Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Motivasi Alquran

Dua Macam Manusia di Akhirat

Di surah al-Qariah disebutkan bahwa manusia kelak di akhirat akan terbagi dua.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Pertanyaan yang selalu muncul dalam benak orang-orang yang tidak beriman sepanjang masa adalah apa yang akan terjadi kelak kepada manusia di kemudian hari?

Apakah dengan kematian segalanya sudah selesai? Atau jangan-jangan ada kehidupan lagi setelah mati?

 
Orang-orang kafir Makkah selalu menolak adanya berita kehidupan sesudah mati.
 
 

Orang-orang kafir Makkah selalu menolak adanya berita kehidupan sesudah mati. Abu Lahab ketika mendengar Nabi SAW menyampaikan hakikat tersebut langsung mengancam dengan mengatakan: “Tabban laka yaa Muhammad” (celakalah kamu Muhammad).

Allah SWT membalas dengan surah al-Lahab bahwa yang celaka justru Abu Lahab karena telah mendustakan hari kebangkitan yang Allah SWT tetapkan (tabbat yadaa abii lahabiw wa tabb) (QS al-Lahab [111]: 1).

Mereka mengira bahwa sukses materi yang telah dicapai di dunia akan menentukan keselamatan di akhirat. Itulah mengapa orang-orang kafir Makkah merasa bangga dengan harta dan status sosial kebangsawanan yang mereka miliki. Mereka merasa tidak pantas duduk sejajar dengan para sahabat Nabi SAW yang miskin.

 
Mereka mengira bahwa sukses materi yang telah dicapai di dunia akan menentukan keselamatan di akhirat.
 
 

Itulah alasan mengapa mereka tidak mau masuk Islam. Sebab pokoknya adalah karena mereka gengsi. Ketika mendengar cerita tentang surga, dengan sinis mereka mengatakan bahwa kelak merekalah yang akan masuk surga lebih dahulu.

Mereka sesumbar akan menghalangi orang-orang Islam dari surga. Sungguh aneh cara berpikir mereka, sehingga mengira bahwa masuk surga itu sistemnya rebutan seperti mereka rebutan sesuatu di dunia.

Surah al-Qariah [101]: 6-11) memberikan jawaban pasti bahwa manusia kelak di akhirat akan terbagi dua.

Pertama, orang-orang yang timbangan amal baiknya lebih berat (tsaqulat mawaaziinuhu), mereka akan mendapatkan keuntungan di akhirat. Kata tsaqulat (lebih berat) maksudnya amal kebaikan yang mereka lakukan benar-benar lebih banyak daripada keburukannya.

Memang tidak ada manusia tanpa dosa (kullu banii aadama khatthaauun). Tetapi sebaik-baik yang melakukan dosa adalah yang bertobat (wa khairul khatthaaiina attawwaabuun) (HR Turmidzi).

Cara bertobat adalah dengan menyesali dan meninggalkan dosa-dosa masa lalu, setelah itu mengisi kehidupannya dengan kebaikan-kebaikan. Inilah cara yang paling efektif untuk mendapatkan kualitas tsaqulat mawaaziinuhu.

Juga hanya dengan cara ini mereka bisa meraih ridha Allah SWT. Jadi, keridhaan Allah SWT didapatkan karena mereka selama di dunia selalu mengerjakan apa yang Allah SWT ridhai. Buahnya adalah kehidupan akhirat yang penuh dengan keridhaan.

Tidak saja keridhaan dari sisi Allah SWT, tetapi juga keridhaan dari sisi hamba yang mendapatkannya (fahuwa fii ‘iisyatir raadhiyah).

Imam As Suyuthi menjelaskan bahwa maksud kehidupan yang diridhai adalah surga. Kata raadhiyah bentuknya isim faa’il. Padahal maksudnya isim maf’uul, yaitu mardhiyah.

Suatu ungkapan superlatif untuk menunjukkan bahwa keridhaan Allah SWT atas mereka selamanya. Bahwa kehidupan di surga benar-benar penuh kesenangan dan tidak akan pernah membosankan.

 
Bahwa kehidupan di surga benar-benar penuh kesenangan dan tidak akan pernah membosankan.
 
 

Di belahan lain ada orang-orang yang timbangan amal baiknya lebih sedikit (khaffat mawaaziinuhu). Kata khaffat (lebih ringan) maksudnya kebaikannya lebih ringan dibanding dengan keburukannya.

Dengan ini dipastikan mereka akan mendapatkan neraka yang sangat rendah (faummuhuu haawiyah). Kata ummun (ibu) maksudnya tempat kembali selamnya.

Dikatakan hawiyah, satu akar dengan kata yahwi (jatuh ke bawah). Maksudnya berada di level neraka paling rendah.

Ditambah dengan adanya redaksi istifham (pertanyaan), wamaa adraka maa hiyah (tahukah kamu apa itu hawiyah?) untuk menggambarkan betapa pedihnya siksaan tersebut.

Itulah neraka yang sangat panas (naarun haamiyah). Kata haamiyah maksudnya panas yang paling maksimal, tidak ada yang lebih panas lagi setelah itu.

Siapakah Dai di Atas Neraka?

Hadis Nabi SAW berikut ini mengabarkan isyarat tentang dai di atas pintu neraka.

SELENGKAPNYA

Kala Rasulullah Menawarkan Bangkai Kambing yang Cacat

Rasulullah SAW tiba-tiba menawarkan bangkai kambing kepada khalayak.

SELENGKAPNYA

Mencintai Fitnah, Membenci al-Haq

Seorang sahabat mengucapkan bahwa dirinya condong pada fitnah dan tak menyukai al-haq.

SELENGKAPNYA