
Nasional
Pengunjuk Rasa Ultimatum akan Kepung Kedubes Swedia
Massa berunjuk rasa merespons aksi pembakaran Alquran oleh politikus Swedia, Rasmus Paludan.
JAKARTA – Tim delegasi dari massa umat Islam yang berunjuk rasa di depan kantor Kedutaan Besar (Kedubes) Swedia menyampaikan sejumlah tuntutan secara langsung kepada Kedubes Swedia di Indonesia. Massa berunjuk rasa merespons aksi pembakaran Alquran oleh politikus Swedia, Rasmus Paludan.
Tim delegasi tersebut diterima Kedubes Swedia sekitar pukul 16.00 WIB, Senin (30/1). Salah satu yang termasuk dalam tim adalah Sekretaris Majelis Syura Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif. Slamet mengatakan, tuntutan yang terdiri atas lima poin itu telah diterima dan ditandatangani oleh Wakil Duta Besar (Dubes) Swedia untuk Indonesia Gustav Dahlin.
“Tadi kita menyampaikan lima tuntutan dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Tuntutan kita yaitu mengutuk tindakan pembakaran Alquran dan kita meminta dengan sangat untuk mengambil tindakan tegas dari Pemerintah Swedia terhadap penista dan penoda agama yang menyakiti mayoritas umat Muslim Indonesia dan 1,5 miliar umat Muslim dunia,” kata Slamet seusai menyerahkan surat tuntutan kepada Kedubes Swedia, di Kuningan, Jakarta, Senin (30/1).
Dalam pertemuan itu, kata Slamet, Wakil Dubes Swedia Gustav Dahlin menyampaikan, Perdana Menteri Swedia telah mengutuk dan mengecam tindakan Rasmus Paludan yang membakar kitab suci Alquran. Aspirasi dari massa aksi bela Alquran juga akan disampaikan kepada Pemerintah Swedia.

“Tetapi, sekali lagi kami menegaskan bahwa kita tidak butuh kecaman, tetapi butuh tindakan nyata dan tegas agar Rasmus Paludan ini bisa ditindak tegas dan dihentikan aksi-aksinya. Kami sampaikan juga, karena di beberapa media saya baca dia (Paludan, Red) mengancam Turki akan melakukan pembakaran Alquran setiap hari Jumat jam dua siang. Maka kalau itu terus berlangsung, jangan salahkan kami yang akan melakukan hal sama pada setiap Jumat. Kami akan kepung kedutaan Swedia di sini,” ujar Slamet.
Slamet menegaskan, kalau Pemerintah Swedia membiarkan dan bahkan terkesan melindungi Rasmus Paludan, massa aksi bela Alquran akan terus melakukan unjuk rasa untuk membela agama. “Kami akan terus mengepung Kedutaan Besar Swedia kalau itu dilakukan (oleh Paludan) setiap hari Jumat,” ujar dia.
Saat masuk waktu shalat Ashar, perwakilan dari massa unjuk rasa mengumandangkan azan dari atas mobil orasi. Massa kemudian melaksanakan ibadah shalat Ashar di area tempat mereka berunjuk rasa.
Menantu Habib Rizieq Shihab, Habib Muhammad bin Husein Alatas, ikut dalam aksi unjuk rasa bela Alquran di Kedutaan Besar Swedia. Habib Muhammad yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Front Persaudaraan Islam (FPI) terus melantangkan suara takbir yang kemudian disambut takbir oleh massa Aksi Bela Alquran.

Dalam kesempatan itu, Habib Muhammad menyinggung aksi pembakaran Alquran di Swedia dan penghinaan berupa perobekan kitab suci Alquran di Belanda. Dia menyebut dua tindakan tersebut merupakan bentuk terorisme.
“Di dua negara terjadi dua terorisme dengan membiarkan penistaan agama. Karena Indonesia punya hubungan diplomatik, maka hari ini warga negara Indonesia hadir kemari untuk memberi sikap keras kepada negara yang membiarkan penistaan agama,” ujar dia dalam orasinya.
Rektor Universitas Islam Indonesia Internasional (UIII) Prof Komarudin Hidayat menanggapi maraknya pembakaran Alquran di sejumlah negara Eropa. Meskipun orang-orang yang membenci Islam membakar Alquran, menurut dia, Islam tidak akan pernah jatuh.
“Kalau saya nanggapinya, itu orang (pembakar Alquran, Red) enggak tahu, ya biarin aja. Islam tidak akan jatuh karena itu dan hakikat Alquran kan tidak di kertasnya, tapi di hati, di otak,” ujar Prof Komarudin di sela-sela kuliah umum yang digelar di UIII Depok.

Mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengatakan, orang-orang yang tidak paham dan benci terhadap Islam akan selalu ada. Namun, kata dia, kebesaran Islam tidak akan pernah susut.
“Sampai nanti pun orang yang tidak paham pada Islam, benci pada Islam, akan ada sampai kapan pun. Tapi, Islam tidak pernah susut hanya karena orang benci. Sejak Nabi Muhammad juga sudah ada musuhnya,” ucap Komarudin.
Meskipun ada orang yang tidak senang pada Islam, tambah dia, masyarakat Barat yang simpati pada Islam juga sangat banyak. Bahkan, kampus-kampus besar di Barat sekarang mempunyai jurusan studi Islam.
“Sebut saja kampus papan atas di Barat, semua ada department of Islamic studies. Yang membela Islam itu mereka sendiri kok, tidak usah kita, karena sekarang banyak orang ahli Islam di Barat,” kata Komarudin.
Islam tidak pernah susut hanya karena orang benci. Sejak Nabi Muhammad juga sudah ada musuhnya.KOMARUDIN HIDAYAT, Rektor Universitas Islam Indonesia Internasional (UIII)
Pada Jumat (27/1) pekan lalu, seorang aktivis dan politikus anti-Islam, Rasmus Paludan, kembali membakar dua salinan Alquran dalam protes soliter di ibu kota Denmark, Kopenhagen. Ia membakar satu kitab di depan masjid dan satu lagi di depan kedutaan Turki. Ia pun bersumpah untuk melakukannya setiap Jumat sampai Swedia diterima di NATO.
Paludan, aktivis sayap kanan yang berkewarganegaraan Denmark dan Swedia itu, juga melakukan protes dengan pembakaran Alquran di Swedia pada 21 Januari. Setelah aksinya itu, protes digelar di beberapa negara mayoritas Muslim untuk mengecam aksi Paludan di Swedia pada 21 Januari dan insiden serupa di Belanda pekan lalu.
Demo Panjang Ancam Kedubes Swedia Jika Paludan tak Ditindak
Aksi di Jakarta menyuarakan lima tuntutan kepada Pemerintah Swedia.
SELENGKAPNYAKecaman Menguat, Dubes Swedia dan Belanda Dipanggil
Wapres mengecam pembakaran Alquran.
SELENGKAPNYALeila Ali Elmi, Lawan Islamofobia di Swedia
Leila menuding Paludan merupakan bagian dari kelompok yang memusuhi Islam.
SELENGKAPNYA