Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Motivasi Alquran

Memburu Ranking Kehambaan

Alquran menunjukkan semacam ranking yang harus diraih oleh setiap orang yang beriman.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Tema pokok surah al-Hujurat adalah tentang adab-adab sosial terutama adab dalam berinteraksi dengan Rasulullah SAW. Di dalamnya (QS al-Hujurat [49]: 14) menyebutkan kisah seorang badui (a’raab), yakni orang Arab pedalaman, yang datang kepada Nabi SAW lalu mengaku bahwa dirinya sudah mencapai level iman (qaalatil a'raabu aamanna).

Seketika pernyataan tersebut dikoreksi langsung oleh Allah SWT dengan menyuruh Nabi SAW agar menjelaskan bahwa level mukmin yang ia akui masih belum ia capai, tetapi baru di level Muslim (qul lam tu’minuu wa lakin quuluu aslamnaa).

Sebab, untuk mencapai level mukmin, iman harus benar-benar masuk ke dalam hatinya (wa lamma yadkhulil iimaanu fii quluubikum). Dari sini tergambar bahwa dalam dunia kehambaan tenyata ada level-level keyakinan dan ketaatan yang harus dilalui.

 
Dalam dunia kehambaan tenyata ada level-level keyakinan dan ketaatan yang harus dilalui.
 
 

Jadi tidak semua orang Islam mempunyai level kasalehan yang sama. Maka benar jika Alquran menunjukkan semacam ranking yang harus diraih oleh setiap orang yang beriman.

Di saat yang sama kita menemukan banyak ayat yang menyerukan kepada orang-orang yang sudah berada di level iman agar naik ke level takwa (yaa ayyuhalladziina aamanut taqullaha) (QS al-Baqarah [2]: 278).

Ini artinya bahwa orang yang sudah mencapai level iman, hendaklah terus meningkatkan keyakinan dan ketaatannya kepada Allah SWT dan rasul-Nya sehingga mencapai level muttaqin.

Di sini tampak bahwa tidak semua orang yang sudah berada di level mukmin, mereka bertakwa. Sebuah ayat menyebutkan bahwa dua orang beriman boleh jadi melakukan dosa besar sampai saling membunuh (wa in thaaifataani minal mu’miniinaq tataluu) (QS al-Hujurat [49]: 9).

Dalam hadis Rasulullah SAW pernah ditanya apakah ada orang beriman yang mencuri? Nabi SAW menjawab, "Ya."

Pertanyaan berikutnya apakah ada orang yang beriman berzina? Nabi SAW menjawab, "Ya." (HR Baihaqi).

Ini bukti bahwa orang yang sudah mencapai level iman pun belum tentu bertakwa. Karena itu mereka dipanggil agar naik level muttaqiin.

Lalu Alquran menyebutkan istilah lain untuk orang-orang yang lebih tinggi lagi dari level muttaqiin, yaitu level al abraar. Dalam surah al-Muthafifiin [83]: 22-28 dijelaskan bahwa manusia abrar berada dalam kesenangan hakiki di surga (innal abraara lafii na’iim).

Kata inna dan huruf lam dalam kata lafii adalah taukid (penegasan). Pengulangan taukid tersebut menunjukkan kepastian yang kuat bahwa manusia abrar pasti berada di puncak kesenangan.

 
Kata na’iim adalah bentuk superlatif dari kata ni’mah (kenikmatan). Maksudnya bahwa kenikmatan di surga jika dibandingkan dengan kenikmatan dunia sangat jauh.
 
 

Kata na’iim adalah bentuk superlatif dari kata ni’mah (kenikmatan). Maksudnya bahwa kenikmatan di surga jika dibandingkan dengan kenikmatan dunia sangat jauh, tidak ada apa-apanya.

Dikatakan bahwa paling nikmatnya dunia tidak setara dengan satu sayap nyamuk pun dibanding dengan kenikmatan surga (lau kaanatid dunnya ta’dulu ‘indallahi janaaha ba’udha maa saqqa kafiran minhaa syurbata maain) (HR Turmidzi).

Minumam manusia abraar adalah minuman khamr paling murni (rahiiqun) yang tersegel (makhtuum). Sehabis minum langsung terciun dari mulutnya minyak kesturi (khitaamuhuu misk).

Di sini Allah SWT mendorong hamba-hamba-Nya agar berlomba untuk mendapatkannya (wa fii dzaalika fal yatanaafasil mutanafisuun). Dorongan ini menunjukkan bahwa untuk mencapai level abrar harus bersungguh-sungguh bertakwa (haqqa tuqaatih). Bukan takwa pura-pura apalagi sekadar pencitraan.

Menariknya, minuman tersebut dicampur sedikit dengan air tasnim (wa mizaajuhu min tasniim). Istilah tasniim adalah sebuah nama dari mata air yang memancar dari surga yang paling tinggi, sebagai minuman khusus bagi orang yang berada di puncak level yang disebut dengan muqarrabuun (‘ainay yasyrabu bihal muqarrabuun).

Syekh Sa’di mengatakan, muqarrabuun adalah para hamba yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah SWT (hum a’lal khalqi manzilatan). Makanya ada ungkapan yang sangat terkenal di kalangan ahli hikmah bahwa paling baiknya amal bagi kalangan abraar adalah masih dianggap buruk bagi kalangan muqarrabuun (hasanatul abraari, sayyiaatul muqarrabiin).

Israel Serang Stadion, Mana Sanksinya FIFA?

Pasukan Israel menembakkan gas air mata ke tengah pertandingan final Piala Liga Palestina.

SELENGKAPNYA

Palestina Protes Keras FIFA

Israel disebut sebagai negara apartheid.

SELENGKAPNYA

Ketentuan Akad Ijarah

Penjelasan agar akad ijarah lebih mudah dipahami.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya