
Internasional
Pengeboman Masjid di Pakistan Dikecam
Tak ada WNI meninggal dalam pengeboman masjid di Peshawar.
JAKARTA -- Pengeboman di masjid di Peshawar, Pakistan, yang menimbulkan puluhan korban jiwa mendapatkan kecaman umat Islam. Teror di rumah ibadah mana pun tak dapat dibenarkan.
“Prihatin dan menyesalkan terjadi teror di rumah ibadah. Siapa pun dan apa pun motifnya, itu tak dapat dibenarkan, menciptakan ketakutan,” ujar Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Cholil Nafis saat dihubungi Republika, Selasa (31/1).
Menurut Kiai Cholil, orang-orang yang meninggal saat shalat berjamaah di masjid itu akan mendapatkan keutamaan mati syahid. “Pastinya mereka mati syahid. Kami mengutuk pelaku,” ucap ketua MUI bidang dakwah dan ukhuwah itu.
Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Depok tersebut juga mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia agar tetap menjadi kedamaian di Indonesia. Menurut dia, kejadian seperti itu jangan sampai terjadi di Indonesia. “Kita perlu waspada agar Indonesia terus damai,” kata Kiai Cholil.

Jumlah korban meninggal ledakan bom bunuh diri di masjid pada Senin (30/2) itu bertambah menjadi 59, termasuk 27 petugas kepolisian. Serangan di kompleks polisi di Peshawar itu diduga kuat menargetkan aparat.
Polisi menduga pelaku melewati beberapa barikade yang diawaki pasukan keamanan untuk masuk ke kompleks "Zona Merah". Kompleks itu menampung kantor polisi dan kontra-terorisme di kota barat laut Peshawar yang bergejolak.
"Itu bom bunuh diri," kata Kepala Polisi Peshawar Ijaz Khan, dikutip kantor berita Reuters, Selasa (31/1). Dia mengatakan, aula masjid penuh dengan 400 jamaah saat itu.
Ia mencatat banyak dari 170 orang yang terluka berada dalam kondisi kritis. Korban jiwa bertambah menjadi 59 setelah beberapa orang meninggal karena menderita luka yang parah.

Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif pada Senin (30/1) mengatakan, pengebom bunuh diri di Masjid Pakistan berada di barisan pertama jamaah saat melakukan shalat berjamaah. "Saat imam shalat mengatakan 'Allahuakbar', terdengar ledakan besar," kata Mushtaq Khan, seorang polisi dengan luka di kepala, kepada wartawan dari tempat tidur rumah sakitnya.
"Kami tidak tahu apa yang terjadi karena ledakan itu memekakkan telinga. Ledakan membuat saya keluar dari beranda. Dinding dan atap menimpa saya," ujarnya.
Penyelidikan sedang dilakukan untuk mengetahui cara penyerang tersebut menembus penjagaan keamanan elite dan kemungkinan ia mendapatkan bantuan orang dalam. Ledakan itu meruntuhkan lantai atas masjid hingga menjebak puluhan jamaah di reruntuhan.
Tayangan TV menunjukkan, tim penyelamat menghancurkan atap yang runtuh untuk turun dan merawat korban yang terjebak di reruntuhan. "Kami tidak bisa mengatakan berapa banyak yang masih di bawah itu," kata Gubernur Provinsi Peshawar Haji Ghulam Ali. Saksi menggambarkan suasana kacau saat polisi dan tim penyelamat bergegas membawa korban luka ke rumah sakit.

Perdana Menteri Shahbaz Sharif mengutuk serangan itu. "Skala besar dari tragedi kemanusiaan tidak terbayangkan," ucap Sharif. "Ini tidak kurang dari serangan terhadap Pakistan. Bangsa ini diliputi rasa duka yang mendalam. Saya yakin terorisme adalah tantangan keamanan nasional utama kami," ujarnya.
Sharif mengatakan, siapa pun yang menargetkan Muslim saat shalat tidak ada hubungannya dengan Islam. Komandan Taliban Pakistan Sarbakaf Mohmand melalui akun Twitter mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Namun, juru bicara kelompok tersebut belum memberikan keterangan resmi mengenai serangan itu.
Peshawar adalah ibu kota Provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Wilayah itu memang dikenal dengan kehadiran kuat Taliban Pakistan. Kelompok milisi yang juga dikenal sebagai Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) melancarkan pemberontakan di Pakistan selama 15 tahun terakhir. Kelompok itu terpisah dari Taliban di Afghanistan, tetapi mereka sekutu dekat.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI mengatakan tidak ada warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam insiden serangan bom bunuh diri di sebuah masjid di kompleks kepolisian di Peshawar, Pakistan. Sejauh ini, jumlah korban tewas dilaporkan telah mencapai sedikitnya 63 jiwa dan korban luka setidaknya 150 orang.

“Tidak ada WNI yang menjadi korban,” kata Juru Bicara Kemenlu Teuku Faizasyah saat diwawancarai Republika, Selasa (31/1).
Mengenai insiden tersebut, Kemenlu masih belum memberikan respons atau tanggapan. “KBRI (di Pakistan) akan berikan pengamatan dan pernyataan,” ujar Teuku saat ditanya tentang sikap Indonesia terhadap serangan bom bunuh diri di masjid Peshawar.
Seorang petinggi Kelompok TTP sempat mengeklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di masjid Peshawar. Pernyataan itu kemudian diralat. "Tehreek-e-Taliban tidak ada hubungannya dengan serangan ini," kata TTP dalam sebuah pernyataan.
TTP telah melancarkan pemberontakan di Pakistan selama 15 tahun terakhir. Mereka menghendaki penerapan hukum Islam yang lebih ketat di negara tersebut. Selain itu, TTP menginginkan agar Pakistan mengurangi kehadiran militernya di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, wilayah yang menjadi basis utama TTP.
Pada November 2022, TTP membatalkan gencatan senjata dengan Pemerintah Pakistan yang tercapai pada Juni tahun lalu. Setelah pembatalan itu, TTP memerintahkan para anggotanya untuk melancarkan serangan ke seluruh Pakistan. “Operasi militer sedang berlangsung terhadap mujahidin di berbagai wilayah, jadi sangat penting bagi Anda untuk melakukan serangan di mana pun Anda bisa di seluruh negeri,” kata TTP dalam sebuah pernyataan pada 28 November 2022.
TTP menyetujui gencatan senjata dengan Pemerintah Pakistan pada Juni 2022. Namun, kedua belah pihak telah berulang kali mengeklaim bahwa gencatan senjata diabaikan dan telah terjadi banyak bentrokan.
Sejak 2010, sebagian besar anggota TTP telah diusir dari Pakistan ke negara tetangga, yakni Afghanistan. Tekad dan keberanian mereka tergugah saat Taliban Afghanistan berhasil merebut kembali kekuasaan di negara tersebut pada Agustus 2021. TTP berbeda dengan Taliban Afghanistan, tapi mereka memiliki ideologi yang identik.
Kerajaan Arab Saudi juga mengutuk keras serangan teroris yang menargetkan masjid di Kota Peshawar. Kementerian Luar Negeri Saudi menggarisbawahi penolakan tegas kerajaan terhadap serangan ke tempat ibadah, teror jamaah, dan pertumpahan darah tak berdosa.
Dilansir di al-Sharq al-Awsat, Selasa (31/1), Arab Saudi juga menyatakan dukungan untuk Pemerintah Pakistan dalam melawan segala bentuk kekerasan, ekstremisme, dan terorisme. Lebih lanjut, Kerajaan Saudi menyampaikan belasungkawa kepada kerabat para korban dan pemerintah serta rakyat Pakistan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.