Petugas Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung melakukan aksi kampanye | ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Sains

Urusan Sampah Makanan Kini Kian Genting

Selain menyumbang emisi gas rumah kaca, food waste juga berdampak pada ekonomi,

Food waste atau pemborosan pangan menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi oleh dunia, termasuk Indonesia. Secara global, sebanyak 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun. Jumlah ini, setara dengan sepertiga pangan yang diproduksi untuk dikonsumsi penduduk dunia (FAO).

Sementara itu, timbulan food loss atau waste di Indonesia mencapai 23-48 juta per tahun yang setara 115-184 kilogram/kapita/tahun, menurut kajian Bappenas 2021. Hal ini kemudian berdampak pada emisi gas rumah kaca, menyumbang 1702,9 metrik ton ekuivalen karbon dioksida (MtCO2) atau setara 7,29 persen emisi gas rumah kaca di Indonesia.

“Ini menjadi masalah yang begitu besar. Karena selain menyumbang emisi gas rumah kaca, food waste juga berdampak pada ekonomi,” kata Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional, Nyoto Suwignyo, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (18/10/2023).

photo
Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Nyoto Suwignyo, VP External Communications PT Bank DBS Indonesia Rifka Suryandari, Head of eFishery Fund and Ops eFishery Diajeng Reisa Manik, Founder Lyfe with Less Cynthia Indah Lestari, dan CEO Foodbank of Indonesia Hendro Utomo (dari kiri) berbicara membagikan pandangan mereka dalam diskusi seputar isu sampah makanan dalam rangka Hari Pangan Sedunia di Jakarta, Rabu (18/10/2023). Data oleh United Nations Environment Programme (UNEP) 2020 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat keempat untuk tingkat sampah makanan tertinggi di dunia yakni sebesar 20,94 juta metrik ton. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran, pemahaman, serta kolaborasi oleh seluruh pihak dalam mengatasi isu tersebut. Kampanye Live more, Waste Water & Food less” yang digagas oleh Bank DBS Indonesia fokus pada mengedukasi masyarakat akan pentingnya konsumsi makanan yang bertanggung jawab serta melakukan aksi nyata untuk mengurangi sampah sisa makanan. - (Republika/ Tahta Aidilla)

Nyoto menyebutkan, food loss/waste (FLW) menyebabkan Indonesia kehilangan Rp 213 – 551 triliun per tahun, jumlah yang setara dengan empat hingga lima persen PDB Indonesia. Kehilangan ekonomi terbesar terdapat pada tahapan food waste (FW) sebesar Rp 107-346 triliun per tahun. Jika dibandingkan dengan food loss, timbulan FW selama 20 tahun cenderung meningkat, dari 39 persen pada 2000 ke 55 persen pada 2019, dengan rata-rata sebesar 44 persen.

Pemborosan pangan yang dihasilkan setiap tahunnya, ditegaskan Nyoto, bisa memberi makan sekitar 61-125 juta orang, atau setara 29-47 persen populasi Indonesia. “Jadi memang, pemborosan pangan di Indonesia sangat besar, bahkan bisa menutupi sebagian besar masalah kurang gizi atau defisit gizi di Indonesia,” ujar Nyoto.

photo
Pemulung mengumpulkan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cikundul, Lembursitu, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (17/10/2023). Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi mencatat volume produksi sampah mencapai 180 ton per hari, sekitar 60 persen di antaranya berasal dari jenis sampah makanan dan sampah rumah tangga. - (Antara/Henry Purba)

Menyikapi problematika ini, Nyoto kemudian mendorong kolaborasi dengan berbagai pihak untuk meminimalisasi pemborosan pangan. Badan Pangan Nasional juga terus melakukan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat untuk tidak menyisakan makanan.

“Kalau kita dikasih snack kotakan, dikasih tiga kue, kan kadang dimakan cuma dua, itu sisanya masuk ke food waste. Kalau bapak ibu kondangan juga biasanya disisain, itu berkontribusi ke jumlah food waste global sebanyak 1,3 miliar ton,” kata Nyoto.

Peringkat Empat Dunia

photo
Founder Lyfe with Less Cynthia Indah Lestari menaruh piring pada rak saat peluncuran kampanye Live more, waste water & food less yang digagas oleh Bank DBS Indonesia di Jakarta, Rabu (18/10/2023). Data oleh United Nations Environment Programme (UNEP) 2020 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat keempat untuk tingkat sampah makanan tertinggi di dunia, yakni sebesar 20,94 juta metrik ton. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran, pemahaman, serta kolaborasi oleh seluruh pihak dalam mengatasi isu tersebut. Kampanye Live more, Waste Water & Food less yang digagas oleh Bank DBS Indonesia fokus pada mengedukasi masyarakat akan pentingnya konsumsi makanan yang bertanggung jawab serta melakukan aksi nyata untuk mengurangi sampah sisa makanan. - (Republika/ Tahta Aidilla)

Indonesia menempati peringkat keempat untuk tingkat food waste atau sampah makanan tertinggi di dunia, yakni sebesar 20,94 juta metrik ton. Data ini didapat dari United Nations Environment Programme (UNEP) atau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2020.

Permasalahan ini menjadi semakin genting karena pemborosan makanan diproyeksikan akan meningkat hingga 31 persen pada 2030. Untuk mengatasi permasalahan sampah makanan, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional terus memperkuat program “Gerakan Selamatkan Pangan”.

Dengan tujuan menyelamatkan pangan yang berpotensi menjadi sampah makanan, gerakan ini terdiri atas tiga kegiatan utama, yaitu penyediaan, pengumpulan, penyortiran, dan penyaluran pangan melalui donasi pangan, penyediaan platform penyelamatan pangan yang dapat diakses secara digital, serta melakukan sosialisasi, edukasi dan advokasi kepada masyarakat melalui kampanye “Stop Boros Pangan” dan “Belanja Bijak”.

photo
Petugas catering membersihkan sampah sisa makanan acara resepsi di Jatake, Kota Tangerang, Banten, Minggu (1/9/2019). Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan Indonesia menempati posisi kedua sebagai produsen sampah makanan terbesar di dunia yaitu sebanyak 13 juta ton per tahun. ANTARA FOTO/Fauzan/foc. - (ANTARA FOTO)

"Melalui program Gerakan Selamatkan Pangan, pihaknya bertujuan mengubah paradigma masyarakat dalam mengelola sampah makanan dan mendorong praktik-praktik yang lebih berkelanjutan," kata Nyoto.

Permasalahan food waste yang begitu kompleks di Indonesia tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja, tetapi perlu ada kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk sektor swasta. DBS Indonesia menjadi salah satu pihak swasta, yang berkomitmen membantu mengatasi food waste melalui kampanye “Live more, Waste Water, & Food Less”.

Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika, mengatakan bahwa kampanye ini menjadi komitmen nyata DBS dalam mengatasi isu sampah dan konservasi air. “Kami juga percaya bahwa kita semua, baik pemerintah, swasta, hingga masyarakat memiliki peran dalam mengatasi permasalahan sampah makanan demi menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan,” kata Mona.

Sejak 2020, Bank DBS Indonesia juga secara aktif menunjukkan kepeduliannya terhadap isu sampah makanan, yang tertuang melalui gerakan #MakanTanpaSisa. Kepedulian ini diwujudkan melalui kemitraan erat dengan berbagai organisasi demi mendukung beragam inisiatif berkelanjutan.

photo
Pengunjung berada di dekat sampah makanan dan minuman yang ditinggalkan di Pantai Kampung Nelayan di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (6/3/2022). Perilaku membuang sampah sembarangan saat berwisata tersebut berpotensi menambah timbulan sampah khususnya sampah plastik di laut . - (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/foc.)

Salah satunya adalah dengan Kebun Kumara untuk program "Kompos Kolektif", yakni sampah organik rumah tangga karyawan Bank DBS Indonesia diolah menjadi kompos. Tujuannya, mendorong pengurangan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA).

Selain itu, kolaborasi juga dilakukan dengan FoodCycle Indonesia dalam program "Drive Hunger Away", yaitu makanan yang tidak dikonsumsi karyawan atau makanan di gudang-gudang yang sudah mendekati tanggal kedaluwarsa, didonasikan kepada anak-anak kurang mampu dan lansia prasejahtera yang rentan mengalami kelaparan.

Dengan eratnya jaringan di dalam ekosistem yang dibangun, Bank DBS Indonesia pun berhasil menjembatani eFishery untuk mendonasikan sebanyak 30 kilogram ikan nila, yang akan diterima oleh 150 siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan lansia di Jakarta. Program ini merupakan bagian dari komitmen eFishery terhadap ketahanan pangan dan modernisasi ekosistem akuakultur.

Beberapa kegiatan dengan mitra juga dilakukan oleh Bank DBS Indonesia melalui program sukarelawan untuk karyawannya, yaitu People of Purpose seperti donasi dan pembagian makanan. Sebagai hasilnya, menurut Mona, sepanjang 2023, Bank DBS Indonesia telah berhasil menyelamatkan 250 ribu kilogram food impact atau makanan yang berhasil diselamatkan sehingga tidak berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).

Pencapaian ini mencatat peningkatan yang signifikan, yakni sebesar 346 persen, jika dibandingkan 2022 yang mencatatkan 56.596 kilogram food impact. Data dari DBS Group, secara regional, Bank DBS telah mencatatkan lebih dari 2.000 ton food impact dari semua negara, tempat DBS beroperasi. “Dengan ini, kami berharap dapat menginspirasi perubahan positif dan mengajak masyarakat untuk berkontribusi nyata dalam menciptakan dunia yang lebih baik,” kata Mona menjelaskan.

 

 
Pemborosan makanan diproyeksikan akan meningkat hingga 31 persen pada 2030.
 
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Erick Thohir Ajak ASEAN Bersatu Atasi Sampah Laut

Indoonesia menargetkan pengurangan sampah plastik di laut sebesar 70 persen pada 2025.

SELENGKAPNYA

Kawasan Bebas Sampah Kota Bandung Terus Bertambah 

Saat ini, Kota Bandung menghasilkan sebanyak 1.600 ton sampah per hari dengan jumlah TPS sebanyak 135 unit.

SELENGKAPNYA

Mengolah Sampah Menjadi Sumber Energi

Produk RDF dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara.

SELENGKAPNYA