
Internasional
AS Peringatkan Dunia soal Spionase Cina
NATO mewaspadai aksi mata-mata CIna di antaranya melalui balon udara pemindai.
WASHINGTON -- Masuknya balon udara pemindai dari Cina di wilayah Amerika Serikat berbuntut panjang. Washington memperingatkan bahwa kejadian itu kemungkinan merupakan rangkaian kegiatan mata-mata Republika Rakyat Cina yang telah mengglobal.
Amerika Serikat mengadakan pengarahan di Washington dan Beijing dengan diplomat asing dari 40 negara tentang balon mata-mata Cina yang ditembak jatuh Washington pada Sabtu (4/2). Seorang pejabat senior pemerintah dan diplomat AS mengatakan pada Selasa (7/2), balon udara Cina itu ditembak jatuh karena mencoba memata-matai wilayah AS.
“Wakil Menteri Luar Negeri A.S. Wendy Sherman pada Senin memberi pengarahan kepada sekitar 150 diplomat asing di 40 kedutaan,” kata pejabat itu. Sementara di Beijing kedutaan AS mengumpulkan diplomat asing pada Senin dan Selasa untuk mempresentasikan temuan AS tentang balon tersebut.
"Kami ingin memastikan bahwa kami berbagi sebanyak mungkin informasi dengan negara-negara di seluruh dunia yang mungkin juga rentan terhadap jenis operasi ini," kata pejabat senior administrasi tersebut. Pengarahan Sherman pertama kali dilaporkan oleh the Washington Post.

Munculnya balon Cina di atas Amerika Serikat pekan lalu menyebabkan kemarahan politik di Washington dan mendorong Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membatalkan perjalanan ke Cina. Padahal dalam kunjungannya ke Beijing kali ini diharapkan kedua negara akan memperbaiki hubungan mereka yang rusak.
Rencananya, Blinken akan tiba di Beijing pada hari Ahad (5/2). Namun karena balon udara mata-mata itu, sebuah jet tempur Angkatan Udara AS harus menembak jatuh balon tersebut di lepas pantai Carolina Selatan pada hari Sabtu (4/2).
Seminggu sebelumnya balon udara itu telah masuk di kawasan udara AS. Kementerian luar negeri Cina mengatakan benda itu adalah balon cuaca yang berubah arah dan menuduh Amerika Serikat bereaksi berlebihan.
Departemen Luar Negeri juga mengirim misi AS ke seluruh dunia informasi tentang insiden balon untuk dibagikan dengan sekutu dan mitra. Dalam pengarahan di Beijing, Amerika Serikat menyampaikan informasi untuk menunjukkan bahwa balon memasuki wilayah udara AS pada hari-hari terakhir Januari.
Kemudian balon itu terbang di atas lokasi militer AS dan bukanlah balon penelitian cuaca seperti yang dikatakan Beijing. “Tetapi sebuah pesawat yang digunakan untuk spionase,” kata para diplomat di Beijing yang menghadiri diskusi tersebut.
Washington mengatakan balon itu dikendalikan oleh militer Cina. Para diplomat di pengarahan Beijing mengatakan mereka diberitahu bahwa panel surya pada balon berarti membutuhkan lebih banyak tenaga daripada balon cuaca, dan jalur penerbangannya tidak sesuai dengan pola angin alami.
Pejabat AS mengatakan balon itu dilengkapi dengan kemudi dan baling-baling. "Berdasarkan pengarahan AS, pemahaman kami sendiri tentang balon semacam itu dan fakta bahwa China sejauh ini menolak menyebutkan nama perusahaan atau entitas yang memiliki balon ini, kami merasa sulit untuk percaya bahwa itu adalah balon cuaca sipil," kata kata seorang diplomat pertahanan Asia yang berbasis di Beijing.
Informasi itu mirip dengan apa yang dibagikan Pentagon kepada wartawan sejak akhir pekan lalu, dengan mengatakan bahwa balon-balon itu adalah bagian dari armada udara Cina yang juga melanggar kedaulatan negara lain.

The Washington Post melaporkan bahwa meskipun analis masih belum mengetahui ukuran armada balon, seorang pejabat AS mengatakan telah ada "lusinan" misi sejak 2018 dan balon tersebut menggunakan teknologi yang disediakan oleh perusahaan swasta Cina.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, pada Rabu (8/2) juga memperingatkan, Cina telah meningkatkan kegiatan mata-mata di Eropa. Stoltenberg mengatakan, penemuan balon mata-mata di wilayah udara AS mengkonfirmasi pola perilaku Cina.
"Kami juga melihat peningkatan aktivitas intelijen Cina di Eropa dengan platform berbeda. Mereka menggunakan satelit, mereka menggunakan dunia maya, dan seperti yang telah kita lihat di Amerika Serikat, juga balon," kata Stoltenberg, dilaporkan Anadolu Agency, Rabu (8/2).
Stoltenberg mengatakan, selama beberapa tahun terakhir Cina telah banyak berinvestasi dalam kemampuan militer baru, termasuk berbagai jenis platform pengawasan dan intelijen. Dia mengimbau seluruh negara Eropa agar waspada terhadap aktivitas intelijen Cina.

“Jadi kita harus waspada. Kita perlu menyadari risiko konstan intelijen Cina dan kemudian melangkah, apa yang kita lakukan untuk melindungi diri kita sendiri, dan kita juga perlu bereaksi dengan cara yang hati-hati, bertanggung jawab, dan waspada," ujar Stoltenberg.
Di pihak lain, seorang diplomat Cina terkemuka mengatakan Amerika Serikat harus mengembalikan puing-puing dari balon udara yang telah ditembak jatuh oleh militer AS. Alasannya karena benda itu adalah milik negaranya. “Jika Anda mengambil sesuatu di jalan, Anda harus mengembalikannya jika tahu siapa pemiliknya,” kata Lu Shaye, duta besar Cina untuk Prancis.
Beijing menyatakan bahwa pesawat itu adalah wahana penelitian iklim. “Jika orang Amerika tidak ingin mengembalikannya, itu keputusan mereka. Ini menunjukkan ketidakjujuran mereka,” kata Lu dalam sebuah wawancara dengan saluran berita Prancis LCI pada hari Senin, (6/2).

Pernyataan tersebut adalah pertama kalinya Cina secara resmi menyatakan keinginannya kepada AS untuk mengembalikan balon yang ditembak jatuh di Carolina Selatan. Angkatan Laut AS merilis foto balon pada hari Selasa, menunjukkan puing-puing besar diangkut ke kapal.
Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan, pihaknya berhak menanggapi langkah AS tanpa menjelaskan apa yang diperlukan. Ketika ditanya dalam jumpa pers reguler hari Selasa apakah Cina menginginkan perangkat itu kembali, juru bicara kementerian Mao Ning menjawab, “Pesawat itu bukan milik AS. Itu milik Cina.”
Teriakan Putus Asa dari Reruntuhan Gempa
Sekitar 13.740 personel pencarian dan penyelamatan telah dikerahkan ke wilayah gempa.
SELENGKAPNYABisa Dihemat, Panja Usulkan Biaya Haji Rp 50-55 Juta
Nilai penghematan bisa sampai Rp 1,2 triliun.
SELENGKAPNYAPanglima Sebut tak Ada Penyanderaan di Nduga
Laksamana Yudo menyangkal ada penyanderaan.
SELENGKAPNYA