General Manager BNI Tokyo, Yudhi Zufrial. | Republika

Bincang Bisnis

Dukungan Finansial untuk Berkiprah di Jepang

General Manager BNI Tokyo Yudhi Zufrial: peluang Indonesia untuk berkiprah di Jepang semakin terbuka.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Luar Negeri Tokyo berkomitmen memberikan pelayanan optimal terhadap warga negara Indonesia (WNI) ataupun diaspora yang berada di Jepang. Sebagai cabang luar negeri dengan status full license, BNI Tokyo dapat menawarkan semua produk dan layanan yang ada di perbankan Jepang.

General Manager BNI Tokyo, Yudhi Zufrial, menyampaikan peluang Indonesia untuk berkiprah di Jepang semakin terbuka. Dari sisi ketenagakerjaan, banyak peluang bagi pekerja migran Indonesia untuk memenuhi kebutuhan Jepang.

Di sisi lain, hal itu juga membuka peluang usaha bagi diaspora ataupun warga Indonesia untuk menembus pasar Jepang. Kepada Republika.id, Yudhi juga membagikan beberapa kiat yang perlu dicatat terkait nilai-nilai bisnis yang sangat dijaga di Negeri Matahari Terbit tersebut. Berikut petikan wawancaranya.

GM BNI Tokyo, - (Republika)

  ​

Hubungan Indonesia dan Jepang sudah memasuki 65 tahun. Seperti apa peran BNI dalam memberikan pelayanan untuk mendukung hubungan kedua negara?

Keberadaan BNI Tokyo di Jepang sebagai liaison kini sudah menjadi cabang dengan status full license. Artinya, kami dapat menawarkan semua produk dan layanan yang ada di perbankan Jepang.

Dengan adanya BNI Tokyo, yang paling penting adalah kami ingin menyediakan produk dan jasa perbankan untuk WNI yang ada di Jepang. Seperti kita ketahui, WNI di Jepang sulit memiliki akses ke produk ataupun layanan perbankan.

Kedua, kami juga menjalankan fungsi advisory. Untuk pengusaha Jepang atau investor di Jepang yang ingin melakukan investasi, kami dapat melakukan advisory terhadap berbagai produk dan layanan yang kami miliki.

Contohnya, kami mengadakan kegiatan yang mengundang para pelaku usaha yang ada di Jepang. BNI Tokyo juga aktif mendukung asosiasi yang punya usaha di Jepang. Nama asosiasinya adalah Asosiasi Pengusaha Indonesia Jepang (APIJ). Kami juga anggota di sana dan kami aktif memberikan dukungan layanan sebagai perbankan di Jepang.

Perlu saya sampaikan juga, BNI Tokyo merupakan satu-satunya bank dari Indonesia yang ada di Jepang. Jadi, tidak ada lagi jasa perbankan (dari Indonesia) yang ada di Jepang.

 
Perlu saya sampaikan juga, BNI Tokyo merupakan satu-satunya bank dari Indonesia yang ada di Jepang. Jadi, tidak ada lagi jasa perbankan (dari Indonesia) yang ada di Jepang.
 
 

 

Seberapa besar alokasi pembiayaan yang diberikan BNI Tokyo terhadap pelaku usaha?

Mungkin perlu juga saya jelaskan mengenai proses kami mendapatkan pendanaan di BNI Tokyo. Jadi, dalam melaksanakan transactional banking, kami tidak banyak bermain di sektor ritel. Sehingga, untuk mendapatkan pendanaan dalam mata uang yen Jepang, kami mempunyai kerja sama dengan Japanese Regional Bank atau JRB.

Jepang itu adalah negara kepulauan, sama dengan Indonesia. Sebagai negara kepulauan terdapat provinsi-provinsi. Kalau di Jepang, itu disebut dengan nama prefektur.

Ada 49 prefektur di Jepang. Setiap prefektur punya bank lokal atau JRB. Jadi, bank ini secara otoritas berada di bawah pemerintahan prefektur.

Kami menjalin kerja sama dengan JRB dan telah membuat memorandum of understanding (MoU) dengan sekitar 54 JRB. Kami juga membuat skema bisnis yang sifatnya resiprokal.

Jadi, kami mendapatkan pendanaan dari JRB. Pendanaan itu akan digunakan untuk membiayai kebutuhan usaha diaspora Indonesia ataupun pengusaha yang ada di Indonesia. Karena bisa juga ada pengusaha di Indonesia yang membutuhkan yen Jepang, seperti terkait hubungan bisnis dengan Jepang, ekspor impornya dengan Jepang, atau harus melakukan pembayaran menggunakan mata uang yen.

Dengan demikian, kami bisa memberikan dukungan tidak hanya untuk nasabah di Jepang, tetapi juga di Indonesia.

Salah satu hal yang membuat yen itu menarik adalah suku bunganya. Kita tahu bersama suku bunga Federal Reserve (bank sentral Amerika Serikat) terus naik. Sementara, bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) itu masih menetapkan suku bunga yang sangat rendah. Rate BoJ itu berkisar di level minus 0,1 persen. Dari sana, kami bisa mendapatkan sumber pendanaan murah dan kemudian dana tersebut kami gunakan untuk pembiayaan.

Selain itu, struktur perbankan di Jepang itu kita sebut ada mega banks. Itu adalah bank-bank Jepang yang bergerak ke berbagai negara atau multinasional, seperti Mizuho, MUFG, Sumitomo Bank, dan lain-lain. Dari sana, kami juga bekerja sama untuk mendapatkan sumber pendanaan.

photo
General Manager BNI Tokyo, Yudhi Zufrial. - (Fakhtar Khairon Lubis/Republika)

Layanan apa lagi yang dimiliki BNI Tokyo?

Kalau tadi, produknya lebih terkait aset atau penyaluran pembiayaan. Nah, layanan lainnya adalah jasa perbankan. Salah satunya adalah kami berupaya mempermudah UMKM di Jepang atau perusahaan di Jepang untuk mengirimkan uang ke Indonesia.

Kami punya produk namanya express transfer. Produk ini unik karena ketika orang ingin mengirimkan uang dari Jepang ke Indonesia, mereka tidak perlu membuka rekening di BNI. Kami bekerja sama dengan bank lokal, yakni SMBC sehingga tanpa membuka rekening di BNI pun mereka bisa mengirimkan uang ke Indonesia.

Apa keuntungannya? Kami menyediakan jasa yang lebih mudah, aman, dan tentu paling dicari, yakni kurs yang bersaing. Ini sangat penting bagi pengusaha di sini. Kami punya nasabah perusahaan sekitar 500 usaha di seluruh Jepang yang memanfaatkan produk express transfer.

Selain itu, kami juga punya produk untuk ritel atau perorangan. Tren peningkatan masuknya tenaga terampil dari Indonesia dimulai sejak Jepang membuka kembali perbatasannya.

Selama pandemi Covid-19, Jepang menutup perbatasan. Setelah dibuka, masuknya tenaga terampil (dari Indonesia) melonjak pesat. Berdasarkan data yang saya punya, sebelum Covid-19 itu terdapat sekitar 60 ribu WNI di Jepang, itu termasuk tenaga kerja. Saat ini, WNI berkisar di angka 100 ribu orang dan saya kira itu akan meningkat terus.

 
Berdasarkan data yang saya punya, sebelum Covid-19 itu terdapat sekitar 60 ribu WNI di Jepang, itu termasuk tenaga kerja. Saat ini, WNI berkisar di angka 100 ribu orang dan saya kira itu akan meningkat terus.
 
 

 

BNI Tokyo sebagai pihak perbankan yang membantu warga Indonesia untuk mendapatkan akses perbankan menawarkan beberapa produk.

Pertama, kami punya Remittance Card. Produk ini dapat mempermudah para WNI untuk mengirimkan uangnya ke Indonesia. Hanya dengan mendaftar ke BNI dan setelah itu, kami berikan kartu namanya Remittance Card.

Dengan kartu ini, pekerja migran Indonesia (PMI) tidak perlu datang ke BNI Tokyo (untuk remitansi). Mereka hanya perlu mengunjungi Japan Post Bank yang tersebar di seluruh Jepang. Japan Post Bank ini jaringannya sangat luas sehingga bisa mencapai daerah-daerah pelosok.

Seperti sudah saya sampaikan, Jepang itu negara kepulauan dan PMI yang datang ke Jepang itu tidak hanya menetap di Tokyo. Ada yang di Hiroshima, Ibaraki, Nagoya, dan lain-lain. Daripada harus ke Tokyo, tentu itu menambah biaya sehingga kami memberikan produk Remittance Card tersebut.

Saat ini, kami juga bekerja sama dengan Garuda Indonesia. Kami berkolaborasi dengan Garuda, bagi pengirim uang melalui BNI Tokyo, akan diberikan bagasi ekstra dari Garuda sebesar lima kilogram. Tentunya dengan syarat dan ketentuan yang perlu dicermati oleh pengirim remitansi.

Bagaimana potensi jasa remitansi ini ke depan?

Kalau dibandingkan dalam tren sejak 2020, 2021, dan 2022 memang secara gross kami bisa bertumbuh 5-10 persen. Kami harus tumbuh bertahap karena kami memiliki kompetitor. Kompetitornya adalah remittance company atau perusahaan jasa pengriman uang.

Di Jepang itu ada sekitar lima sampai enam remittance company yang menjadi kompetitor. Ini menjadi tugas kami untuk meningkatkan sosialisasi agar bisa memberikan kemudahan terhadap PMI.

Kemudian, saya kira ini berlaku juga untuk BNI cabang luar negeri lainnya untuk PMI yang belum sempat membuka rekening di Indonesia, kami bisa membantu dari BNI Tokyo. Kami bisa membantu pembukaan rekening dan nasabah akan mendapatkan semua akses produk di Indonesia.

Kami akan memberikan ATM dan layanan mobile banking. Itulah salah satu kelebihan kami, yaitu ATM bisa digunakan di Jepang di jaringan yang memiliki logo Mastercard.

Saya juga mengimbau ke PMI, karena mereka ini tidak selamanya di Jepang. Ketika mendapatkan uang, setelah digunakan untuk kebutuhan dan kesenangan, jangan lupa untuk menabung.

Kalau menabung, jangan di Jepang. Karena kalau begitu, bunganya nol. Menabunglah di Indonesia. Kami menawarkan layanan remitansi dengan biaya 1.000 yen per transaksi untuk seluruh nominal. Syaratnya yang terpenting, semua sumber pendapatannya jelas.

Bagaimana strategi BNI agar interaksi dengan nasabah bisa terus berlanjut?

Jepang itu adalah negara kepulauan dan warga Indonesia yang ada di Jepang pun menyebar di beberapa lokasi. Tentunya untuk mengakses mereka kami melakukan beberapa hal.

Pertama, secara fisik kami sangat aktif berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo. Salah satu kegiatan yang digagas oleh Duta Besar RI untuk Jepang, Heri Akhmadi, adalah kegiatan Indonesia-Japan Friendship Day.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (republikaonline)

Itu adalah kegiatan terintegrasi dengan kami mengundang WNI yang berdomisili di prefektur tertentu. Misalnya, dari Nagoya, Hiroshima, Hokkaido, dan lain-lain. Kami juga melakukan sosialisasi produk dan jasa perbankan dari BNI Tokyo.

Kemudian, kami juga aktif di media sosial. Kami memiliki website khusus BNI Tokyo dan ada pula akun Instagram dan Facebook. Media sosial sudah menjadi keharusan karena erat kaitannya dengan anak muda sekarang. Kami gencar melakukan promosi di sana.

Kami juga ikut mendukung beberapa kegiatan komunitas. Di Jepang ini, banyak komunitas yang tentunya karena kita tinggal di luar negeri, ada acara yang dibuat untuk bersilaturahim. Ada acara futsal, bowling, atau kumpul-kumpul. Kami kerap mendukung sekaligus menyosialisasikan produk dan layanan kami.

 
Kami mendata, pengusaha asal Indonesia itu memiliki sekitar 60-70 usaha dan tersebar di seluruh Jepang. Kami kemudian menawarkan Diaspora Loan, yaitu pemberian kredit dengan persyaratan cukup mudah kepada diaspora untuk pengembangan usahanya.
 
 

Kemudian, terkait diaspora yang memiliki usaha di Jepang itu juga sudah cukup banyak. Kami mendata, pengusaha asal Indonesia itu memiliki sekitar 60-70 usaha dan tersebar di seluruh Jepang.

Kami kemudian menawarkan Diaspora Loan, yaitu pemberian kredit dengan persyaratan cukup mudah kepada diaspora untuk pengembangan usahanya. Pembiayaan ini bisa juga untuk investasi atau modal kerja. Bunga yang kami tawarkan relatif murah karena memang diaspora ini tidak mudah untuk bisa mendapatkan akses pendanaan dari perbankan di Jepang.

Selain pembiayaan, kami juga membantu perusahaan dari Indonesia yang mempunyai bisnis di Jepang. Ada beberapa dan kami memberikan pembiayaan untuk subsidiary-nya yang ada di Jepang. Jadi, memang apa yang kami inginkan adalah memberikan layanan dan produk perbankan untuk mempermudah para diaspora Indonesia di Jepang.

Apakah Bapak memiliki tips bagi para pelaku usaha asal Indonesia yang ingin menembus pasar Jepang?

Ini penting untuk diketahui bagi para pelaku UMKM yang ingin masuk ke pasar Jepang. Di Jepang, ada tiga pilar bisnis yang perlu dipenuhi.

Pertama adalah kualitas. Kualitas itu nomor satu, mulai dari bahan baku, proses produksi, dan hasil akhir. Itu semua juga harus terstandardisasi. Tidak bisa hari ini bagus, tetapi besok jelek. Itu akan mengecewakan konsumen.

Kedua adalah layanan. Ini penting. Misalnya, perusahaan di Jepang menghubungi untuk meminta produksi secepatnya maka itu harus bisa dipenuhi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (republikaonline)

Kemudian, mengenai layanan purnajual. Di Jepang ini, budayanya sangat kuat mengenai layanan purnajual. Mereka selalu berupaya memuaskan pelanggan ketika ada komplain.

Mungkin pernah mendengar ada istilah kaizen. Itu artinya perbaikan secara terus dan berkesinambungan. Itu berlaku di sini. Itu juga perlu menjadi perhatian bagi pelaku usaha yang ingin masuk Jepang.

Tips yang juga penting adalah soal trust atau kepercayaan. Kalau orang Jepang sudah percaya kepada pengusaha di Indonesia, hubungan setelahnya akan lebih mudah. Trust itu adalah hal yang sangat penting.

Ada anekdot di sini, kalau sudah bisa masuk ke pasar Jepang, menembus negara lain itu sangat mudah. Itu karena di sini sangat detail dan teknis sekali.

BNI Tokyo punya komitmen untuk membantu UMKM yang berorientasi ekspor. Untuk nasabah BNI di Indonesia, kami memiliki program BNI Xpora.

Kami biasanya mengundang mereka untuk mengikuti pameran di Jepang. Salah satunya, apabila terkait makanan dan minuman, pameran besar itu, yakni Food Expo. Kemudian, ada pula pameran dagang lainnya bekerja sama dengan KBRI Tokyo.

Kami juga melakukan aktivitas business matching. Setelah mengikuti pameran, kemudian kami menindaklanjuti dengan business matching.

Saya juga meminta pengusaha untuk responsif. Jangan setelah ikut pameran, justru didiamkan karena nanti calon mitra dari Jepang justru kecewa.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat