KH Yusuf Hasyim. | DOK NU

Mujadid

Biografi KH Yusuf Hasyim

Selama lebih dari empat dekade, Pak Ud mengasuh Ponpes Tebuireng.

Nama lengkapnya adalah KH Muhammad Yusuf Hasyim. Tokoh ini merupakan putra bungsu dari pasangan Hadratus-syekh Hasyim Asy'ari dan Nyai Nafiqoh. Ia lahir pada 3 Agustus 1929 M di lingkungan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang (Jawa Timur).

Masa kecilnya dihabiskan untuk memperdalam ilmu-ilmu agama. Pertama-tama, ia belajar membaca Alquran langsung dari ayahnya. Sang hadratus-syekh mendidiknya dengan penuh kasih sayang dan sekaligus disiplin.

Saat berdakwah, Mbah Hasyim sering membawa putranya ini. Sesekali, anak tersebut diminta untuk mengulang hafalan ayat-ayat suci. Latihan tahfiz itu dilakukannya di mana saja, semisal dalam kereta api atau saat menumpangi delman dalam perjalanan ke majelis-majelis taklim.

Saat berusia 12 tahun, Yusuf Hasyim muda menjadi santri di Pondok Pesantren Alquran Sedayu, Gresik. Lembaga tersebut saat itu diasuh oleh Kiai Munawar. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Krapyak di bawah arahan KH Ali Maksum. Dalam rihlah keilmuannya ini, ia juga sempat nyantri di Pondok Modern Gontor Ponorogo.

Kegemarannya membaca berjam-jam lamanya diimbangi dengan wataknya yang supel. Sejak kecil, dirinya pandai bergaul. Bahkan, ia juga tidak sungkan untuk mengikuti diskusi para tokoh bangsa yang bertamu ke Tebuireng.

Dikisahkan, Jenderal Sudirman pernah mengunjungi kediaman Mbah Hasyim. Yusuf Hasyim—saat itu masih berusia 18 tahun—sejak pagi-pagi sekali bersiap menyambut sang jenderal di halaman Tebuireng. Bangga sekali dirinya menerima kedatangan petinggi TNI tersebut.

Begitu sampai, Pak Dirman diterima dengan ramah oleh keluarga Mbah Hasyim dan para santri. Saat mengobrol dengan sang tuan rumah, jenderal tersebut duduk di kursi beranda. Di sela-sela obrolan, Yusuf Hasyim menyampaikan keinginannya untuk menjadi bagian dari pasukan di bawah komando Pak Dirman.

Mendengar itu, Mbah Hasyim tersenyum seraya menimpali, “Beribu-ribu santri siap mati syahid demi mempertahankan kemerdekaan negeri.” Perkataan tersebut seketika mencerahkan wajah Pak Dirman. Sang jenderal langsung mengubah duduknya menjadi lebih tegap, menunjukkan semangat yang membuncah. Padahal, ketika itu perwira tersebut sedang mengidap sakit.

Jiwa patriotik Yusuf Hasyim sudah kuat sejak masih belia. Pada masa pendudukan Jepang, Tebuireng pernah dikepung sepasukan polisi Dai Nippon. Mereka hendak menangkap Mbah Hasyim dan sejumlah santri yang diketahui menolak seikerei.

photo
ILUSTRASI Lukisan yang menggambarkan sosok KH Hasyim Asyari. - (DOK ANTARA MOCH ASIM)

Penangkapan Mbah Hasyim menyebabkan proses belajar-mengajar di Tebuireng terhenti. Yusuf Hasyim pada saat itu masih berusia 13 tahun. Walaupun luput dari kejaran polisi Jepang, ia menyaksikan penangkapan ayahandanya. Lalu, ia menyelinap keluar dari pesantren dan meninggalkan Jombang.

Masa pengembaraan ini ternyata membawa perubahan bagi diri Yusuf Hasyim. Kian tumbuh tekad dan keberanian dalam dadanya. Sebagai seorang pemuda, ia menyadari amat pentingnya perjuangan mempertahankan dan membela kemerdekaan Tanah Air.

Ikut berjuang

Pada awalnya, Laskar Hizbullah didirikan sebagai bagian dari strategi pemerintah pendudukan Jepang. Nippon hendak memobilisasi kekuatan pribumi untuk kepentingannya dalam perang melawan Sekutu.

Mbah Hasyim pun mendukung penuh pendirian Hizbullah, tetapi dengan tujuan yang jauh berbeda dari agresor tersebut. Seperti pandangan para kiai umumnya, laskar tersebut haruslah dimanfaatkan untuk mempersiapkan kekuatan pemuda untuk menyongsong kemerdekaan Indonesia.

Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) mencatat, Yusuf Hasyim menjadi anggota Laskar Hizbullah pada 1944. Bergabungnya pemuda itu juga atas dukungan ayahandanya. Saat Resolusi Jihad digaungkan oleh Mbah Hasyim pada 22 Oktober 1945, ia pun ikut serta dalam perjuangan tersebut. Posisinya saat itu adalah komandan kompi Laskar Hizbullah Jombang.

Yusuf Hasyim pun memimpin sekelompok pasukan dalam melawan tentara Belanda (NICA) yang membonceng pasukan Sekutu. Pertempuran dahsyat terjadi pada 10 November 1945 di Surabaya. Itulah momen yang tak terlupakan baginya.

photo
Barisan Laskar Hizbullah. Pada zaman pendudukan Jepang, Laskar Hizbullah dibentuk. Ide awalnya dari usulan KH A Wahid Hasyim. - (DOK NU)

Pada 1947, eksistensi Laskar Hisbullah dilebur ke dalam Tentara Nasional Indonesia. Mengikuti imbas kebijakan tersebut, Yusuf Hasyim lantas menjadi tentara aktif. Pangkatnya waktu itu adalah letnan satu.

Pada tahun yang sama, ia merasakan duka mendalam karena ayahandanya, Kiai Hasyim Asy’ari, meninggal dunia. Pada 1948, Yusuf Hasyim bergabung dengan Batalyon TNI 39 Condromowo, sebuah kesatuan Angkatan Darat yang merupakan dahulu termasuk Laskar Hizbullah Devisi Sunan Ampel.

Dalam masa perjuangan ini, Yusuf Hasyim pernah memimpin anak buahnya untuk menghadapi pasukan Belanda/NICA yang dipimpin Van Der Plass. Pihak musuh saat itu bergerak menuju Tebuireng. Sebab, kompleks pondok pesantren itu dicurigai sebagai tempat persembunyian tentara RI. Dalam insiden ini, KH Abdul Wahid Hasyim, kakak kandung Yusuf Hasyim, ditangkap NICA dan kemudian ditahan di Surabaya.

Setelah menguasai Tebuireng, pasukan Van Der Plass terus bergerak ke selatan untuk mengejar kelompok pejuang yang dipimpin Yusuf Hasyim. Kontak senjata antara kedua belah pihak pun terjadi. Dalam kejadian itu, putra Mbah Hasyim tersebut sempat terluka. Laskar Hizbullah ini kemudian mundur teratur. Selanjutnya, mereka melancarkan taktik gerilya sehingga pergerakannya tidak mudah terdeteksi musuh.

Dalam peristiwa Pemberontakan PKI di Madiun pada 1948, Yusuf Hasyim juga ikut menghalau para simpatisan komunis yang mengacaukan daerah tersebut. Remaja 19 tahun itu turut dalam operasi penyelamatan tokoh-tokoh lokal yang sebelumnya diculik para simpatisan Musso, seorang tokoh PKI. Di antara mereka yang berhasil selamat adalah Kapten Hambali, KH Ahmad Sahal, dan KH Imam Zarkasyi, pengasuh Pondok Modern Gontor.

Pada masa 1960-an, dia bersama Barisan Ansor Serba Guna (Banser) kembali mengangkat senjata untuk melawan PKI di Kanigoro, Kediri, dan Blitar Selatan. Pascaperistiwa berdarah G30S, situasi nasional mulai berubah. Pada akhirnya, rezim Orde Lama tumbang dan digantikan oleh Orde Baru.

photo
ILUSTRASI Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur. Lembaga pendidikan yang berdiri sejak abad ke-19 itu telah mencetak banyak tokoh nasional. Seorang di antaranya ialah KH Yusuf Hasyim. - (DOK REP Wihdan Hidayat)

Terjun ke politik

Menjelang masa Orba, Yusuf Hasyim mulai meniti karier di dunia politik. Ia menjadi wakil sekretaris jenderal Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI). Pada 1967, dirinya terpilih sebagai wakil rakyat. Fraksi tempatnya berada aktif dalam berbagai proses politik yang sangat dinamis di hari-hari menjelang berakhirnya Orla. Hingga era 1980-an, putra Mbah Hasyim tersebut duduk di kursi Parlemen.

Sebagai salah seorang ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), sosok yang akrab disapa Pak Ud itu turut membesarkan jami’yyah ini. Pada 1984, NU memutuskan untuk kembali pada Khittah.

Pak Ud menjadi sosok kunci yang mengusulkan tinjauan atau tafsiran ulang atas pengertian Khittah. Dengan begitu, turut menentukan posisi NU dalam percaturan politik di Tanah Air.

Untuk mengenang jasa-jasa perjuangannya, markas besar Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Jakarta menetapkan Pak Ud sebagai pahlawan kemiliteran pada 2007 lalu. Penganugerahan itu diwujudkan dalam sebuah upacara pemberian tonggak bambu runcing di atas pusara sang kiai, yang terletak di dekat kompleks Pesantren Tebuireng. Hingga kini, banyak pihak mengusulkan agar KH Yusuf Hasyim diakui negara sebagai pahlawan nasional RI.

Inilah Semestinya Watak Umat Islam

Alquran memberikan pedoman, bagaimana sifat-sifat yang seharusnya melekat pada umat Islam.

SELENGKAPNYA

Shahihain Dalam Satu Buku

Karya Syekh Fu'ad Abdul Baqi ini mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat dalam mahakarya Imam Bukhari dan Muslim.

SELENGKAPNYA

Sang Teladan dari Tanah Betawi

KH Abdul Madjid dijuluki sebagai gurunya para ulama Betawi.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya