.
Pada abad-abad dahulu, para penabuh genderang akan berkeliling kota-kota dan desa-desa untuk memanggil warga yang bersedia terjun sebagai tentara sukarela.
Drumben militer modern kini, termasuk yang berasal di negara-negara Eropa, sesungguhnya terinspirasi dari penggagasnya, yakni Turki Utsmaniyah.
Drumben militer modern kini, termasuk yang berasal di negara-negara Eropa, sesungguhnya terinspirasi dari penggagasnya, yakni Turki Utsmaniyah. Pada zaman kekhalifahan tersebut, drumben militer disebut sebagai Mehter.
Sejarah mencatat, kesatuan ini ikut andil dalam menyebarkan ketakutan kepada musuh di medan perang. Lebih lanjut, kelompok tersebut pada akhirnya menginspirasi dunia musik Barat secara keseluruhan.
Mehter berasal dari kata Persia yang berarti superior. Orang-orang Eropa pada awalnya mencerca musisi Mehter, tapi kemudian mereka pula yang mengadopsinya.
Sejarah mencatat, Mehter merupakan perlambang otoritas yang diserahkan oleh penguasa Seljuk, Sultan Alaeddin Keykubat III kepada sultan Utsmaniyah pertama, Osman Gazi pada 1289 M. Sultan Alaeddin menamai kelompok pemusik yang dibentuknya itu sebagai Mehterhane atau Mehter Tahkimi.
Belakangan, kelompok dari Utsmaniyah ini justru ikut memengaruhi orkestra musik Barat.
Osman Gazi dan prajuritnya berdiri saat mendengarkan pertunjukkan Mehter. Ini sebagai penghormatan terhadap sang sultan Seljuk. Tradisi itu sempat mati, tetapi lambat laun Mehter bangkit lagi dan bahkan hidup seterusnya sebagai bagian dari dinamika musik Kekaisaran Utsmaniyah.
Kelompok ini membawa prestise tertentu. Para musisi Mehter termasuk golongan yang dibayar cukup tinggi oleh Istana. Hingga sekitar tahun 1600 Masehi, mereka bahkan disebut sebagai "musisi sultan."
Para pemain Mehter adalah bagian penting dari kerajaan Islam ini. Tentu saja, pengaruhnya mencakup negeri-negeri sekitar, termasuk Asia barat dan Balkan. Pada tahun 1600-an, seorang penjelajah Ustmaniyah, Evliya Çelebi, mencatat bahwa Kekhalifahan memiliki 40 kelompok musik, penyanyi, dan komposer Mehter.
Alunan suara kelompok yang bernama Mehter Tahkimi mulai terdengar orang-orang Eropa ketika pasukan Utsmaniyah sukses menaklukkan Konstantinopel pada 1453 M. Sejak saat itu, gema Mehter mengiringi tiap jihad yang digelorakan kesultanan ini di Benua Biru. Demikianlah keadaannya hingga tahun 1699 M.
Pada masa yang disebut dengan Perang Turki itu, Utsmaniyah berusaha memperluas wilayah kekuasaan ke Eropa. Dengan membawa Mehter, komandan menjadi percaya diri bahwa moral prajuritnya tak akan surut. Akibatnya, Eropa pun mulai akrab dengan simbal dan drum yang bertalu-talu, yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya.
Dengan membawa Mehter, komandan menjadi percaya diri bahwa moral prajuritnya tak akan surut. Akibatnya, Eropa pun mulai akrab dengan simbal dan drum yang bertalu-talu, yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya.
Mehter Tahkimi terdiri atas tujuh hingga sembilan pemain yang masing-masing memegang instrumen musik. Pada setiap penampilannya, tiap pemain wajib membawa çevgan, yaitu pembawa logam bulan sabit besar berhiaskan lonceng. Suara gemerincing lonceng itu turut menghidupkan suasana alunan musik militer Utsmaniyah.
Mehter Tahkimi selama ratusan tahun telah dimainkan untuk menyemangati pasukan infanteri Utsmaniyah, terutama Janissari. Lini tersebut semula merupakan hasil merekrut orang-orang luar Turki.
Penulis buku The Musician Mehters, Mehmet Ali Sanlikol mengatakan, Mehter Tahkimi lebih dari sekadar lagu perang. Bagi sarjana yang juga musisi rock dan jazz itu, suara ramai yang dihasilkan Mehter Tahkimi bagaikan alunan nada Led Zeppelin, Herbie Hancock's Headhunters, dan James Brown.
Sebagai pawai musik resmi negara, Mehter Tahkimi yang bersuara khas demikian juga mempunyai tugas rutin. Misalnya, membangunkan tiap personel pasukan pada pagi hari dan memberikan pertunjukan musik di istana pada malam hari. Mereka mendampingi aktivitas sultan dan menghibur tamu negara pada momen-momen tertentu.
Setiap provinsi Utsmaniyah memiliki grup Mehter. Ada yang tidak sebesar Tahkimi, semisal Pesrev dan Sama'i. Keduanya kerap melakukan pawai musik yang berupa ensambel. Mereka memainkan lagu-lagu daerah pada pesta pernikahan orang-orang penting.
Orang Eropa sering keliru menyebut Mehter sebagai pawai musik Janissari. Menurut Sanlikol, orang yang mendalami sejarah Turki tidak akan pernah menyebut mereka sebagai demikian. Musisi Mehter selalu memiliki bagian yakni memainkan instrumen di atas kuda dalam pertempuran, sedangkan Janissari sebagai pasukan infantri dilarang menaiki kuda.
Sanlikol mencoba untuk mengeksplorasi musik klasik Turki tersebut. Ia mempelajari salah satu instrumen musik Mehter Tahkimi, yaitu zurna, dan membentuk kelompok musik nirlaba bernama Dunya (harfiah: dunia).
Ketika Utsmaniyah mengepung Wina (Austria) untuk kedua kalinya pada tahun 1683 M--pengepungan pertama pada 1529 M--musisi Mehter Tahkimi menemani pasukan Muslim ini. Seorang diplomat Inggris yang menyaksikan pertempuran, Paul Rycaut mengatakan demikian.
Mereka bermain untuk meningkatkan moral tentara (Utsmaniyah) dalam melakukan serangan
“Mereka memainkan instrumen-instrumen, seperti seruling, simbal, dan terompet kuningan, yang menghasilkan suara nyaring. Mereka bermain untuk meningkatkan moral tentara (Utsmaniyah) dalam melakukan serangan.”
Sekarang ini, musik Mehter dapat didengar lagi di Turki. Museum Militer Turki di Istanbul kerap mengadakan konser drumben reguler untuk wisatawan, yang dilakukan oleh musisi yang mengenakan kostum tradisional dan melakukan pawai militer modern.
Hangatnya Berbuka di Masjid Jogokariyan
Ada 3.000 porsi makanan yang disiapkan Masjid Jogokariyan.
SELENGKAPNYAShalat Tarawih 1 Juz per Malam di Masjid Jogokariyan
Satu juz Alquran selesai dibacakan dalam 11 rakaat shalat tarawih.
SELENGKAPNYA