
Sehat
Memilah Mitos Klasik Kesehatan
Menggemeretakkan buku-buku jari tidak memiliki risiko yang lebih tinggi untuk didiagnosis menderita osteoartritis.
Saat kecil, kita sering kali dijejali cerita-cerita takhayul atau old wives tale dari orang tua. Biasanya cerita-cerita itu dipakai sebagai cara membuat anak-anaknya tidak nakal atau tak melakukan aktivitas tertentu.
Namun, sebenarnya apakah memang cerita-cerita itu ada manfaatnya atau hanya sekadar cerita turun temurun? Dilansir dari AARP, Kamis (19/1), berikut beberapa cerita takhayul disertai penjelasan para ahli untuk menelusuri kebenaran di baliknya.
Kisah 1: Menggemeretakkan buku-buku jari bisa picu radang sendi
Ahli bedah ortopedi di New York, Howard Luks, mengatakan bahwa menggemeretakkan buku-buku jari tidak akan menyebabkan radang sendi. Meskipun ada beberapa studi yang menunjukkan, orang yang melakukan itu lebih mungkin alami pembengkakan tangan, menurut Luks, tidak ada yang salah dengan menggemeretakkan buku-buku jari dengan lembut dan tidak terlalu sering.
Studi terbaru menunjukkan, bahkan orang yang biasa menggemeretakkan buku-buku jari tidak memiliki risiko yang lebih tinggi untuk didiagnosis menderita osteoartritis. Suara yang timbul saat menggemeretakkan buku-buku jari disebabkan oleh letupan dari cairan pelumas (sinovial) yang menghasilkan kantong-kantong gelembung. “Bunyinya memang berisik, namun tidak akan membuat Anda mengalami nyeri sendi di masa depan,” kata Luks.
Kisah 2: Berkumur dengan air garam bisa menyembuhkan sakit tenggorokan.
Air garam adalah solusi yang bisa menyeimbangkan cairan di bagian belakang tenggorokan dan selaput lendir. Kepala General Internal Medicine di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Jeffrey Linder, menjelaskan, cerita ini bisa dipertanggungjawabkan secara medis.
“Kami menyarankan hal ini setiap saat untuk orang-orang yang mengalami sakit tenggorokan,” kata Linder. Dia menyarankan untuk mencampurkan beberapa sendok makan garam ke dalam segelas air berukuran sedang hingga besar.
Air yang digunakan sebaiknya dalam keadaan hangat, yang lebih mendekati suhu tubuh, sehingga lebih menenangkan, dan berkumurlah pada saat gejala pertama sakit tenggorokan. Beberapa penelitian bahkan menemukan, berkumur merupakan tindakan pencegahan yang membantu menangkal pilek atau flu.
Satu studi menemukan, berkumur air menurunkan kemungkinan seseorang terkena infeksi saluran pernapasan atas sebesar 36 persen dalam 60 hari pertama musim pilek dan flu.
Kisah 3: Duduk terlalu dekat dengan TV akan memperburuk penglihatan.

Jika Anda hobi menonton TV dan suka duduk dekat dengan layar, tenang saja, hal itu tidak akan memperburuk penglihatan Anda. Menurut Direktur layanan optometric dan contact lens service di Tufts Medical Center, Cynthia D’Auria, menjelaskan menonton TV terlalu dekat bisa menyebabkan ketegangan mata dan kelelahan, serta masalah mata kering akibat berkurangnya frekuensi berkedip, tapi tidak akan memperburuk presbiopi.
Namun, D'Auria mengatakan bahwa penting untuk memprioritaskan kesehatan mata, jadi sebaiknya Anda mundur saat duduk di dekat televisi untuk mengurangi ketegangan dan kelelahan.
Kisah 4: Makanan pedas bisa menyebabkan mag
Linder mengatakan, makanan pedas memang bisa memperburuk mag, penyebab paling umum dari mag sebetulnya adalah infeksi bakteri. Namun jika Anda perut Anda sudah meradang, dimana memiliki sindrom iritasi usus besar atau mag, mengonsumsi makanan pedas dapat membuat kondisi mag merasa lebih buruk.
Selain bakteri, yang paling sering adalah H. pylori, penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid jangka panjang seperti aspirin dan ibuprofen telah dikaitkan dengan penyakit tukak lambung. Menariknya, penelitian pada 2006 menemukan, cabai berpotensi bermanfaat bagi usus dengan meningkatkan aliran darah ke saluran pencernaan untuk melindunginya.
Kisah 5: Manusia makan delapan laba-laba dalam setahun saat tidur.
Tentunya kisah ini tidak mungkin terjadi karena beberapa alasan misalnya laba-laba lebih suka tinggal di dalam jaringnya sendiri. “Kecuali jika mereka melihat Anda sebagai mangsa, laba-laba mungkin merangkak ke tempat tidur,” kata penulis buku The Survival Medicine Handbook: The Essential Guide for When Help Is Not on the Way, Joe Alton.
Kisah 6: Jika tertelan, permen karet butuh waktu tujuh tahun untuk dicerna.
Permen karet memang jadi favorit anak-anak, dan tak jarang itu tanpa sengaja tertelan. Jadi, apakah benar sistem pencernaan akan terganggu jika permen karet tertelan? Untungnya tidak.
"Tentu saja tidak benar bahwa permen karet membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk melewati perut," kata Andrew Boxer, seorang ahli pencernaan dari Gastroenterology Associates of New Jersey. Menurut dia, permen karet biasanya melewati saluran pencernaan dalam hitungan jam hingga hari.
Penelitian pada 2006 menemukan, cabai berpotensi bermanfaat bagi usus.
Berstrategi Mencari Kerja di Situasi Resesi
Profil LinkedIn yang aktif, biasanya memiliki jaringan yang kuat.
SELENGKAPNYABelajar di Tanah Suci ala Santri
Selama di Tanah Suci, para santri Taruna Alquran mempraktikan kemahiran berbahasa Arab.
SELENGKAPNYA