
Kabar Tanah Suci
Hujan Berkah di Tanah Suci
Hujan ini merupakan pertanda jika musim panas akan datang.
Oleh AGUNG SASONGKO dari MADINAH, ARAB SAUDI
"Aduh, hujan lagi, bakal macet nih. Aduh, kereta gangguan nih. Aduh, banjir enggak ya?" Kira-kira begitulah reaksi masyarakat Indonesia ketika hujan tiba. Reaksi ini semakin menjadi ketika awal tahun karena memang pada waktu itu musim penghujan telah tiba. Headline pemberitaan lebih banyak banjir.
Hal tersebut berbeda dengan Tanah Suci, khususnya Kota Madinah. Dalam sepekan ini, sejak kedatangan pertama jamaah haji Indonesia, sudah dua kali hujan turun di kota tempat tinggal Nabi Muhammad SAW. Intensitasnya memang tidak sebesar di Jakarta atau wilayah lain di Indonesia, tapi dampaknya besar.
Sinar matahari begitu menyengat, tapi tidak berkeringat karena kelembapan udara di Tanah Suci cenderung rendah.
Pertama yang pasti, suhu udara menjadi lebih bersahabat. Biasanya dalam suhu harian normal kota Madinah berkisar antara 38-40 derajat Celsius. Sepanas-panasnya suhu mencapai 42 derajat Celsius. Sinar matahari begitu menyengat, tapi tidak berkeringat karena kelembapan udara di Tanah Suci cenderung rendah.
Efeknya adalah kita tidak mudah haus, tapi bibir kering dan kaki bakal melepuh jika tidak mengenakan alas kaki. Efek hujan lainnya yang cukup terasa adalah udara sejuk bakal menghampiri. Tidak ada debu yang merupakan biang kerok penyebab infeksi saluran pernapasan.

Kedua, kehadiran hujan ini menurut Badan Pusat Meterologi Saudi (MNC), turunnya hujan merupakan fase peralihan dari musim semi ke musim panas. Artinya, hujan ini merupakan pertanda bahwa musim panas akan segera datang.
MNC pun melaporkan selama lima hari ke depan akan ada hujan beserta petir hingga Rabu (31/5/2023). "Inilah awal dari musim panas," demikian laporan MNC. Inilah yang perlu diwaspadai jamaah haji. Fluktuasi suhu udara tak jauh dari 38-42 derajat Celsius.
Karena itu, alat pelindung diri, seperti kacamata hitam, masker kain, kafiyeh, payung, dan lainnya sudah harus disiapkan. Bukan tanpa sebab, debu bila tidak ditangkal, akan berdampak pada infeksi saluran pernapasan. Efek ini tak hanya menargetkan jamaah lansia, tetapi seluruh jamaah.
Tak heran, berulang kali petugas selalu mengingatkan jamaah agar bekali diri dengan masker. Bukan karena alasan transisi pandemi, tapi dialah debu, musuh kita bersama. Kacamata juga penting disematkan guna mencegah iritasi mata dan silau sinar matahari yang menyengat. Jadi bukan gaya-gayaan ya jamaah, memang kita butuh.
Bagi jamaah haji yang sudah berada di Tanah Suci, kedatangan hujan ini merupakan berkah.
Ketiga, bagi jamaah haji yang sudah berada di Tanah Suci, kedatangan hujan ini merupakan berkah. Tak heran begitu gembiranya jamaah haji dari berbagai negara dan warga lokal ketika hujan tiba. Dengan penuh syukur ada yang berdoa, ada yang mengabadikan dengan ponsel meski hujan terbilang lebat, ada pula yang memang hanya sekadar berdiri sembari menikmati dinginnya udara.
Sementara, masyarakat Indonesia lebih sumringah, karena ada sebagian yang mungkin baru pertama kali merasakan keberkahan tersebut. Tak heran seperti Suwarni, 73 tahun, misalnya, jamaah haji asal kloter 6 Pacitan ini akhirnya bisa merasakan seperti apa hujan di Tanah Suci. Padahal perempuan kelahiran tahun 1947 ini sedang khusyuk berdoa seusai melaksanakan shalat Subuh di Masjid Nabawi.

Karena penuh, Mbah Warni bersama rombongannya terpaksa berada di pelataran masjid dekat pintu 309-310 Masjid Nabawi. "Air itu netes Mas dari payung besar itu. Basah e celana sama baju," kata mbah yang murah senyum tersebut.
Bagi Mbah Warni, merasakan hujan di Tanah Suci merupakan pengalaman yang luar biasa. "Berkah, berkah," kata Mbah Suwarni yang segera langsung berdoa karena yakin ada keutamaan berdoa ketika hujan turun.
Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan mengenai hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu Anha. Hadis sahih ini berbunyi:
“An Aisyah radhiyallahu anha qalat: kana Rasulullah SAW idza ra-a nasyi-an fi ufuqi min afaqi as-sama-i taraka amaluhu. Wa in kana fi shalatin, tsumma aqbala alaihi. Fa in kasyafahulahu hamidallahu wa in muthirat qalat: allahumma shoiban nafi’an.”
Artinya: “Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah SAW jika melihat nasyi-an (awan yang kumpulannya belum sempurna) muncul di ufuk langit, maka beliau meninggalkan pekerjaannya. Meskipun beliau tengah berada di dalam shalat—kemudian beliau menghampirinya. Apabila Allah menghilangkan awan tersebut, beliau memuji Allah dan apabila hujannya turun, Rasulullah berdoa: ‘Ya Allah, mudah-mudahan ini merupakan hujan yang lebat dan memberikan manfaat.”
View this post on Instagram
Perubahan Kebijakan Saudi untuk Haji: Biaya Asuransi Hingga Kartu Pintar
Pemerintah Arab Saudi menyebut telah mengurangi biaya asuransi kesehatan bagi jamaah
SELENGKAPNYADam Bagi Jamaah Haji; Tinggalkan Jumrah Hingga Bersetubuh dengan Istri
Dam pun berlaku bagi jamaah yang bersetubuh. Termasuk, pada sesudah tahalul pertama.
SELENGKAPNYA