Cesar Esteban Grillon memutuskan menjadi Muslim setelah menyaksikan kehidupan keberagamaan di Indonesia. | DOK REP

Oase

Cesar Esteban Grillon, Bahagia Saat Bersujud

Mantan Dubes Paraguay untuk Indonesia ini tersentuh dengan ikatan ukhuwah Islamiyah.

Cesar Esteban Grillon tak pernah menyangka bisa berumrah, berdiri dan melihat langsung Ka’bah di hadapannya. Duta Besar Paraguay untuk Asia Tenggara periode 2010-2015 ini juga tak menduga, dirinya akan menemukan kedamaian dalam berislam. Semua itu bermula sejak lelaki kelahiran Asuncion ini menjadi seorang Muslim di tempat ia ditugaskan, Indonesia.

Dari sejumlah negara Asia Tenggara, Grillon merasa langsung cocok dengan Indonesia. Hidup di negara Muslim terbesar sedunia, tentu membuatnya sering bertemu dan berinteraksi dengan komunitas Islam. Termasuk yang ditemuinya ialah kawannya, Yulie Nasution, yang belakangan menjadi istrinya.

Grillon melihat Yulie dan keluarganya begitu baik menjalankan keyakinan mereka sebagai Muslim. Menurutnya, meski Yulie sangat sibuk, ia berupaya menjalankan keyakinannya dengan baik. “Keyakinan memang harus bermula dari hati,” kata penyuka sup tomat ini.

Ketertarikannya terhadap Islam bermula dari sebuah buku yang disodorkan putranya. Grillon mengaku selektif memilih buku. Namun, sebuah buku tentang Islam yang ditulis seorang ateis berhasil menarik perhatiannya.

Meski agak mengherankan baginya. Mengapa si penulis justru tidak menjadi Muslim setelah menulis tentang Islam? “Saya begitu tersentuh oleh buku itu,” kata bapak empat anak ini.

Penulis buku itu, ujar Grillon, sengaja belajar bahasa Arab dan mempelajari Islam di Kairo. Penulis tersebut juga menempatkan objektivitas dalam penulisannya meski jamak diketahui Islam kerap dicitrakan sebagai teroris oleh Barat.

Buku itu dengan jelas menulis, jihad adalah membela hak Muslim dengan cara yang benar, tanpa senjata. Islam selalu mengorientasikan semua kepada Allah SWT. Islam itu damai. “Saya setuju dengan itu,” kata Grillon.

photo
Cesar Esteban Grillon, dubes Paraguay untuk Indonesia periode 2010-2015 - (DOK REP)

Objektif

Ia mengaku sempat kesal, mengapa informasi tentang Islam terkesan dikaburkan di banyak literatur. Padahal, risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itu ternyata begitu damai.

Meski pemberitaan media Barat begitu sumir tentang Islam, Grillon berupaya objektif terhadap agama ini. Setelah membaca buku tersebut, ia meminta Yulie mengantarkannya ke sebuah masjid. Ramadhan 2013, Yulie mengajak Grillon ke Masjid Kubah Emas di Depok, Jawa Barat.

Yulie sengaja membawakannya baju koko dan peci putih. Diakui Grillon, itu pertama kalinya ia merasa begitu mempersiapkan diri untuk bertemu Tuhan. Ia merasa senang karena jamaah masjid bersikap ramah kepadanya. Ia juga tersentuh saat seorang tukang foto membantunya berwudhu meski mereka berkomunikasi melalui bahasa isyarat.

Karena hujan, Grillon sempat terpeleset saat hendak memasuki masjid. Grillon tak terjatuh dan tak ada yang kotor. Pemuda tukang foto itu pun mengajaknya untuk kembali berwudhu.

Saat sujud untuk pertama kalinya, Grillon merasa sangat bahagia. Ia melakukan gerakan itu untuk waktu yang cukup lama.

Ia merasakan bahwa saat bersujud, semua Muslim sama. Sujud adalah saat ketika tidak tahu seperti apa Allah SWT, tapi tiap Muslim yakin, Dia ada. “Sujud adalah saat menghadirkan kembali hati saya,” ujarnya.

 
Sujud adalah saat menghadirkan kembali hati saya.
Cesar Grillon Esteban
 

Ia pun bersyukur. “Allah, Engkau yang menjawab semua pertanyaan saya selama ini. Saya bukan siapa-siapa,” kata Grillon menyampaikan perasaannya saat pertama kali bersujud dalam masjid.

Penghormatan terhadap Allah SWT menjadi poin yang melekat di hatinya. Semua hal bergantung pada izin Allah, seberapa besar atau kecil kemungkinan hal itu. Manusia sepenuhnya bergantung kepada Allah. “Kadang kita lupa itu,” ujarnya.

Pria yang masih memiliki darah keturunan Perancis dan Italia ini percaya kekuatan doa. Ia merasakan sang tukang foto, Yulie, dan banyak Musilm lainnya mendoakannya untuk untuk mendapatkan hidayah. Grillon juga sengaja mendoakan sang pendiri Masjid Kubah Emas, Dian al-Mahri.

Bersyahadat

Pascaperistiwa itu, Grillon merasa sudah siap menjadi Muslim. Hingga akhirnya pada 27 September 2013 ia bersyahadat dengan bimbingan Imam Besar Masjid Istiqlal dan disaksikan puluhan ribu jamaah selepas shalat Jumat. Ia merasa kali ini ia memilih apa yang ia yakini untuk menjadi Muslim. Muhammad Ibrahim menjadi nama yang dipilihnya setelah berislam.

 
Muhammad Ibrahim menjadi nama yang dipilihnya setelah berislam.
   

Yang juga membuat Grillon merasa senang, yakni persaudaraan dalam Islam. Setelah ia menjadi Muslim, Emir Qatar mengundangnya untuk memberi kuliah umum di Doha. Grillon dan Yulie juga mendapat hadiah pernikahan berupa umrah dari Emir Qatar setelah mereka menikah pada 22 November 2013. Ia merasa sangat diberkahi tinggal dan menjadi Muslim di Indonesia.

Grillon senang mengucapkan salam kepada banyak orang. Enam saudara, ibu dan ayah, serta anak-anak Grillon menyetujui keputusan yang membuatnya bahagia. Anak bungsu Grillon juga menaruh perhatian terhadap ajaran Islam.

Putranya bahkan telah memilih nama “Sofyan” jika kelak telah mantap menjadi Muslim. Banyak yang mengatakan kasihan kepadanya menjadi Muslim, tapi ia menepisnya dengan cara-cara baik yang bisa ia lakukan.

Grillon justru merasa bahagia setelah menjadi pengikut risalah Muhammad SAW ini. Menjadi Muslim juga membuatnya memiliki ikatan yang lebih kuat dengan negara mayoritas Muslim seperti Indonesia. 

Dukungan Finansial untuk Berkiprah di Jepang

General Manager BNI Tokyo Yudhi Zufrial: peluang Indonesia untuk berkiprah di Jepang semakin terbuka.

SELENGKAPNYA

Ratu Balqis dari Saba, Cermin Wanita Pemimpin

Ratu Balqis menunjukkan keteladanan sebagai seorang pemimpin yang bijaksana.

SELENGKAPNYA

Prinsip Pencegahan Krisis Air dalam Islam

Krisis air dapat dihindari dengan menjalankan prinsip-prinsip yang diajarkan Rasulullah SAW.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya