Petugas PLN melakukan perbaikan jaringan listrik di jalan raya Tanjung, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Kamis (1/4/2021). Pemerintah memperpanjang pemberian stimulus keringanan tagihan listrik bagi masyarakat kecil, pelaku usaha industri, bisnis | ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Ekonomi

PLN Produksi Oksigen Medis dari PLTGU

PLN memanfaatkan oksigen yang awalnya dibuang ke udara bebas pada sistem pendingin pembangkit menjadi oksigen medis murni.

JAKARTA  — PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memproduksi oksigen sisa gas operasional Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU). Rencananya, PLN akan memproduksi oksigen dari pembangkit lain di luar jawa.

Direktur Manajemen Sumber Daya Manusia PLN Syofvi Felienty Roekman mengatakan, saat ini PLN sedang melakukan uji coba pengolahan oksigen di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lontar di Sumatra. 

"Sumatra sedang kita kerjakan. Tidak hanya PLTGU, tapi juga di PLTU Lontar juga bisa menghasilkan oksigen. Dengan inovasi teknologi yang kita terus kembangkan, semoga ini bisa menjadi proyek kontribusi PLN untuk masyarakat," kata Syofvi di PLTGU Priok milik Indonesia Power, Kamis (18/11).

Selama ini, beberapa pembangkit listrik PLN memiliki instalasi hidrogen plant yang berfungsi menghasilkan gas hidrogen sebagai pendingin generator listrik. Produksi oksigen selama ini merupakan produk sampingan dari proses tersebut dilepas ke udara.

PLN memanfaatkan oksigen yang awalnya dibuang ke udara bebas pada sistem pendingin pembangkit menjadi oksigen medis murni. PLN melalui PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) dan PT Indonesia Power telah melakukan uji coba fasilitas produksi oksigen pada 12-30 Juli 2021. 

Tahap uji coba tersebut tercatat kelancaran dengan pemeriksaan internal. Produksi oksigen tersebut sesuai dengan arahan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk mendayagunakan berbagai potensi sumber daya yang dimiliki guna membantu penanganan krisis pandemi Covid-19.

Direktur Utama Indonesia Power M Ahsin Sidqi menjelaskan, oksigen medis yang diperoleh ini melalui mekanisme ekstrasi senyawa hidrogen yang dihasilkan oleh Hydrogen Generator Plant. Alat ini juga yang berfungsi untuk memproduksi gas hidrogen sebagai media pendingin generator.

"Sedangkan, dari sisi operasional pembangkit yang dibutuhkan untuk media pendingin generator hanya gas hidrogen, selama ini oksigen tidak dimanfaatkan dan dibuang ke udara," ujar Ahsin. 

Oksigen yang dibuang mempunyai purity sebesar 99 persen. Namun, terdapat kandungan karbon monoksida dengan kadar tinggi yang berbahaya jika dihirup manusia. Dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen, Indonesia Power Priok berinovasi agar oksigen dapat dimanfaatkan dan membantu tenaga media dalam merawat pasien yang membutuhkan.

"Untuk itu, dibuat sebuah fasilitas pemanfaatan oksigen yang berfungsi untuk memfiltrasi gas dan pengotor lain agar oksigen yang selama ini terbuang dapat dimanfaatkan serta aman untuk konsumsi manusia,“ kata Ahsin. 

Produk oksigen Indonesia Power Priok telah diuji di Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta. Dari hasil pengukuran menunjukkan produk  oksigen memiliki kemurnian 99,9 persen dan kandungan impurity lain telah memenuhi standar gas medis. Kemampuan produksi oksigen Priok POMU adalah 10 meter kubik per hari.

Tak hanya di PLTGU Tanjung Priok, PLN juga memproduksi oksigen di 19 pembangkit yang dikelola dua anak usahanya, Indonesia Power dan PJB dengan total potensi produksi optimum oksigen mencapai 2 juta ton per hari.

Ahsin mengatakan, agar bisa memproduksi oksigen ini pun PLN tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Sebab, Hydrogen Generator Plant merupakan satu komponen infrastruktur dalam PLTGU. 

"Kemarin itu kita investasi cuma sekitar 250-300 juta saja hanya untuk membeli kompresor, katalis, dan tabung penyulingannya, “ kata Ahsin menambahkan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat