Warga membawa kertas persembahan untuk dibakar bersama jenazah keluarga di Rumah Pemakaman Gaobeidian di Hebei, Kamis (22/12/2022). Jenazah itu dibawa jauh dari Beijing yang mengalami penuhnya rumah pemakaman seiring penularan Covid-19 belakangan. | AP Photo

Internasional

Cina Hadapi Sejuta Kasus Covid-19 per Hari

Puncak infeksi diperkirakan akan mencapai dua juta per hari pada beberapa pekan mendatang.

 

BEIJING -- Provinsi Zhejiang di Cina timur tengah berjuang melawan sekitar sejuta infeksi Covid-19 baru setiap hari, pada Ahad (25/12). Jumlah kasus ini, diperkirakan akan berlipat ganda di hari-hari mendatang.

"Puncak infeksi diperkirakan tiba lebih awal di Zhejiang dan memasuki periode peningkatan sekitar Hari Tahun Baru, di mana jumlah infeksi baru setiap hari akan mencapai dua juta," kata pemerintah Zhejiang dalam sebuah pernyataan.

Pemerintah Zhejiang mengatakan, di antara 13.583 infeksi yang dirawat di rumah sakit provinsi, terdapat satu pasien memiliki gejala parah yang disebabkan oleh Covid-19. Sementara 242 infeksi dalam kondisi parah dan kritis lainnya, disebabkan oleh penyakit bawaan yang mendasarinya.

Pernyataan Pemerintah Provinsi Zhenjiang ini menegaskan ada upaya menutup-nutupi masifnya penularan Covid-19 di Cina. Sebelumnya, Blommberg News dan Financial Times melansir bocoran pertemuan pejabat tinggi sektor kesehatan di Cina. 

photo
Warga menjalani prosesi pemakaman jenazah keluarganya di Rumah Pemakaman Gaobeidian di Hebei, Kamis (22/12/2022). Jenazah itu dibawa jauh dari Beijing yang mengalami penuhnya rumah pemakaman seiring penularan Covid-19 belakangan. - (AP Photo)

Dalam pertemuan itu disebutkan bawah sabanyak 250 juta warga Cina telah tertular Covid-19 sepanjang 20 hari pertama bulan Desember. Dokumen pertemuan itu sempat beredar di media sosial Cina sebelum akhirnya disensor.

Sedangkan media corong Pratai Komunis Cina di Qingdao pada Jumat (23/12) melansir ucapan pejabat kesehatan setempat bahwa kota itu didera penularan "490 ribu hingga 530 ribu kasus per hari". Kabar itu sempat diberitakan sejumlah media sebelum disensor dan diklrifikasi pada Sabtu (24/12).

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina menyatakan pada Ahad, negara itu melaporkan tidak ada kematian akibat Covid-19 di daratan selama lima hari hingga Sabtu (24/12). Namun warga dan para ahli telah meminta data yang lebih akurat karena infeksi melonjak setelah Beijing membuat perubahan besar pada kebijakan zero-Covid.

Kebijakan yang telah menempatkan ratusan juta warganya di bawah pembatasan mobilitas, tanpa henti hingga menghancurkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Angka infeksi nasional dari Cina pun menjadi tidak lengkap karena Komisi Kesehatan Nasional berhenti melaporkan infeksi tanpa gejala, sehingga mempersulit pelacakan kasus. Badan tersebut bahkan juga berhenti melaporkan angka harian, yang kemudian diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina. Laporan harian terakhir yang dilansir adalah 4.103 penularan per hari pada Sabtu (24/12).

Saat ini, Cina mempersempit definisinya untuk melaporkan kematian akibat Covid-19. Negara itu hanya menghitung korban meninggal yang berasal dari pneumonia atau gagal napas yang disebabkan Covid-19.

“Informasi Covid yang relevan akan diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Penyakit Cina untuk referensi serta penelitian,” kata Komisi Kesehatan Nasional Cina, Ahad (25/12).

Di bawah pedoman terbaru yang dirilis Komisi Kesehatan Nasional Cina pada 7 Desember lalu, frekuensi dan ruang lingkup pengujian polymerase chain reaction (PCR) akan dikurangi. “Tes PCR massal hanya dilakukan di sekolah, rumah sakit, panti jompo dan unit kerja berisiko tinggi; ruang lingkup dan frekuensi pengujian PCR akan dikurangi lebih lanjut,” demikian bunyi pedoman baru tersebut.

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menerima data dari Cina tentang rawat inap Covid-19 baru sejak Beijing melonggarkan pembatasannya. Organisasi kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu mengatakan, kesenjangan data mungkin disebabkan oleh pihak berwenang yang juga tengah berjuang untuk menghitung kasus di negara terpadat di dunia itu.

"Cina sedang memasuki pekan-pekan pandemi paling berbahaya. Pihak berwenang sekarang hampir tidak melakukan upaya untuk memperlambat penyebaran infeksi. Dengan dimulainya migrasi menjelang Tahun Baru Imlek, bagian mana pun dari negara yang saat ini tidak berada dalam gelombang Covid-19 besar akan segera terjadi," kata catatan penelitian dari Capital Economics.

Kota Qingdao dan Dongguan masing-masing diperkirakan memiliki puluhan ribu infeksi setiap hari baru-baru ini. Jumlah ini, jauh lebih tinggi daripada jumlah korban harian nasional tanpa kasus tanpa gejala.

Sistem perawatan kesehatan negara Tirai Bambu saat ini juga berada di bawah tekanan yang sangat besar. Terutama, dengan para staf kesehatan yang diminta untuk bekerja saat sakit.

photo
Warga mengantre di luar klinik kesehatan di Beijing, Ahad (11/12/2022). - (AP/Andy Wong)

Termasuk juga, para pensiunan pekerja medis di komunitas pedesaan. Mereka semua dipekerjakan kembali untuk membantu upaya penanggulangan infeksi Covid-19 di tingkat akar rumput. 

 

Sebelumnya masyarakat yang terinfeksi Covid-19, meskipun asimtomatis atau hanya bergejala ringan, “dipaksa” melaksanakan karantina di fasilitas kesehatan. Pedoman terbaru penanganan Covid-19 di Cina diluncurkan setelah pemerintah merilis data yang menunjukkan dampak negatif kebijakan nol-Covid terhadap perekonomian negara tersebut. Nilai ekspor dan impor Cina anjlok pada November ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak 2020. Ekspor Cina turun 8,7 persen bulan lalu. Sementara impor turun sebesar 10,6 persen.

Pada 27 November lalu, aksi memprotes penerapan lockdown terjadi di sejumlah wilayah di Cina, termasuk Beijing dan Shanghai. Dalam aksinya, massa, yang telah frustrasi dengan kebijakan nol-Covid pemerintah pusat, tak segan menyerukan Presiden Cina Xi Jinping mundur.

Kebakaran mematikan di Urumqi, Xinjiang, 24 November lalu yang menewaskan 10 orang merupakan pemantik kemarahan warga Cina. Mereka menilai, upaya penyelamatan dalam insiden itu terhambat karena adanya peraturan lockdown. Kejadian tersebut mendorong warga Cina turun ke jalan untuk memprotes penerapan lockdown dan menunjukkan simpati pada masyarakat Xinjiang. Setelah pelonggaran kebijakan nol-Covid, Cina menghadapi lonjakan kasus.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat