Eko Yuli Irawan merayakan keberhasilan meraih medali emas dalam perlombaan cabang angkat besi kelas 61 kilogram pada SEA Games ke-31 di Hanoi, Vietnam, Jumat (20/5/2022). | EPA-EFE/LUONG THAI LINH

Nasional

Eko Yuli Kembali Rajai Asia Tenggara

Capaian di SEA Games membuktikan Eko sebagai lifter senior masih konsisten torehkan prestasi.

OLEH FITRIYANTO

Usia bukan halangan bagi lifter senior Eko Yuli Irawan. Meski berusia 32 tahun, prestasi demi prestasi terus ditorehkan lifter kebanggaan Indonesia ini. 

Terbaru, Eko sukses meraih medali emas SEA Games 2021 cabang olahraga (cabor) angkat besi kelas 61 kg putra. Ini merupakan medali emas keenam yang diraihnya sepanjang sejarah SEA Games yang diikuti sejak 2007.

Di pentas SEA Games 2007 Thailand, lifter yang juga langganan medali Olimpiade itu meraih emas. Setelah itu, ia meraih emas pada SEA Games Laos (2009), Indonesia (2013), Myanmar (2013), Filipina (2019), dan sekarang di SEA Games Vietnam. Tradisi emas Eko sempat terhenti di SEA Games 2017 Maaysia. Saat itu, ia meraih medali perak. 

Disaksikan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, Duta Besar RI untuk Vietnam Denny Abdi, dan Chef de Mission Kontingen Indonesia untuk SEA Games Ferry Kono, Eko Yuli kembali menunjukkan kualitasnya. 

photo
Eko Yuli Irawan beraksi dalam pertandingan cabang angkat besi kelas 61 kilogram pada SEA Games ke-31 di Hanoi, Vietnam, Jumat (20/5/2022). - (EPA-EFE/LUONG THAI LINH)

Ia mencatatkan  total angkatan 290 kg (135 kg dan clean and jerk 155 kg) di Hanoi Sports Training and Competition Center, Jumat (20/5). Jumlah tersebut tak mampu diungguli lifter dari negara lain. Medali perak diraih wakil Malaysia Muhamad Aznil Bidin (287 kg) dan perunggu menjadi milik tuan rumah Nguyen Ngoc Trung (286 kg).

Eko Yuli sebenarnya punya peluang meningkatkan jumlah angkatannya. Namun, ia memilih tak mengambil kesempatan ketiga di angkatan clean and jerk karena sudah tak terkejar.

Capaian di SEA Games Vietnam membuktikan bahwa Eko sebagai lifter senior masih mampu konsisten membuktikan prestasi. Terlebih, ia juga menunjukkan diri selalu lolos kualifikasi Olimpiade sejak 2008 di Olimpiade Beijing hingga Olimpiade 2020 Tokyo. Setiap penampilannya di pesta olahraga empat tahunan paling bergengsi tersebut, ia selalu pulang membawa medali dari ajang Olimpiade.

"Terkadang memang minder sendiri karena  paling tua. Bagi kami, angkat besi itu mau tua atau muda yang terpenting adalah siapa yang kuat dia yang menang," kata Eko Yuli dalam Rilis NOC Indonesia, seperti dikutip pada Jumat (20/5). 

"Jadi selagi saya masih nomor satu kenapa tidak? Kalau yang mudanya ingin tampil di sini harus kalahkan saya dulu. Kalau saya bisa kalah berarti kan tahu kualitas mereka seperti apa. Kita mendidiknya seperti itu.” kata dia.

Eko Yuli mengaku persiapannya menuju SEA Games 2021 tak maksimal. Hal ini menjadi alasan total angkatannya lebih rendah dari rekor terbaik.

"Memang ini persiapan paling mepet. Namun, saya di sini mencari medali emas. Kalau memang memungkinkan baru melampaui (rekor)," kata Eko.

Menpora Zainudin Amalimengapresiasi torehan prestasi Eko Yuli. Keping emas yang dipersembahkan Eko merupakan medali emas pertama dari cabor angkat besi di SEA Games Vietnam. 

 “Saya berharap medali emas yang diberikan Eko Yuli memotivasi lifter kita lainnya, masih ada Rahmat Erwin Abdullah, Rizky Amel Sabira, dan lain-lain yang akan bertanding berikutnya,” kata Menpora. 

photo
Eko Yuli Irawan beraksi dalam pertandingan cabang angkat besi kelas 61 kilogram pada SEA Games ke-31 di Hanoi, Vietnam, Jumat (20/5/2022). - (ANTARA FOTO/Zabur Karuru/nym.)

Terkait perolehan medali, Indonesia hingga saat ini masih bersaing ketat dan saling geser dengan Singapura di peringkat ketiga. Pada Jumat (20/5) sore, Indonesia berada di peringkat ketiga dengan raihan 47 emas, 66 perak, dan 63 perunggu. Sementara Singapura di posisi empat dengan 47 emas, 44 perak, dan 62 perunggu. 

Keluhan atlet

Pada SEA Games kali ini, prestasi tim atletik bisa dibilang jeblok. Dari target delapan emas, atletik baru menyumbang dua emas. Salah satu dari dua emas itu disumbangkan oleh Odekta Elvina Naibaho dari nomor maraton putri pada Kamis (19/5).

Meski berhasil menempa diri dengan maksimal sehingga meraih posisi puncak, Odekta memberikan kritik kepada PB Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) yang dipimpin Luhut Binsar Panjaitan tersebut.

Menurut Odekta, kinerja Ketua Umum PB PASI tidak maksimal. Odekta mengungkapkan, tidak mendapatkan biaya dari PB PASI selama dua bulan. Dia merasa kecewa karena sejatinya sudah mengorbankan emosi, materi, masa muda dan keluarganya.

photo
Pelari Indonesia Odekta Elvina Naibaho (tengah) menangis usai memenangi nomor lari maraton putri SEA Games Vietnam 2021 di Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, Vietnam, Kamis (19/5/2022). - (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.)

"Saya ingin menyampaikan bahwa jangan hanya peduli ketika kami berhasil, tetapi ketika gagal dibuang. Tolong untuk pengurus federasi dan apa pun yang bersangkut paut di kepengurusan," kata Odekta dalam keterangan tertulis yang diterima Republika

Odekta membeberkan, untuk urusan kecil seperti pijat pun tidak diberikan. Ia juga mengaku belum mendapatkan uang penggantk biaya sewa apartemen. Odekta menyewa apartemen agar bisa fokus tinggal di Jakarta untuk melanjutkan pemusatan latihan yang sebelumnya berlangsung di Pangalengan, Jawa Barat.

Akan tetapi, kata dia, tagihan pengeluarannya untuk sewa apartemen itu tak di ganti oleh PB PASI, padahal seperti diketahui, pasca-MoU dengan Kemenpora, pembiayaan keperluan atlet sudah dibayarkan melalui rekening PB PASI.

"Namun, buat apa mempermasalahkan itu sebelum ada hasil. Saya ingin memperlihatkan hasil dulu dan pengorbanan saya akhirnya terjawab ketika saya ikhlas. Ini pelajaran buat mereka, ayo kerja bersama-sama," tegasnya.

photo
Pelari Indonesia Odekta Elvina Naibaho memakan makanan di sela perlombaan nomor lari maraton putri SEA Games Vietnam 2021 di jalan raya sekitar kawasan Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, Vietnam, Kamis (19/5/2022). - (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.)

Bukan hanya Odekta, ada juga atlet lain yang enggan namanya disebut menilai bahwa ada perbedaan besar dalam pemenuhan fasilitas. Karena itu, dia kemudian teringat pada masa PB Pasi saat berada di bawah kepemimpinan almarhum Bob Hasan.

"Kalau dahulu, kekurangan itu selalu bisa dipenuhi terlebih dahulu, jadi latihan nyaman. Kalau boleh membandingkan, beda memang di era sekarang dengan saat ketua yang dahulu," tuturnya.

Sementara, pada perebutan medali Jumat (20/5), cabor balap sepeda kembali menyumbang pundi-pundi medali emas untuk Indonesia. Medali emas kali ini datang dari disiplin road nomor Individual Time Trial (ITT). Adalah atlet putri Ayustina Delia Priatna berhasil menyumbang medali emas. Kemudian, sektor putra Aiman Cahyadi membawa pulang medali perak. 

Ayustina tampil impresif dengan menjadi yang tercepat 40 menit 08,445 detik dengan kecepatan rata-rata 44,84 km/jam saat berlomba di Hoa Binh, Vietnam, Jumat.

photo
Pesepeda Ayustina Delia Priatna memacu sepedanya dalam perlombaan nomor individual time trial road cycling SEA Games Vietnam 2021 di Hoa Binh, Vietnam, Jumat (20/5/2022). - (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nym.)

Pencapaian ini tak lepas dari persiapan Ayu. Sebelumya, Pengurus Besar Ikatan Sports Sepeda Indonesia (PB ISSI) mengirim Ayu untuk mengikuti  Asian Cycling Championship di Dushanbe, Tajikistan pada 25-29 Maret lalu dan meraih medali perak. 

"Alhamdulillah saya bisa mendapat medali emas. Sebenarnya tidak menyangka. Senang sekali karena hasil ini meningkat dari dua SEA Games sebelumnya yang meraih perunggu," kata Ayu dalam rilis NOC Indonesia. 

Bagi Ayu, pencapaian kali ini menjadi prestasi paling tinggi selama mengikuti pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara tersebut.  Pada SEA Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia, Ayu harus puas dengan medali perunggu  pada nomor road race putri di bawah Nguyen Thi That asal Vietnam yang meraih emas dan Jupha Somnet asal Malaysia yang finis di posisi kedua.

photo
Pesepeda Ayustina Delia Priatna menggigit medalinya usai pengalungan medali nomor individual time trial road cycling SEA Games Vietnam 2021 di Hoa Binh, Vietnam, Jumat (20/5/2022). - (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nym.)

Kemudian pada SEA Games 2019 di Filipina, Ayu kembali meraih perunggu pada nomor road race putri kalah dari Nguyen Thi That yang kembali menjadi juara dan Jermyn Prado asal Filipina di urutan kedua. 

"Sebenarnya saya pada SEA Games kali ini mewaspadai pesepeda Filipina (Jermyn Prado) dan Singapura (Luo Yiwei) yang sebelumnya meraih emas dan perak di nomor ITT di Filipina. Tapi bersyukur saya bisa berada di depan mereka," kata Ayu menambahkan. 

Adapun pada SEA Games Vietnam, Ayu mengalahkan wakil Singapura Yiwei Luo yang meraih perak usai mencatatkan waktu 40 menit 47,051 detik atau terpaut 38,606 detik dari pemenang. Sementara, perunggu diraih pesepeda asal Thailand Phetdarin Somrat dengan membukukan waktu 42 menit 28,358 detik. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Tak Seharusnya Singapura Menolak UAS

UAS mendakwahkan wasathiyah Islam. Karena itu tak benar bila ada yang menganggapnya menyebarkan ekstremisme.

SELENGKAPNYA

Pelindo Tunda Rencana IPO 

Penundaan IPO ini dilakukan sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan.

SELENGKAPNYA

Penyakit Manusia Paling Buruk

Alquran telah merekam penyakit kaum Nabi Luth dengan berbagai istilah keburukan, baik bagi perbuatannya maupun pelakunya.

SELENGKAPNYA