Seekor badak Jawa betina tertangkap kamera berjalan dengan anaknya di Taman Nasional Ujung Kulon, Indonesia. | AP

Safari

Negeri Si Penyendiri

Sedikit saja badak jawa yang tersisa di Ujung Kulon.

Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) yang diperkirakan hidup sejak ribuan tahun lalu pernah menyebar hingga ke India. Di Pulau Jawa, badak bercula satu ini pernah hidup di hampir semua gunung-gunung di Jawa Barat. Tapi, populasinya terus berkurang.

Habitat badak jawa terus terdesak karena pembangunan di wilayah hunian, perburuan, dan perang. Perambahan hutan dan perburuan membuat spesies yang diperkirakan sudah hidup lebih dari tiga ribu tahun ini semakin sulit mempertahankan eksistensinya.

Gunung Kratakau meluluhlantakkan Ujung Kulon pada 1883. Pascaletusan, wilayah yang sebelumnya pertanian itu menjadi hutan tropis dataran rendah. Selama lebih satu abad, Ujung Kulon menjadi tempat tinggal yang layak bagi hewan bercula satu ini.

Meski demikian, jumlah badak jawa di Ujung Kulon sangat sedikit. Bahkan, spesies ini disebut-sebut sebagai mamalia paling langka di muka bumi. Karena statusnya yang sangat terancam, International Union for Conservation of Nature (IUCN) juga memasukkan badak jawa dalam daftar merahnya.

photo
Pencarian jejak badak jawa di Taman Nasional Wilayah III Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). - (Republika/ Tahta Aidilla)

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Husen memperkirakan jumlah badak jawa berkisar pada angka 46 ekor. Sedangkan jumlah yang terekam kamera jebak (video traps) milik WWF-Indonesia menunjukkan angka yang lebih sedikit.

Organisasi konservasi alam ini mencatat hanya tersisa 35 individu badak di Ujung Kulon, terdiri dari 22 badak jawa jantan dan 13 betina. “Adanya perbedaan angka ini karena mungkin saja karena ada badak-badak yang tidak terekam kamera,” kata Husen.

Angka yang hanya berkisar pada puluhan ekor ini sangatlah mengkhawatirkan mengingat Ujung Kulon menjadi satu-satunya habitat badak jawa yang tersisa. Jenis lain, yaitu badak jawa vietnam yang hidup di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam, sudah dinyatakan punah sejak 2011. Sedang kan badak jawa india sudah punah sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu.

Masalah alami

Menurut Husen, masalah pelestarian badak jawa tidak lagi terletak pada perburuan. Sebab, dia mengatakan, perburuan badak di Ujung Kulon sudah hampir hilang hingga 80 persen.

Kalaupun ada badak yang ditemukan mati, dia menuturkan, penyebabnya bukan perburuan. “Kematiannya alami, karena sakit ataupun usia yang sudah tua,” kata dia.

photo
Seekor badak Jawa betina tertangkap kamera berjalan dengan anaknya di Taman Nasional Ujung Kulon, Indonesia. - (AP Photo/WWF-Indonesia and Ujung Kulon National Park Authority)

Tapi, perkembangbiakan badak jawa bukan perkara mudah. Minimnya jumlah, misalnya, berimbas pada berkurangnya keragaman genetik, sehingga menyebabkan perkembangbiakan terganggu. Menciutnya keragaman genetik ini di antaranya disebabkan perkawinan sedarah. WWF-Indonesia memperkirakan ada perkawinan sedarah di antara badak jawa.

Menurut Husen, ketidakseimbangan jumlah individu jantan dan betina juga menjadi penghambat peningkatan jumlah badak jawa. “Jumlah jantan yang lebih banyak dibandingkan betina membuat proses perkawinan terganggu,” kata dia.

Karakteristik badak yang penyendiri juga membuat proses perkawinan tidak mudah terjadi. Dibandingkan keluarga badak lainnya, seperti afrika dan sumatra, badak jawa memang yang paling sulit diamati karena karakteristiknya yang soliter.

Ridwan Setiawan alias Iwan Podol, peneliti badak jawa dari WWF-Indonesia, mengatakan, satwa ini bahkan tidak terbiasa berkumpul dengan sesama jenisnya (koloni). Menurut dia, kalaupun harus berkumpul, itu hanya dilakukan ketika proses berkembang biak dan membesarkan anaknya.

photo
Jejak badak jawa. - (Republika/ Tahta Aidilla)

Iwan mengatakan, proses membesarkan anak ini tidak hanya dilakukan oleh induk betina, tapi juga jantan. “Tapi, ketika anaknya sudah mulai besar atau berusia hampir dua tahun, induk badak akan mengusirnya,” kata Iwan.

Masalah lainnya terkait pelestarian badak adalah kompetisi dengan banteng (Bos javanicus). Kompetisi dengan hewan lain membuat ruang jelajah dan sumber daya alam untuk badak semakin berkurang.

Direktur WWF-Indonesia Wawan Ridwan mengatakan, dua hewan penghuni Ujung Kulon ini memiliki jenis pakan yang mirip. Sehingga persaingan pakan dapat terjadi yang berimbas pada eksistensi badak jawa.

“Badak memakan daun, sedangkan banteng makan daun dan rumput. Karena jumlah banteng lebih banyak, badak yang akan terdesak,” kata dia.

Kesulitan melakukan perkembanganbiakan badak, maka upaya konservasi yang dapat dilakukan dengan mengarahkan perlindungan habitat satwa ini dan monitoring populasi. Keanekaragaman hayati di Ujung Kulon sangat penting untuk menyediakan pakan bagi badak-badak ini.

photo
Habitat Rusa di Pulau Hadueleum, Ujung Kulon. - (Repubilka/Tahta Aidilla)

Menurut Husen, upaya konservasi badak di Ujung Kulon sebenarnya sudah mengalami kemajuan.Sejak bertahun-tahun lalu, kawasan-kawasan tertentu ditetapkan sebagai cagar alam atau taman nasional, tujuannya agar kembali menjadi habitat dari hewan-hewan langka, termasuk badak.

Upaya konservasi lain yang perlu dilakukan, yaitu pencarian habitat lain. Sebab, satwa yang hidup berkumpul di satu wilayah tertentu sangat rentan dari ancaman kepunahan. Ketika ada bencana alam, seperti letusan Gunung Krakatau, habitat badak bisa langsung hancur. Begitu pula dengan satwa-satwa yang mendiaminya.

Bagaimana Bertemu Badak Jawa?

Tidak mudah melihat badak jawa (rhinoceros sondaicus). Bahkan, bisa melihat jejaknya yang masih baru atau berusia beberapa jam saja sudah sangat beruntung. Sebab, area lintasan para badak ini sangat luas. Pernyataan itu dilontarkan Ridwan Setiawan, peneliti Badak dari WWF Indonesia, saat menemukan jejak kaki badak di pinggir Sungai Cigenter.

Tanda bahwa jejak itu masih baru dapat dilihat dari berbagai petunjuk. Yakni, genangan air yang diinjak badak lebih keruh dibandingkan di area di sisi lainnya. Goresan jari badak masih terlihat sangat jelas. Jejak juga belum ditutupi daun-daun yang berguguran.

“Bau lumpur yang menjadi khas badak juga tercium sangat kuat,” ujar pria yang akrab di sapa Iwan Podol ini.

photo
Jejak badak jawa. - (Repubilka/Tahta Aidilla)

Sulitnya menemukan badak jawa tidak lepas dari sifatnya yang soliter alias penyendiri. Indra penciuman dan pendengarannya sangat tajam, meski penglihatannya kabur. Inilah yang membuat tidak banyak orang yang memiliki pengalaman bertemu badak.

Bila berniat bertemu badak jawa ketika mengunjungi Taman Nasional Ujung Kulon, maka Anda harus menyediakan waktu berhari-hari. Sebab, badak bercula satu lebih sering menghindari manusia.

Dedi, guide lokal di Ujung Kulon, mengaku hanya pernah satu kali melihat badak. Ketika itu, Dedi menemani wisatawan asal Belanda. “Sepuluh hari di dalam hutan, kami baru bertemu badak pada hari kesembilan,” kata dia.

Iwan mengatakan, cara untuk bertemu badak adalah mengetahui lintasannya. Kemudian, harus melakukan pengamatan berhari-hari di lintasan tersebut. Tapi, pengamatan tidak bisa dilakukan di daratan. “Buat rumah pohon dan tinggal di rumah pohon tersebut,” kata dia.

photo
Seekor badak Jawa betina tertangkap kamera berjalan dengan anaknya di Taman Nasional Ujung Kulon, Indonesia. - (AP Photo/WWF-Indonesia and Ujung Kulon National Park Authority)

Cara lain yang juga harus dilakukan untuk bisa melihat badak jawa adalah dengan menghilangkan bau manusia di tubuh Anda. “Jangan mandi selama satu minggu,” Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Husen seraya tertawa.

Jika sudah berhasil bertemu badak jawa jangan keburu senang, memotret dari sudut sana-sini. Iwan menyarankan Anda agar tenang dan menahan diri, dengan tetap bersembunyi di balik pohon. Sebab, satwa liar itu kemungkinan akan menyerang bila merasa lingkungannya terganggu.

Disadur dari Harian Republika edisi 10 Juni 2012 dengan reportase oleh Ratna Puspita.

Negeri Si Penyendiri

Sedikit saja badak jawa yang tersisa di Ujung Kulon.

SELENGKAPNYA

Berkano di Sungai Cigenter

Ular dan elang laut di atas pohon mengawasi orang yang melintasi sungai di bawahnya.

SELENGKAPNYA

Muhadjir Dorong Pemasangan GPS untuk Jamaah Lansia

Penundaan pemberangkatan jamaah lansia kian memperpanjang antrean jamaah di atas 65 tahun.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya