ILUSTRASI Rasulullah SAW memaknai syukur sebagai sebuah amal. | DOK ARABICCALLIGRAPHYGENERATOR

Dunia Islam

Cara Rasulullah Memaknai Syukur

Rasulullah SAW tidak memahami syukur hanya sekadar pujian dengan lisan.

Secara bahasa, syukur berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk syakaro-yaskuru-syukron. Artinya adalah 'pujian bagi orang yang memberikan kebaikan.'

Dalam kamus bahasa Arab, syukran (شكرا) dimaknai sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT kerena dirinya telah diberikan kenikmatan.

Menurut istilah keislaman, seperti disebutkan Ibnul Qayyim dalam kitab Madarij as-Salikin, syukur adalah menunjukkan nikmat Allah yang ada pada diri seorang hamba-Nya, baik dengan ucapan (memuji dan mengakui nikmat itu), hati (menyaksikan dan mencintai Allah), maupun perbuatan anggota badan (mematuhi dan menaati Allah).

Dalam Asmaul Husna, juga terdapat Asy-Syakuuru. Artinya, salah satu sifat Allah adalah Maha Pembalas atau Maha Menerima syukur. Dia-lah yang memberi pahala berlipat ganda bagi hamba-hamba-Nya yang telah berbuat kebaikan. Malahan, balasan itu tidak terhitung, tidak terhingga. Di akhirat kelak, atas kehendak-Nya, seorang Mukmin yang bersyukur akan menerima balasan surga.

Allah SWT berfiman:
كُلُوْا وَاشْرَبُوْا هَنِيْۤـًٔا ۢبِمَآ اَسْلَفْتُمْ فِى الْاَيَّامِ الْخَالِيَةِ

“(Kepada mereka dikatakan), makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (QS Al-Haaqqah [69]: 24).

Pemaknaan oleh Nabi SAW

Rasulullah SAW pernah menerjemahkan syukur dalam amal. Dikutip dari buku Oase Iman karya Abdul Hamid al-Bilali, ummul mu'minin 'Aisyah RA merasa takjub dengan shalat malam Rasulullah SAW. Beliau melakukan ibadah itu hingga membengkak kedua betisnya.

Maka 'Aisyah bertanya kepadanya, "Mengapa engkau lakukan ini, wahai Rasulullah? Padahal, Allah telah mengampuni dosa-dosa engkau, baik yang telah lalu maupun yang akan datang.”

Rasulullah SAW bersabda, “Apakah aku tidak senang menjadi hamba yang bersyukur?”

Dengan demikian, menurut Abdul Hamid, Rasulullah SAW tidak memahami syukur hanya sekadar pujian dengan lisan. Lebih dari itu, syukur itu pun baginya juga harus diamalkan dengan seluruh anggota tubuh. Semua amal yang diridhai oleh Sang Pemberi nikmat, yaitu Allah SWT.

Oleh karena itu, Ibnul Qayyim menyatakan, pengaruh nikmat Allah pada lisan hamba-Nya sebagai pujian dan dalam hatinya sebagai cinta. Adapun pengaruh pada anggota-anggota tubuhnya mewujud pada ketaatan dan ketundukan kepada Allah.

Maka, tidak ada dalam lisan seorang hamba yang bersyukur selain pujian kepada Allah. Tidak mungkin dalam hatinya ada yang lebih dicintainya dibanding Allah. Walaupun dirinya mencintai seorang atau beberapa makhluk, hal itu dilakukannya semata-mata atas dasar cintanya kepada Allah.

Kemudian, cinta tersebut dia alirkan ke semua anggota tubuhnya sehingga seluruh jasadnya terbiasa menunaikan apa-apa yang diperintahkan Allah. Ia tunduk sehingga enggan mengerjakan apa-apa yang dilarang oleh Allah. “Inilah syukur yang hakiki,” jelas Abdul Hamid.

Syukur adalah kebalikan dari kufur. Dalam buku Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Perbagai Persoalan Umat, Prof KH Muhammad Quraish Shihab menjelaskan, hakikat syukur adalah menampakkan nikmat. Adapun hakikat kekufuran adalah menyembunyikannya.

Menampakkan nikmat antara lain berarti menggunakannya pada tempat dan waktu sesuai dengan yang dikehendaki oleh sang pemberinya. Begitu pula dengan menyebut-nyebut nikmat dan nama pemberinya dengan lisan.

Syukur juga diartikan sebagai menampakkan sesuatu ke permukaan, sedangkan kufur adalah menutupinya. Menampakkan nikmat Tuhan antara lain dengan memberikan sebagian dari nikmat itu kepada pihak lain, terutama mereka yang membutuhkan. Dengan demikian, menutupinya adalah sama dengan bersifat kikir.

Sebagian ulama mengatakan, “Bersyukur adalah ketika tidak menggunakan sesuatu nikmat yang diterima untuk kemaksiatan.”

Dengan memahami makna syukur ini, maka seorang Mukmin hendaknya banyak mensyukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah. Bersyukur tidak hanya keluar dari lisan, tapi juga hati maupun semua anggota tubuh.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Pembakaran Alquran Menjalar ke Belanda

Finlandia siap tinggalkan Swedia gabung NATO.

SELENGKAPNYA

Aksi Kecam Pembakaran Alquran Meluas

Kemenlu akan memanggil Dubes Swedia untuk RI.

SELENGKAPNYA

Mengenal Sahabat Nabi Ahl ash-Shuffah

Ash-Shuffah adalah bagian di Masjid Nabawi yang difungsikan pada masa Nabi Muhammad SAW.

SELENGKAPNYA