
Gaya Hidup
Berkaca Soal Calistung Anak SD di Luar Negeri
Acuan penerimaan sekolah dasar sebaiknya berdasarkan kesiapan bersekolah.
Di Indonesia, selama ini para orang tua percaya bahwa kemampuan baca, tulis, hitung (calistung) anak ketika memasuki usia SD sangatlah penting. Namun, kemudian hal itu dibantah oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim.
Ia resmi meminta agar sekolah-sekolah menghilangkan tes baca, tulis, dan hitung (calistung). Bagaimana dengan praktik calistung di luar negeri? Apakah sama dengan Indonesia atau berbeda?
Adi D Adinugroho-Horstman PhD SpecEd Specialist dari Wellness Counseling & Education Center, Jakarta, mengatakan, di negara-negara Asia, seperti Singapura, Cina, Jepang, Korea yang berfokus pada kemampuan akademik, kecenderungan ada kemiripan seperti Indonesia. Di mana “ketakutan” akan ketertinggalan di dalam pembelajaran calistung sangat tinggi dan berdampak overly done di lapangan.
Namun, menurutnya banyak juga yang mulai melakukan perbaikan atau pembaharuan di dalam cara pandang pendidikan dasarnya dan melakukan perubahan perubahan yang sesuai dengan tumbuh kembang anak. "Seperti halnya Indonesia dengan terobosan kebijakan tidak adanya tes calistung untuk masuk SD," ujarnya kepada Republika, Kamis (30/3/2023).
Untuk negara-negara Barat, seperti Amerika, Kanada, Australia, negara-negara Eropa, seperti Inggris, Finlandia, dan lainnya, lebih banyak yang serius dan berfokus pada persiapan kesiapan sekolah dan kesiapan untuk belajar literasi awal. Mereka melakukan penanaman keterampilan awal dengan serius.
Contohnya, keterampilan membaca ditanamkan sejak dini dalam bentuk kesiapan membaca dan sikap belajar yang baik. "Yang ditanamkan pada PAUD-nya bukan kemampuan calistungnya, melainkan kesenangannya dalam belajar dan literasi," ujarnya.

Menurut Adi, kebiasaan membaca dari orang tua dimodelkan dalam keseharian dengan membaca buku bersama anaknya atau bercerita sambil membaca bersama orang tuanya dan banyak kegiatan lainnya yang mengondisikan anak suka membaca dan berpikir logis atau kritis. "Hal ini menguatkan proses persiapan kesiapan bersekolah," katanya menegaskan.
Negera negara yang maju di area literasinya, kata Adi, memiliki program yang kuat di dalam penanaman keterampilan belajar (study skills) dari PAUD sampai perguruan tinggi. "Kita bisa seperti itu asalkan kita konsisten dan tidak bulak balik rancu pemikiran maupun program di lapangan karena “ketakutan” yang berlebihan dalam ketertinggalan dan malah tidak efektif seperti selama ini," kata dia menyampaikan.
Adi pun menyebut, keputusan Menteri sudah tepat. "Finally ada yang berani mengambil sikap dalam memperbaiki kerancuan yang terjadi di lapangan pendidikan anak usia dini di Indonesia selama ini," ujar dosen Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
Wanita yang juga seorang dosen Pendidikan Inklusif, Politeknik Pendidikan Bentara Citra Bangsa, Jakarta, mengatakan, tes calistung memang harusnya bukan menjadi acuan untuk tes penerimaan masuk sekolah dasar (SD). "Karena keterampilan membaca menulis dan berhitung harusnya memang dipelajari pada usia sekolah dasar dan bukan sebelumnya," ujarnya.
Berdasarkan Kesiapan Bersekolah

Kalau ada anak yang memang bisa dan mampu belajar calistung sebelum usia sekolah, dia melanjutkan, bukan berarti lantas itu dijadikan acuan penerimaan sekolah. "Acuan penerimaan sekolah dasar sebaiknya berdasarkan kesiapan bersekolah dalam prinsip tumbuh kembang anak. Proses penerimaan bersekolah di SD harusnya memang bukan keterampilan calistungnya yang dilihat, melainkan yang dilihat harusnya adalah bagaimana kesiapan anak untuk belajar yang dilihat dari keterampilan-keterampilan kesiapan bersekolah," katanya memaparkan.
Misalnya, kesiapan literasi dasar, seperti pembedaan bunyi dan asosiasi bunyi dengan simbol yang merupakan salah satu persyaratan keterampilan yang harus dimiliki untuk bisa belajar membaca. Dalam pembelajaran literasi ada tahapannya yang sesuai dan berdasarkan prinsip tumbuh kembang.
Menurut dia, pada PAUD memang harusnya belajar keterampilan dasar untuk literasi awal, yaitu unsur-unsur yang mendukung kesiapan kemampuan kognitif, motorik dan sikap untuk dapat belajar calistung. Jadi, Adi melanjutkan, fokusnya bukan pada keterampilan calistungnya, melainkan kesiapannya bersekolah (school readiness) dalam hal ini sikap dan seluruh aspek kesiapan literasi awal.
"Saya sependapat dengan Mas Menteri, perbaikan ini membawa angin segar untuk mengembalikan pendidikan anak usia dini pada porsi yang memang sesuai dengan prinsip tumbuh kembang dan mengembalikan fungsi PAUD berfokus pada persiapan untuk bersekolah," ujarnya. Menurut dia, kerancuan yang sudah berlangsung bertahun tahun ini membuat banyak kesalahan persepsi masyarakat umum terkait fungsi dari program pendidikan anak usia dini dari preschool, taman kanak-kanak.

"Saya rasa kerancuan yang bertahun-tahun lamanya membuat adanya pergeseran pemahaman yang rancu juga di dalam proses belajar di sekolah dasar dan yang menjadi miris kerancuan tersebut juga menggeser kebijakan-kebijakan pembuatan program belajar di lapangan dengan menentukan target pencapaian yang jauh melampaui tahapan dan jenjang di dalam proses tumbuh kembang anak," katanya.
Ketakutan akan ketertinggalan anak dalam belajar yang menyebabkan hal tersebut. Anak yang harusnya normal di dalam standar tumbuh kembang pada kemampuan literasi di usia dini menjadi dianggap tertinggal atau tidak normal bila belum bisa membaca ketika akan masuk SD.
Padahal yang tidak normal itu standarnya dan tuntutannya. "Kalau kebanyakan anak berkesulitan belajar di tahapan awal SD dan lantas bermunculan bimbel calistung dasar untuk menjawab kebutuhan lapangan dan mengambil alih fungsi dari pembelajaran di sekolah dasar awal, ini kan salah kaprah," ujarnya.
Finally, ada yang berani mengambil sikap dalam memperbaiki kerancuan yang terjadi di lapangan pendidikan anak usia dini di Indonesia.ADI D ADINUGROHO-HORSTMAN PHD, SpecEd Specialist dari Wellness counseling & education Center, Jakarta.
Inikah Pondok Pesantren Pertama di Indonesia?
Terdapat diskusi mengenai manakah pondok pesantren pertama di Indonesia.
SELENGKAPNYATeladan Memuliakan Tamu Sejak Zaman Nabi
Para nabi Allah telah memberikan teladan perihal memuliakan tamu.
SELENGKAPNYATukang Bubur Ini Bagikan Bubur Gratis Bulan Ramadhan
120 porsi bubur dibagikan setiap hari oleh Dimas pada bulan Ramadhan
SELENGKAPNYA