
Kisah
Mengenal Para Pemanah di Era Rasulullah
Sejumlah sahabat Nabi SAW dikenal mahir dalam keterampilan memanah.
Panahan merupakan salah satu seni keprajuritan (furusiyah) yang ada dalam sejarah peradaban Islam. Nabi Muhammad SAW pun menjadikan seni ini sebagai salah satu keutamaan yang dianjurkan bagi kaum Muslimin.
Hadis yang bersumber dari Uqbah bin Amir al-Juhani RA menjelaskan tentang sabda Rasulullah SAW mengenai panahan. "Dan persiapkan untuk mereka (anak-anak Muslimin) apa-apa yang kalian mampu berupa kekuatan. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah!" (HR Muslim).
Lebih lanjut, dalam hadis lain yang bersumber dari Sa'ad bin Abi Waqqash, Rasulullah SAW bersabda, "Hendaknya kalian memanah karena itu permainan yang paling bagus bagi kalian" (HR ath-Thabrani). Pada masa perjuangannya mempertahankan umat dari musuh, Rasulullah SAW juga memiliki beberapa pemanah. Mereka terkenal memiliki kemampuan yang mumpuni atau di atas rata-rata. Dengan demikian, para pejuang itu turut berperan penting dalam menegakkan panji-panji Islam ke seantero jazirah Arab.
Irvan Setiawan Mappaseng dalam buku Seni Memanah menyebutkan, beberapa sahabat Rasulullah SAW terkenal memiliki keahliah panahan. Seorang di antaranya adalah Sa'ad bin Abi Waqqash. Lelaki ketiga yang memeluk agama Islam ini kerap menghabiskan waktu untuk memperbagus anak panah dan busurnya serta mengasah kemampuan memanah. Ia merupakan sahabat pertama yang menembakkan anak panah dalam medan jihad fii sabilillah. Pada peristiwa Perang Uhud, dia tercatat menembakkan seribu anak panah.
Rasulullah SAW sempat mengambilkan anak panah dari wadahnya untuk diberikan kepada Sa'ad. Beliau lalu mendoakan sahabatnya itu dengan kalimat, "Ya Allah, tepatkan lemparan panahnya dan kabulkanlah doanya" (HR Hakim).
Ya Allah, tepatkan lemparan panahnya dan kabulkanlah doanya.Doa Rasulullah SAW untuk Sa'ad bin Abi Waqqash
Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, Sa'ad bin Abi Waqqash memimpin pasukan Islam untuk menghancurkan pasukan Sassaniyah dalam Perang Qadisiyah. Dalam palagan itu, Muslimin berhasil memetik kemenangan. Momen itu juga menjadi tonggak awal runtuhnya dinasti Persia-Majusi yang telah berkuasa empat abad lamanya.
Muslim pemanah berikutnya adalah Abu Thalhah al-Anshari. Sahabat bernama asli Zayid bin Sahl an-Najari ini merupakan seorang Anshar dari suku Bani Khazraj di Madinah. Dia sudah dikenal sebagai ahli panah sebelum berislam.
Dengan keahliannya itu, Abu Thalhah pernah melindungi Rasulullah SAW dalam pelbagai kesempatan, termasuk ketika Perang Uhud. Ia bisa mematahkan dua sampai tiga busur dalam kancah pertempuran itu karena tembakannya yang sangat keras.
Di samping ksatria, jiwanya juga begitu pemurah. Kedermawanannya pernah menuai pujian dari Rasulullah SAW. Ia menyedekahkan sebidang kebun kurma miliknya yang amat subur, Bairuha’. Letaknya persis di depan Masjid Nabawi. Tidak hanya luas, area perkebunan itu ditumbuhi banyak pohon kurma yang berbuah manis. Beberapa kali, Nabi SAW mencicipi hasil kebun milik sahabatnya itu.
Berikutnya, ada Zubair bin al-Awwam. Sosok pemanah ulung ini merupakan sepupu Rasulullah SAW. Ibundanya, Shafiyyah, tak lain adalah bibi Nabi SAW.
Zubair lahir di Makkah dan menjadi yatim sejak kecil. Ibunya mendidiknya dengan keahlian furusiyah. Wanita ini berharap, Zubair dapat menjadi seorang yang berwatak pemimpin dan gagah berani. Lelaki ini diriwayatkan mampu menembakkan anak panah tepat melewati lubang mata pada topeng yang biasa digunakan oleh prajurit masa itu. Dia tercatat mengikuti semua ekspedisi yang dipimpin Rasulullah SAW.

Selanjutnya, ada Uqbah bin Amir al-Juhani RA, seorang sahabat Nabi SAW dari pedalaman Madinah. Sebelum berislam, ia merupakan seorang penggembala kambing yang lugu. Begitu menjadi Muslim, ia menerima didikan yang penuh disiplin. Pada akhirnya, Uqbah menjadi panglima dan sempat pula menduduki jabatan gubernur pada zaman Kekhalifahan Umayyah.
Uqbah merupakan seorang ahli panah yang paling banyak menyampaikan riwayat tentang kegiatan panahan. Di antaranya adalah hadis tentang “memanah adalah kekuatan.”
Ketika menjelang wafatnya, Uqbah berada di Mesir. Ia kumpulkan semua anak-anaknya dan berwasiat kepada mereka, “Wahai anak-anakku, aku melarang kalian untuk melakukan tiga hal. Pertama, jangan menerima hadis Rasulullah SAW kecuali dari orang yang tepercaya (tsiqah). Kedua, jangan berutang, sekalipun pakaian kalian compang-camping. Ketiga, jangan menulis syair sehingga menyebabkan hati kalian lalai dengan Alquran!”
Uqbah bin Amir al-Juhani dimakamkan di kaki bukit Al-Muqatham di daerah Mesir. Ketika diperiksa beberapa peninggalannya, terdapat 77 busur panah. Setiap busur mempunyai tempat anak panahnya. Uqbah berpesan agar busur-busur tersebut dimanfaatkan oleh kaum Muslimin dalam berjihad di jalan Allah.
Nemah Hasan, Sebarkan Kisah Muslimah Lewat Lagu
Lagu tersebut kini telah menjadi soundtrack ribuan video yang membangkitkan semangat para wanita
SELENGKAPNYAAligarh Muslim University, Kampus India yang Menginspirasi
Aligarh Muslim University menandakan permulaan modernisme Islam di India. Ia juga menginspirasi banyak lembaga, termasuk Ponpes Modern Gontor.
SELENGKAPNYAMengenal Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan merupakan seorang tokoh modernisme Islam dari India.
SELENGKAPNYA