Meminjam uang (ilustrasi) | Unsplash/Ethan Rougon

Gaya Hidup

Balada Urusan Pinjam Meminjam Uang

Responden yang meminjamkan uang kepada teman atau anggota keluarga tak pernah mendapat uangnya kembali.

Meminjamkan uang kepada keluarga atau teman adalah sesuatu yang pernah dilakukan sebagian besar orang, meskipun tidak dimungkiri hal itu bisa terasa tidak nyaman. Namun, jika menolaknya, ada rasa sungkan karena tak bisa membantu.


Ketidaknyamanan lain terutama terjadi jika orang dipinjami uang tidak membayar utang meski sudah melewati batas waktu yang dijanjikan. Ada rasa segan menagih, tapi juga jengkel karena sepertinya orang yang berutang begitu saja melupakan yang dipinjam.


Dengan pengalaman demikian, seseorang mungkin selanjutnya kapok untuk meminjamkan uang kepada teman dan keluarga. Akan tetapi, ketika orang yang sama berusaha meminjam lagi atau mungkin ada orang lain yang meminjam dan ditolak, terjadi situasi canggung.


Terkadang orang yang meminjam, uang tetapi ditolak malah melontarkan sindiran atau ucapan nyinyir. Bisa juga memberi perlakuan buruk karena apa yang diinginkan tidak didapat, seperti menuliskan unggahan media sosial tentang orang yang menolak memberi pinjaman.

photo
Meminjamkan uang pada teman (ilustrasi) - (Unsplash/Towfiqu Barbhuiya)


Dikutip dari laman BBC, Kamis (21/9/2023), para ahli, baik itu pakar kejiwaan maupun pakar finansial, sependapat bahwa suatu relasi pertemanan yang melibatkan perkara uang di dalamnya bisa menjadi canggung. Tidak menutup kemungkinan timbul ketidakseimbangan atau gangguan dalam hubungan yang tadinya saling percaya. 


Hal ini berpotensi membuat kedua belah pihak merasakan emosi yang kompleks, seperti malu, malu, dan marah. "Saya pikir uang masih menjadi topik yang sangat intim untuk dibicarakan secara autentik oleh banyak orang,” kata Maggie Baker, psikolog dan terapis keuangan yang berbasis di Pennsylvania, Amerika Serikat (AS).


Orang-orang mungkin sering bicara tentang uang, tapi tidak bertanya satu sama lain tentang situasi keuangan masing-masing secara spesifik. Ada selubung yang menutupi seluruh topik tentang uang, berapa banyak yang dimiliki, dan berapa banyak yang tidak dimiliki.


Profesor J Michael Collins yang menjabat sebagai direktur Pusat Keamanan Finansial di Universitas Wisconsin, AS, menjelaskan ketika perkara pinjaman uang dilakukan secara formal. Seseorang bisa pergi ke bank, mengajukan pinjaman, lalu bank akan memutuskan apakah orang itu dapat membayar kembali atau tidak. 

Kronologi Kasus Penipuan Pinjol Mahasiswa IPB - (Republika)

  

Lantas, orang itu menandatangani kontrak, yang isinya sesuatu akan terjadi jika dia gagal membayar. Bisa jadi gaji dipotong, mobil diambil kembali, atau opsi lainnya. Sayangnya, hal sama tidak bisa diterapkan jika seseorang meminjamkan uang kepada teman atau kerabat dalam konteks informal.


"Ini adalah sifat longgar dari kasus tersebut (meminjamkan uang kepada orang terdekat--Red) serta kurangnya kemampuan tindak lanjut atau akuntabilitas yang membuat orang sangat gugup," ujar Collins. 


Meminjamkan uang kepada seseorang juga berarti mengubah sebuah hubungan secara halus mengubah posisi kedua belah pihak dalam hubungan. Orang yang memberikan pinjaman bukan sekadar teman atau anggota keluarga tiba-tiba ada rasa menjadi 'petugas pinjaman'.


Ada juga tingkat ketidakpastian yang tinggi bagi pemberi pinjaman. Sebab, tidak peduli seberapa dekat Anda dengan seseorang, Anda mungkin tidak tahu bagaimana dirinya mengelola keuangan. Faktanya, para ahli mengatakan sebagian besar pinjaman tidak dilunasi. Disebutkan bahwa sembilan dari 10 orang yang berutang kepada teman tidak membayar kembali pinjamannya.


"Biasanya yang terjadi adalah orang yang berutang mulai menghindari Anda, kemudian Anda mulai merasa kesal. Anda merasa seperti sedang dimanfaatkan, merasa seperti seseorang tidak menghormati batasan Anda," ujar Brad Klontz, psikolog finansial dan profesor madya di Creighton University, AS.


Lebih Berhati-hati

photo
Sejumlah anak membaca bersama di dekat dinding bermural di kawasan Tempurejo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/9/2021). Mural tersebut sebagai sarana imbauan kepada masyarakat terhadap bahaya pinjaman daring atau online (pinjol) ilegal yang sekarang lagi marak. - ( ANTARA FOTO/Didik Suhartono/hp.)


Ketika ada teman atau keluarga yang sedang kesulitan secara finansial dan meminjam uang, seseorang pasti tak berpikir dua kali untuk segera memberi bantuan pinjaman. Namun, jangan sampai itu malah membuat Anda mengalami masalah keuangan.


Menurut survei pada 2022 yang dilakukan oleh Creditcards.com, 42 persen responden yang meminjamkan uang kepada teman atau anggota keluarga tak pernah mendapat uangnya kembali. Ada baiknya mencermati sejumlah hal dahulu sebelum memutuskan meminjamkan uang.


Dikutip dari laman Investopedia, Kamis (21/9/2023), sebelum meminjamkan uang kepada teman dan keluarga, pertimbangkan dampaknya secara finansial dan emosional. Misalnya, apakah besaran uang yang dipinjamkan berpotensi menimbulkan masalah keuangan bagi diri sendiri atau tidak.


Cermati pula apakah itu bisa menyebabkan kerusakan hubungan apabila terdapat kondisi tak terduga seperti uang yang tak kunjung dikembalikan. Pertimbangkan pula apakah alasan meminjam uang memang masuk akal atau merupakan situasi darurat.


Jangan sampai, karena meminjamkan uang kepada seseorang, itu justru membebani kondisi keuangan dan mempersulit pembayaran tagihan. Selain implikasi finansial, penting juga untuk memikirkan seberapa besar kemungkinan Anda mendapatkan uang itu kembali. 


Apabila teman atau anggota keluarga yang meminta pinjaman diyakini punya rasa tanggung jawab dan pasti melunasi utang, itu tidak menjadi masalah. Sebaliknya, jika peminjam memiliki riwayat tidak bertanggung jawab secara finansial, sebaiknya tidak mengambil risiko dengan meminjamkan uang.


Perlu juga meninjau anggaran dan tabungan untuk melihat berapa banyak uang yang dirasa nyaman untuk diberikan sebagai pinjaman sementara. Jika meminjamkan uang dengan harapan akan mendapatkannya kembali, lebih baik selektif dalam memilih kepada siapa memberikan pinjaman.  


Dalam survei Lending Tree, misalnya, lebih dari sepertiga peminjam dan pemberi pinjaman melaporkan konsekuensi negatif akibat perkara utang, termasuk rasa benci dan sakit hati. Jika memang merasa tidak nyaman meminjamkan uang kepada seseorang, tidak apa-apa jika menolak untuk meminjamkan uang.


Sementara, apabila memutuskan memberikan pinjaman kepada teman atau keluarga, buat catatan tertulis untuk menghindari kesalahpahaman. Buat kontrak pinjaman yang disetujui dan ditandatangani kedua belah pihak.


Kontrak itu mencakup nama pemberi pinjaman, nama peminjam, tanggal pinjaman diberikan, dan jumlah uang yang dipinjamkan. Cantumkan pula tanggal jatuh tempo pembayaran, minimal pembayaran bulanan jika pembayaran akan dicicil, dan konsekuensi gagal bayar pinjaman.


Saat meminjamkan uang kepada teman maupun keluarga, jangan pernah meminjamkan uang lebih dari kemampuan. Selain itu, keputusan meminjamkan uang sebaiknya tidak didorong oleh rasa bersalah atau merasa "berkewajiban" melakukannya.

 

 
Jika memang merasa tidak nyaman meminjamkan uang kepada seseorang, tidak apa-apa jika menolak untuk meminjamkan uang.
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Kisah Peneror Pinjol di Ujung Ponsel

Gadis-gadis daerah kerap direkrut jadi peneror pinjaman daring.

SELENGKAPNYA

Segera Berantas Pinjol Meresahkan

Seorang warga bunuh diri diduga karena terjerat pinjol.

SELENGKAPNYA

UMKM Jangan Cari Modal ke Pinjol Ilegal

UMKM yang membutuhkan akses permodalan dapat memanfaatkan Securities Crowdfunding.

SELENGKAPNYA

Pintar-Pintar Mengenali Ciri Pinjol Ilegal

Pinjol ilegal juga selalu memberikan iming-iming menarik mengenai bunga pinjaman.

SELENGKAPNYA