Sastra
Puisi Tanya
Puisi-puisi Malik Ibnu Zaman
Oleh MALIK IBNU ZAMAN
Luka
Aku tak pernah mengerti pada apa dan bagaimana,
ia seakan berlari menawarkan luka.
Terkadang terjatuh dalam lubang tak kunjung tutup.
Lalu bergumul dalam kesepian.
Ya, luka datang dan pergi begitu saja,
tersenyum dalam keabadian.
Jakarta, 24 Desember 2024
***
Hujan Senja
Hujan beriringan dalam diam,
tergerus akan nyanyian kalah.
Termenung menjadi jalan,
ketika senja tak lagi mampu berkuasa.
Kita hanya menjadi sisa-sisa
di saat mata terbalak akan kemalangan.
Suci tak ada artinya, seakan makanan bagi orang lapar.
Jakarta, 24 Desember 2024
***
Laku Hidup
Nasib terus berdiam di tempat,
tak pernah sekalipun melawan.
Mengalah katanya laku hidup.
Laku hidup atau pecundang?
Semuanya serba tak bergerak.
Jakarta, 24 Desember 2024
***
Pikiran
Tak pernah berjalan dalam kekosongan.
“Ah apakah begitu?,” tanyanya.
Lalu ia menjelaskan pikiran selalu berjalan,
tak peduli lawan atau kawan,
semuanya soal nyanyian rasa,
tak menyisakan kasihan seujung titik pun.
Jakarta, 24 Desember 2024
***
Sunyi Ragu
Sunyi tak pernah mengerti pada siang yang bersumpah.
Ia tak pernah mau tahu apapun itu.
Ia tak mau tunduk, apalagi menengadah.
Tak pernah sekalipun ada sesal,
yang ada hanyalah keraguan,
menanyakan siapa yang akan menjadi saksi.
Jakarta, 24 Desember 2024
***
Guratan
Rasanya tak akan ada apa-apa,
lika liku berjalan seperti biasanya,
bagi yang menerima.
Guratan tidak ada yang tahu,
ia bersembunyi, menemui sesuka hati.
Jakarta, 24 Desember 2024
***
Malik Ibnu Zaman kelahiran Tegal Jawa Tengah. Malik, menulis sejumlah cerpen, puisi,
resensi, dan esai yang tersebar di beberapa media online.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.