Mengatasi keinginan bunuh diri dan depresi (ilustrasi) | Freepik/Pch.vector

Khazanah

Fenomena Bunuh Diri di Tengah Generasi Stroberi

Mereka dianalogikan sebagai stroberi yang gampang mengerut karena tak dapat menghadapi tekanan sosial

Oleh FEBRIANTO ADI SAPUTRO

Maraknya kasus bunuh diri belakangan ini di kalangan pelajar dan mahasiswa dinilai terjadi karena sejumlah faktor. Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Prof Koentjoro, berpendapat orang tua pada zaman perubahan teknologi saat ini telah menciptakan generasi stroberi.

Menurut dia, orang tua cenderung mengajar anaknya tentang angka numerik dan logika. Padahal, orang tua mesti mengajarkan kepada anaknya tentang rasa dan intuisi. "Saya kira kelihatannya kita harus waspada bahwa orang tua pada zaman perubahan sekarang ini telah menciptakan generasi stroberi," kata Koentjoro saat dihubungi wartawan, Selasa (3/10/2023).

 
Saya kira kelihatannya kita harus waspada bahwa orang tua pada zaman perubahan sekarang ini telah menciptakan generasi stroberi
PROF KOENTJORO Guru Besar Fakultas Psikologi UGM
 

Generasi Stroberi adalah sebuah neologisme bahasa Tionghoa untuk orang Taiwan yang lahir setelah 1990. Mereka dianalogikan sebagai stroberi yang gampang mengerut karena tak dapat menghadapi tekanan sosial atau kerja keras seperti generasi orang tua mereka. Alhasil, mereka menjadi manja, penyendiri, arogan, dan malas kerja.

Istilah tersebut berkembang dari sudut pandang bahwa para anggota generasi ini dibesarkan dengan terlalu dilindungi oleh orangtua mereka dan dalam sebuah lingkungan yang mapan secara ekonomi. Perlakuan tersebut selayaknya bagaimana stroberi ditumbuhkan di rumah kaca yang dilindungi dan dihargai lebih tinggi ketimbang buah-buahan lainnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, kebanyakan orang tua mendidik anak dengan perintah dan memarahi, tetapi tidak pernah memuji. Akibatnya, anak bergaul dengan dirinya sendiri. Dia pun jarang berbaur dengan lingkungannya. Faktor tidak adanya teman juga menyebabkan seseorang mudah melakukan bunuh diri. Ia menyebut biasanya orang-orang yang seperti itu adalah orang yang introvert, yang tidak pernah mengungkapkan isi pikiran perasaannya pada orang lain. "Pada waktu menyendiri itu dia bahasa psikologi tadi dia sedang terkena obsesif kompulsif tadi, karena selalu mencari celah mencari kesempatan untuk bunuh diri," katanya.

photo
Negara Pemuncak Tingkat Bunuh Diri - (statista)

Menurut dia, seharusnya bunuh diri bisa dicegah melalui deteksi dini. Ia pun mengusulkan kepada setiap universitas dan sekolah untuk selalu menekankan kepada murid dan mahasiswanya agar bercerita jika muncul pikiran untuk bunuh diri. Upaya dialog merupakan hal yang penting untuk dilakukan. "Kalau mau bunuh diri harap cerita kepada teman terdekatnya yang dipercaya itu yang harus ditekankan," kata dia.

Dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K), ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menjelaskan, generasi stroberi lahir dari orang tua yang menerapkan helicopter parenting. Menurut dia, ada fenomena orang tua sangat abai terhadap anak mereka.

“Tapi sebaliknya, ada yang terlalu ikut campur bahkan terlalu melindungi. Bahkan di sekolah, orang tua itu ikut semua acara anak, ortu ikut campur ini itu, memang kita harus seimbang antara berupaya membantu, tapi juga membiarkan mereka menyelesaikan masalah dan belajar membuat keputusan sendiri," kata Dr Piprim dalam pertemuan zoom, Senin (28/8/2023).

 
photo
Depresi dan keinginan bunuh diri (ilustrasi) - (Freepik/Storyset)

Piprim menjelaskan anak-anak perlu mampu menghadapi risiko ketika ada tantangan. Bagaimana mental mereka kuat orang tua ikut campur dengan semuanya? “Ini rada ngeri. Karena ingin anaknya berprestasi. Ini ortu yang memprioritaskan prestasi lebih dari pertumbuhan kepribadian anak. Saya kira ini bahaya ketika anak dituntut selalu juara satu, overprotektif padahal anak itu butuh prosesnya," kata dia menjelaskan.

Menurut Dr Piprim, memahami proses adalah jauh lebih penting daripada menjadi juaranya. Jadi harus seimbang antara bimbingan dan otonomi. “Kalau dulu anak nakal, anak itu dimarahi orang tua. Sekarang anak nakal dimarahin guru, gurunya dipukul ortu, nah itu anaknya cemen,” kata dia menambahkan.

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Penting agar orang tua memahami pertumbuhan dan mengoptimalkan perkembangan remaja agar mereka sehat fisik ataupun mental.

Larangan bunuh diri

Di dalam Islam, Allah melarang hamba-Nya untuk melakukan tindakan aniaya, baik kepada orang lain maupun dirinya sendiri, termasuk bunuh diri. Ketua bidang Keislaman Nasyiatul Aisyiyah, Ustazah Nur Arina, menyebutkan landasan pelarangan bunuh diri sebagaimana firman Allah:

وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا


Artinya: "Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (An Nisa ayat 29).

Ustazah Nur Arina menjelaskan, tindakan bunuh diri kerap dipilih seseorang karena diimpit masalah rumit. Seolah-olah, dia tidak mampu lagi mengatasinya sehingga bunuh diri dianggap akan menyelesaikan masalah yang menimpanya.

Banyak faktor lain yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Di antaranya, ada keluarga lain yang melakukan tindakan serupa, perilaku impulsif (melakukan tindakan karena dorongan hati), kesehatan mental, dan yang marak terjadi akhir-akhir ini ada perilaku perundungan sehingga membuat seseorang merasa dikucilkan dan tidak berharga.

Allah yang Maha Penyayang sudah memberikan petunjuknya dalam Alquran agar manusia selalu optimistis dalam menghadapi masalah, beberapa petunjuk-Nya dalam Alquran.


Pertama, surah Ali Imran ayat 139:

وَلَا تَهِنُوۡا وَ لَا تَحۡزَنُوۡا وَاَنۡتُمُ الۡاَعۡلَوۡنَ اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ‏ “


Artinya: "Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman." (Ali Imran. Ayat 139).


Kedua, surah Al Baqarah ayat 286:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286)


Artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir'." (Albaqarah ayat 286).

Ketiga, surah Al Insyirah ayat 5-6:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً


Artinya: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (Al Insyirah ayat 5-6).

"Tentu, untuk tumbuh menjadi pribadi yang baik dengan kesehatan mental yang baik pula perlu dukungan dari orang sekitar, orang terdekat, orang tua, guru, dan lingkungan pertemanan yang baik," kata dia.


Peringatan berupa efek negatif bisa menjadi salah satu metode untuk menjadi bahan untuk menjadi pertimbangan sebelum kita melakukan tindakan negatif, karena ada konsekuensi buruk yang akan kita terima atas tindakan itu. Seperti peringatan Rasulullah akan azab yang diterima seseorang ketika melakukan bunuh diri.

Dalam sebuah hadist dari Tsabit bin Adh Dhohhak, Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَىْءٍ عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ


Artinya: “Barang siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mewaspadai Bahaya dan Implikasi Doxing

Di era digital seperti saat ini, semua orang bisa berisiko menjadi korban doxing.

SELENGKAPNYA

Mentan SYL Raib, Jokowi Ambil Tindakan

Nasdem berdalih Menteri SYL sedang berobat di luar negeri.

SELENGKAPNYA

Melawan Depresi Penyebab Bunuh Diri

Allah Ta'ala memang sudah berjanji akan memberikan kepada manusia beragam rasa di dalam jiwa.

SELENGKAPNYA