
Dunia Islam
Mengenal Sahabat Nabi Ahl ash-Shuffah
Ash-Shuffah adalah bagian di Masjid Nabawi yang difungsikan pada masa Nabi Muhammad SAW.
Dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan umat Islam Makkah ke Madinah, gerakan dakwah kian solid dan menguat. Akan tetapi, beberapa persoalan sempat timbul. Salah satunya adalah kedatangan kaum Muhajirin yang tanpa bekal sama sekali.
Sebab, mereka terpaksa meninggalkan harta, rumah, perhiasan, dan pekerjaannya di Makkah untuk dapat mengikuti Rasulullah SAW ke Madinah. Sesampainya di kota tujuan, tidak semua Muhajirin bisa memulai babak baru kehidupan mereka tanpa kendala.
Meskipun kaum Anshar telah membantu kaum Muhajirin semaksimal mungkin, sebagian Muslimin pendatang di Madinah itu tetap membutuhkan tempat tinggal. Rasulullah SAW tak tinggal diam melihat kenyataan itu. Beliau pun berpikir dan mencari solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi kalangan dhuafa itu.
Orang-orang yang dibantu untuk mendapatkan tempat tinggal itu akhirnya dikenal dengan sebutan Ahl ash-Shuffah.
Orang-orang yang dibantu untuk mendapatkan tempat tinggal itu akhirnya dikenal dengan sebutan Ahl ash-Shuffah (Penghuni ash-Shuffah)
Ash-Shuffah sendiri dikenal sebagai tempat berteduh di Masjid Nabawi selama masa kenabian setelah hijrah. Kaum miskin Muhajirin kemudian menjadikannya sebagai tempat tinggal.
Dalam Athlas al-Hadith Al-Nabawi, Dr Sauqi Abu Khalil memaknai ash-Shuffah sebagai teras yang luas dan tinggi. Menurut dia, itu juga berarti tempat berteduh dan teras rumah. Abu Hurairah menjelaskan, para penghuni ash-Shuffah adalah para tamu bagi umat Islam. Mereka tidak memiliki keluarga, harta, atau siapapun untuk bernaung di Madinah.
Dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar mengungkapkan bahwa ash-Shuffah adalah tempat di bagian belakang Masjid Nabawi yang diberi atap. Bagian itu disediakan bagi orang-orang Muslim yang tanpa rumah atau kerabat di Madinah. Mereka bisa tinggal di sana.
Dikutip dari buku Jejak-Jejak Islam: Kamus Sejarah dan Peradaban Islam dari Masa ke Masa, Ahmad Rofi’ Usmani menjelaskan, ahl ash-Shuffah (orang yang tidur di serambi masjid) biasanya bermukim di bawah atap bagian selatan Masjid Nabawi.
Sejatinya, menurut dia, ahl ash-Shuffah bukanlah kaum papa yang bermukim di masjid. Mereka tidak mengharapkan “uluran tangan” Mukmin lainnya. Mereka adalah sekumpulan orang yang datang dari daerah jauh dan ingin belajar langsung kepada Rasulullah SAW. Tentu, ada pula sebagian di antara mereka yang berasal dari kalangan fakir-miskin.
Bagaimana pun kondisnya, seorang sahabat Nabi SAW akan tetap berusaha dan bekerja. Tidak mengandalkan uluran tangan kebaikan dari orang lain.
Meskipun ahl ash-Shuffah identik dengan orang-orang miskin, nyatanya tidak sedikit dari mereka yang berasal dari kalangan berkecukupan.
Meskipun ahl ash-Shuffah identik dengan orang-orang miskin, nyatanya tidak sedikit dari mereka yang berasal dari kalangan berkecukupan. Sebut saja, Ka’ab bin Malik al-Anshari, Handhalah bin Abi ‘Amir al-Anshari, dan Haritsah bin an-Nu’man al-Anshari.
Mereka yang hidup berkecukupan dan memilih tinggal di ash-Shuffah biasanya karena lebih menyukai hidup dalam kezuhudan daripada bergelimang harta.
Abu Hurairah sendiri sebenarnya merupakan ahl ash-Shuffah dari kalangan yang berkecukupan. Hanya saja, ia lebih senang tinggal di pelataran Masjid Nabawi dan bergaul secara intensif dengan Rasulullah SAW. Berkat kedekatan dengan beliau, Abu Hurairah berhasil meriwayatkan 5.374 hadis. Bahkan, tercatat sekira 800 sahabat maupun tabi’in meriwayatkan hadis darinya.
Pengasuh Madrasah Baca Kitab, Muhamad Abror dalam artikelnya menjelaskan asal usul ahl ash-Shuffah. Dia menceritakan, awalnya pada masa itu kaum Anshar masih mampu menanggung kebutuhan hidup dan tempat tinggal kaum Muhajirin yang datang ke Madinah.
Namun, setelah itu, arus hijrah semakin besar. Kaum Anshar tidak lagi mampu menampungnya sehingga sejumlah Muhajirin itu tinggal di ash-Shuffah. Menurut para sejarawan, setiap orang yang hijrah ke Madinah, biasanya menemui Rasulullah SAW terlebih dahulu.
Kemudian, Rasulullah akan mengarahkan mereka kepada orang Anshar yang dapat menjamin hidupnya. Jika tidak ada yang bisa menjamin, lalu Rasulullah SAW mengarahkannya untuk tinggal di ash-Shuffah sementara waktu sampai menemukan jalan keluar.
Ash-Shuffah juga dihuni oleh tamu-tamu yang datang menemui Rasulullah SAW untuk masuk Islam.
Jadi, awalnya penghuni ash-Shuffah adalah orang-orang Muhajirin. Namun selain dihuni oleh mereka, ash-Shuffah juga dihuni oleh tamu-tamu yang datang menemui Rasulullah SAW untuk masuk Islam.
Jumlah ahl ash-Shuffah cukup fluktuatif. Dalam kondisi biasa, angkanya mencapai 70 orang. Terkadang juga, itu bisa mencapai 80 orang. Orang yang ditunjuk Rasulullah SAW sebagai penanggung jawab ahl ash-Shuffah adalah Abu Hurairah.
Ketika Rasulullah SAW ingin memanggil mereka pun biasanya melalui perantara Abu Hurairah. Rasulullah SAW memanggil mereka untuk lebih mengenal sekaligus mengetahui derajat ibadah dan kesungguhannya.
Sosok yang mengurusi nafkah ahl ash-Shuffah adalah Rasulullah SAW sendiri. Beliau-lah yang menjaga, mengunjungi, memperhatikan kondisi, dan menjenguk mereka jika ada yang sakit.
Selain itu, beliau juga sering membersamai mereka untuk tujuan edukasi, seperti memberi arahan, mengajari membaca Alquran, mengajak untuk selalu berzikir kepada Allah, dan mengingat akhirat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Naiknya Biaya Haji dan Nilai Manfaat yang Terancam Habis
Masih ada diskusi lanjutan bersama DPR tentang persentase yang harus dibayar jamaah.
SELENGKAPNYAEkonomi Kerakyatan dalam Dinamika Perubahan (1)
Teknologi sekali lagi memiliki peran dalam mengubah peradaban manusia.
SELENGKAPNYATiga Hari, Dua Penembakan Massal di AS
Penembakan massal terkini merupakan yang ke 39 di AS tahun ini.
SELENGKAPNYA