Buku ini merangkum hadis-hadis tersahih dari Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. | DOK IST

Kitab

Shahihain Dalam Satu Buku

Karya Syekh Fu'ad Abdul Baqi ini mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat dalam mahakarya Imam Bukhari dan Muslim.

Semasa hidupnya, Nabi Muhammad SAW menganjurkan para sahabat yang memiliki kemampuan literasi untuk menuliskan ayat-ayat Alquran. Hasil kerja mereka di kemudian hari menjadi jalan bagi pembukuan Kitabullah; proses yang mencapai puncaknya pada era kekhalifahan Utsman bin Affan.

Berkebalikan dengan itu, pembukuan hadis agaknya berjalan lebih "lamban." Sebab, pada mulanya Rasulullah SAW melarang para sahabatnya untuk menuliskan apa-apa yang dari lisan beliau selain Alquran. Barulah belakangan, beliau mengisyaratkan bahwa ucapan-ucapan beliau tidak mengapa dituliskan.

Studi mengenai hadis mulai berkembang pesat sejak abad kedua Hijriyah. Imam Bukhari (194-256 H) dan muridnya, Imam Muslim (204-261 H), merupakan duo pakar hadis yang paling berpengaruh dalam sejarah. Hingga kini, mereka diakui luas sebagai penghimpun hadis-hadis dengan tingkat validitas yang tertinggi.

Karyanya masing-masing, yakni Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dipandang sebagai rujukan utama untuk menemukan hadis-hadis sahih. Shahihain, begitu sebutan bagi kedua kitab monumental itu, memiliki kekuatan dalil setingkat di bawah Alquran.

Bagaimanapun, terutama untuk orang-orang awam, membaca Shahihain secara utuh mungkin terlalu “berat.” Seorang pembaca pun kiranya menginginkan ringkasan dari kitab-kitab induk yang ada.

Untuk itu, pilihan dapat jatuh pada karya-karya lain yang merupakan ringkasan. Semua itu mengikhtisarkan buah kerja keras Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Maka, buku yang disusun Syekh Muhammad Fu’ad Abdul Baqi bisa menjadi bahan pertimbangan. Al-Lu’lu wal Marjan fi ma Ittafaqa 'Alaihi as-Syaikhan, demikian judulnya, merupakan himpunan hadis sahih yang diriwayatkan kedua imam dari masa keemasan Islam itu.

 
Hadis-hadis yang termaktub di dalamnya merupakan hadis tersahih.
   

Hadis-hadis yang termaktub di dalamnya merupakan hadis tersahih. Karena hadir dalam wujud satu kitab yang utuh, pembaca pun akan lebih mudah dalam mencari dan menemukan rujukan sunnah Rasul SAW.

Al-Lu’lu wal Marjan telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dunia. Adapun edisi bahasa Indonesia dari kerja-keras Syekh Fu’ad Abdul Baqi itu diterbitkan sejumlah pihak. Misalnya, Penerbit PT Elex Media Komputindo. Terjemahan itu berupa buku yang setebal 1.130 halaman dan diberi judul Shahih Bukhari Muslim.

Sebelum menyelami isi karya tersebut, berikut ini adalah sepintas profil penulisnya. Muhammad Fu’ad Abdul Baqi lahir pada 3 Jumadil Awwal 1299 H atau 8 Maret 1882 M. Alumnus Madrasah al-Tahdziriyah al-Kubra, Darb al-Jamamis, Mesir, itu memiliki minat yang tinggi pada dunia keilmuan Islam. Sejak berusia remaja, dirinya mencerna banyak buku tentang hadis, fikih, dan biografi Nabi SAW.

Pada 1922, seorang tokoh modernisme Islam, Rasyid Ridha, meluncurkan majalah Al-Manar. Fu’ad ingin membeli terbitan itu langsung di kantor redaksi media massa tersebut.

Tak disangka, ia berpapasan dan kenalan dengan Abdurrahman Asyim, yang juga sepupu Ridha. Akhirnya, ia pun diperkenalkan dengan sang modernis. Maka dimulailah hubungan antara dirinya dan sang guru.

Kedekatan Fu’ad dengan Rasyid Ridha terutama disebabkan keduanya menaruh minat pada bidang yang sama, yakni katalogisasi hadis. Suatu hari, Ridha menyatakan ketertarikannya pada karya seorang orientalis, AJ Wensick. Karya yang dimaksud masih dalam bahasa Inggris.

Maka Ridha meminta Fu’ad untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab. Sang murid menyanggupinya. Tugas itu mampu diselesaikannya dalam waktu lima tahun. Pada 1933, naskah terjemahan itu sudah rampung, yakni Miftah Kunuz as-Sunnah. Setelah itu, cendekiawan Mesir itu kian tertarik untuk menerjemahkan karya lainnya dari Wensick. Maka terbitlah Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadits an-Nabawi.

 
Fu’ad menemukan banyak kesalahan pada teks asli yang ditulis Wensick (orientalis).
   

Ternyata, Fu’ad menemukan banyak kesalahan pada teks asli yang ditulis Wensick. Karena itu, kedua naskah tersebut ditelaahnya lagi secara tashih. Hasilnya kemudian dikirimkan kepada si orientalis sebagai bahan koreksi. Setelah banyak menerjemahkan buku-buku tersebut, Fu’ad bermaksud menyusun sebuah kitab yang menghimpun kumpulan hadis sahih. Inilah asal mulanya penulisan Al-Lu’lu wal Marjan.

Kandungan buku

Sebagai buku yang merangkum Shahihain, isi Al-Lu’lu wal Marjan pun menyajikan topik-topik yang serupa dengan mahakarya Imam Bukhari dan Muslim itu. Misalnya, bab tentang iman, bersuci (thaharah), haid, shalat, meringkas shalat bagi musafir, dan sebagainya. Yang cukup praktis dalam edisi terjemahan bahasa Indonesia karta Fu’ad itu ialah adanya bab tentang ilmu hadis pada bab pertama.

Bagian tentang musthalaah hadits memudahkan pembaca awam yang belum pernah menyelami disiplin keilmuan hadis sebelumnya. Kalam pembuka itu juga tersaji dengan menonjolkan poin-poin terpenting untuk bisa memahami disiplin tersebut. Yang cukup menarik perhatian, Fu’ad memaparkan terlebih dahulu tentang keutamaan jujur dalam studi hadis.

Sebab, betapa berat dosa orang yang berdusta atas nama Rasulullah SAW. Ali bin Abi Thalib berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Janganlah kalian berdusta atas namaku karena sesungguhnya siapa yang berdusta atas namaku pasti masuk neraka.” Dalam hadis lain, dijelaskan bahwa Rasul SAW menegaskan, “Siapa yang berdusta atas namaku, maka ia telah menyiapkan tempatnya di neraka.”

Kitab Al-Lu'lu wa al-Marjan, karya Muhammad Fuad Abdul Baqy, dapat dikatakan sebagaimana yang dimaksud oleh Imam Ibnu ash-Shalah. Sang alim berpendapat, ada tujuh tingkatan hadis sahih.

Pertama, shahih muttafaq 'alaihi. Inilah hadis-hadis sahih yang disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Maka, tingkatan kesahihannya menduduki level yang teratas. Disebut juga sebagai Shahihain.

Kedua, Shahih Bukhari, yakni hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Ketiga, Shahih Muslim, yang hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Keempat, sahih menurut syarat yang ditentukan oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkan hadis tersebut.

photo
Sampul kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. - (DOK WIKIPEDIA)

Kelima, sahih hanya menurut syarat Imam al-Bukhari, namun Bukhari tidak meriwayatkannya. Keenam, sahih hanya menurut syarat Imam Muslim, namun ia tidak meriwayatkannya. Ketujuh, sahih menurut riwayat lain-lainnya, tidak menurut syarat keduanya.

Buku yang diindonesiakan oleh Penerbit Pustaka As-Sunnah dengan judul Al-Lu'lu' wal Marjan: Ensiklopedi Hadits-hadits Shahih yang Disepakati oleh Bukhari dan Muslim ini memuat hadis-hadis yang berada pada puncak kesahihan, tingkatan pertama dan utama yang memuat hadis-hadis sahih yang disepakati kesahihannya oleh Imam Bukhari dan Muslim.

Karena itu, buku yang menghimpun 1.906 hadis sahih—dan merupakan intisari dari apa yang ada di dalam Shahihain—ini merupakan rujukan yang sangat penting bagi kaum Muslimin untuk memahami dan melaksanakan ajaran Islam secara kaffah (sempurna).

Sang Teladan dari Tanah Betawi

KH Abdul Madjid dijuluki sebagai gurunya para ulama Betawi.

SELENGKAPNYA

Wulan Guritno Dimintai Keterangan di Bareskrim Polri

Pemanggilan Wulan Guritno terkait promosi judi online yang dilakukannya. Video promosi itu ditelusuri terjadi pada tahun 2020.

SELENGKAPNYA

Kontroversi Lagi, Pimpinan KPK Bertemu Tahanan?

Johanis Tanak diduga bertemu dengan tahanan Dadan Tri Yudianto di lantai 15 gedung KPK.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya