Petugas kesehatan beraktivitas di depan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Mayapada Hospital Bandung usai diresmikan di Jalan Terusan Buah Batu, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (6/3/2023). Presiden Joko Widodo meresmikan Mayapada Hospital Bandung yang terserti | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA

Medika

Peran Krusial Perawat dalam Merawat Pasien Kanker

Perawat spesialis keperawatan onkologi amat dibutuhkan.

 

Pasien yang mengidap kanker perlu mendapat penanganan serta perawatan khusus. Tidak hanya dokter spesialis onkologi (cabang ilmu biologi medis yang mempelajari proses terjadinya kanker) yang dibutuhkan, tetapi juga perawat spesialis keperawatan onkologi.

Direktur Utama Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais, Soeko Werdi Nindito, menyampaikan, di Indonesia, profesi itu terbilang baru dan belum banyak dikenal masyarakat awam. Padahal, perawat spesialis keperawatan onkologi amat dibutuhkan.

"Kanker adalah penyakit yang beragam dan paling rumit, mulai dari diagnosis sampai penatalaksanaannya. Untuk merawat pasien kanker, peran perawat onkologi menjadi sangat penting," kata Soeko.

photo
PT Roche Indonesia menggelar sesi talkshow bertajuk Oncology Nursing in Indonesia: How It Is Evolving and What Does The Future Hold? di Universitas Indonesia, Depok, Rabu (6/12/2023). - (Republika/Shelbi Asrianti)

Dia menyampaikannya pada talkshow bertajuk "Oncology Nursing in Indonesia: How It Is Evolving and What Does The Future Hold?" yang digagas PT Roche Indonesia. Acara berlangsung di Universitas Indonesia, Depok, Rabu (6/12/2023). 

Soeko menyoroti, kasus kanker di Indonesia dan Asia Pasifik selama satu dekade terakhir terus mengalami peningkatan, juga angka kematian yang semakin melonjak. Apabila tidak dilakukan gerakan dan terobosan dalam penanganan pasien kanker, dikhawatirkan kondisi itu menjadi tidak terkendali.

Dia menyampaikan pula, kanker termasuk penyakit terbanyak yang membuat pasien harus dirawat di rumah sakit, selain penyakit kardiovaskular, strok, dan diabetes melitus. Berbagai rumah sakit pun sudah terbagi dalam stratifikasi pelayanan khusus onkologi.

Biaya Pengobatan Kanker di Indonesia - (Republika)

Misalnya, rumah sakit dengan level tertentu harus bisa melayani bedah onkologi. Pada level di atasnya, harus dapat menyediakan layanan bedah dan kemoterapi. Level selanjutnya, menghadirkan layanan bedah, kemoterapi, dan radioterapi.

Level yang lebih tinggi lagi, dapat menyediakan layanan nuklir untuk terapi dan microsurgery. "Semua itu butuh kualitas dari pelayanan. Tidak bisa cuma distribusi alat berkualitas, tapi juga harus menyiapkan sumber daya manusia yang cakap, untuk bisa seirama dengan program pemerintah," kata Soeko.

Karena itu, perawat onkologi yang berorientasi pada kondisi pasien merupakan kebutuhan krusial. Hal tersebut juga mengingat perawat merupakan sosok tenaga kesehatan yang paling sering bertemu pasien yang dirawat, bahkan lebih banyak porsinya dibandingkan dokter.

Ke depan, kebutuhan akan perawat spesialis keperawatan onkologi disebut Soeko akan semakin besar. Saat ini, baru segelintir perawat di Indonesia yang memiliki gelar spesialis keperawatan onkologi melalui pendidikan formal. Program studi Ners Spesialis Keperawatan Onkologi baru tersedia di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (UI).

Tahun depan, program studi serupa akan dihadirkan di Fakultas Kedokteran, Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Inisiatif itu merupakan hasil kemitraan UGM dengan UI serta Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais, Himpunan Perawat Onkologi Indonesia (HIMPONI), dan Roche Indonesia.

Soeko berharap program itu akan semakin banyak mencetak spesialis perawat onkologi. "Tantangan bagi perawat, khususnya bagi spesialis perawat onkologi, bagaimana membuat standar yang sama dengan layanan kanker di luar negeri. Environment sudah tercipta. Tinggal bagaimana mempersiapkan diri untuk masuk ke ekosistem tersebut," ujarnya.

Tugas yang Spesifik

photo
PT Roche Indonesia menggelar sesi talkshow bertajuk Oncology Nursing in Indonesia: How It Is Evolving and What Does The Future Hold? di Universitas Indonesia, Depok, Rabu (6/12/2023). - (Republika/Shelbi Asrianti)

Perawat tidak hanya bertugas memberikan asuhan keperawatan untuk pasien. Di antara sejumlah tugas perawat lainnya yakni memberikan edukasi terkait penyakit pasien, mendampingi keluarga, juga memberikan perawatan paliatif untuk penyakit yang tidak dapat disembuhkan. 

Untuk perawat spesialis keperawatan onkologi atau yang khusus menangani pasien kanker, berbagai tugas itu menjadi lebih spesifik. Ketua Himpunan Perawat Onkologi Indonesia (Himponi) Kemala Rita Wahidi menyampaikan, ada berbagai skill yang harus dikuasai.

Beberapa di antaranya, perawat spesialis keperawatan onkologi harus memiliki keterampilan terkait kemoterapi, terapi radiasi, dan berbagai pelaksanaan terapi kanker lainnya. Spesialis perawat onkologi juga harus mengetahui symptom management.

kanker di Indonesia - (Republika)

  ​

"Mengelola gejala, misalnya ketika pasien mual dan muntah akibat kemoterapi. Begitu juga memperhatikan aspek psikologis pasien. Perawatan luka kanker juga menjadi sesuatu yang penting karena sangat banyak pasien yang memiliki luka kanker," kata Rita, dalam kesempatan yang sama. 

Rita menyampaikan, di Indonesia, tidak semua perawat bisa menempuh pendidikan formal yang memberikan gelar spesialis keperawatan onkologi. Untuk yang menempuh pendidikan formal, akan memiliki gelar spesialis keperawatan onkologi, namun kini baru terdapat satu prodi di Universitas Indonesia yang dibuka sejak 2021.

Tahun depan, jumlah prodi akan bertambah satu lagi di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Sementara, disampaikan Rita, perawat lainnya yang menangani pasien kanker, tapi tidak memiliki gelar itu biasanya mengikuti pendidikan nonformal berupa berbagai program pelatihan dan fellowship.

Himponi yang berdiri sejak 2007 secara proaktif menggelar berbagai program tersebut. Sejak 2013, Rita mengatakan, ada program kolegium keperawatan untuk perawat onkologi. Namun, kini dengan adanya kerja sama UI, UGM, dan berbagai kemitraan lain, profesi itu menjadi semakin berkembang. 

photo
Peduli kanker/ilustrasi - (Yasin Habibi/Republika)

Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia, Cosphiadi Irawan, menyambut dengan bersemangat profesi perawat spesialis keperawatan onkologi. Waktu yang cukup lama, dia melanjutkan, biasa dihabiskan untuk mendidik spesialis perawat onkologi itu diharapkan juga menghasilkan tenaga kesehatan yang mumpuni.

"Pertama, perawat harus menyelesaikan S-1, kemudian jenjang magister dua tahun, baru menempuh spesialis onkologi selama sekitar satu tahun," kata Cosphiadi. Menurut dia, gelar spesialis itu pun perlu memiliki standar pelayanan kompetensi yang memadai.

Pasalnya, kata Cosphiadi, banyak pasien kanker baru berobat dan dirawat ketika stadium kankernya sudah tinggi. Tahapan screening atau deteksi dini belum berkembang sepenuhnya. Tentunya, merawat pasien kanker demikian membutuhkan kompetensi tinggi.

Ke depannya, dia berharap spesialis perawat onkologi memiliki lebih banyak spesifikasi. Seperti halnya onkologi, yang juga terbagi lagi menjadi onkologi anak, onkologi dewasa, yang melibatkan terapi agresif, bahkan transplantasi organ. "Semua itu butuh perawatan khusus. Kalau menanggapi tentang perawat onkologi, pe-er dan tantangannya banyak," ujar Cosphiadi.

 
Di Indonesia, tidak semua perawat bisa menempuh pendidikan formal yang memberikan gelar spesialis keperawatan onkologi.
 
KEMALA RITA WAHIDI, Ketua Himpunan Perawat Onkologi Indonesia (Himponi). 
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

BMI Normal Ternyata Bukan Jaminan Terbebas dari Ancaman Kanker

BMI adalah ukuran kasar jumlah lemak tubuh seseorang dibandingkan dengan tinggi badannya.

SELENGKAPNYA

Kawat Bra dan Kanker Payudara

Lakukan screening rutin agar dapat meningkatkan potensi Anda untuk mendeteksi kehadiran kanker sedini mungkin.

SELENGKAPNYA

Deteksi Dini Penanganan Kanker adalah Kunci

Sekitar 43 persen kematian akibat kanker bisa dikalahkan manakala pasien rutin melakukan deteksi dini.

SELENGKAPNYA

Pusat Kanker Komprehensif, Strategi Tingkatkan Pengendalian Kasus

Hampir sepertiga hingga setengah kanker di Indonesia dapat dicegah.

SELENGKAPNYA