Pengamanan data pribadi di era Web 3 (ilustrasi) | Pixabay/Edar Picutures

Inovasi

Evolusi Data Pribadi di Era Web3

Data di era digital kini telah menjadi aset ekonomi bernilai tinggi.

Evolusi teknologi, membawa banyak dinamika dalam interaksi di dunia maya. Termasuk juga, terkait kepemilikan data pribadi, ketika kita tengah menggunakan teknologi internet.

Di awal kehadiran, internet yang kala itu masih berkonsep Web1, terjadi di awal era 2000-an. Pengguna internet mulai berkegiatan secara daring dengan pergi ke Ask Jeeves, membuat alamat surel, dan kemudian mengobrol menggunakan Aol Instant Messenger (AIM).

Dikutip dari The Drum, pekan lalu, futuris, sekaligus Linda Xiao. Digital Experience & Innovation Strategy dari agensi Momentum Worldwide Linda Xiao menjelaskan, Web 1 adalah zaman laman situs informasi masih bersifat statis.  Kecuali jika kita adalah seorang desainer laman, atau perusahaan besar. Kita mungkin memiliki keberadaan web pribadi.

“Kemudian, semua itu berubah di bawah Web2, dimana era koneksi sosial, dan teknologi besar mulai menurunkan hambatan partisipasi secara daring,” ujarnya. Kini, Linda melanjutkan, kita tengah menuju ke era Web3, yang merupakan era ekonomi kepemilikan.

Menurutnya, di era teknologi yang baru ini, merupakan bagian dari evolusi internet berikutnya. Dimana, masalah data, privasi, dan manajemen identitas menjadi lebih penting dari era-era internet sebelumnya.

Era Baru Privasi

photo
Sistem komputasi Blockchain (Ilustrasi) - (Unsplash/Ilya Pavlov )

Meski menjanjikan sebuah era baru dalam kepemilikan data di jagat maya, bukan berarti era Web3 tidak memiliki tantangan tersendiri. Linda menjelaskan, visi Web3 yang tengah dikembangkan saat ini masih menyimpan ironi.

Hal ini, tak lepas dari demokratisasi data yang akan meningkatkan transparansi dan kredibilitas, namun di sisi lain berpotensi merusak privasi individu. “Di era Web3, kita akan memindahkan data pribadi kita dari perusahaan teknologi besar yang bersifat tersentralisasi, seperti Google atau Facebook ke sistem manajemen data tersentralisasi di platform blockchain,” kata Linda.

Sifat teknologi blockchain yang transparan dan terbuka inilah, yang kemudian memunculkan adanya kekhawatiran terkait privasi. Selain itu, masih ada pula perubahan signifikan yang akan terjadi ketika kita memasuki era Web3, terkait data pribadi.

Linda menjelaskan, di era Web2 seperti saat ini, kita menukar data pribadi kita dengan informasi yang bersifat terpersonalisasi. Namun, di era Web3, ada janji bahwa setiap orang akan memiliki kendali atas data mereka yang akan hidup di atas platform blockchain.

“Di Web3, kita akan dapat ‘memiliki’ bagian web, yang pada gilirannya akan menciptakan peluang untuk tata kelola fraksional dan berbagai informasi yang bernilai ekonomi,” kata Linda.

Ia menjelaskan, di era baru ini, pengguna internet untuk pertama kalinya akan benar-benar dapat mengklaim kepemilikan atas data pribadinya. Termasuk juga, kedaulatan akan diversifikasi yang unik dan mungkin memiliki nilai atau manfaat secara ekonomi. 

Transformasi Bisnis Pengolahan Data

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Vinprotocol (@vinprotocol.id)

Data kini telah menjadi aset ekonomi bernilai tinggi. Pekan lalu, Vin Protocol yang merupakan perusahaan rintisan teknologi meluncurkan platform data marketplace berbasis blockchain pertama di Indonesia.

Vin Protocol hadir dengan cara memanfaatkan jaringan sistem pengambilan dan pengolahan data konsumen maupun data industri. Data dan insights yang dihasilkan, kemudian akan terhubung secara otomatis dalam lokapasar yang mempertemukan pemilik dan pembeli data secara langsung.

Teknologi ini menjadi jawaban atas keresahan industri terhadap keamanan data yang dikomersialisasi dalam kebutuhan riset dan pemasaran. Hal ini juga selaras dengan kebijakan perlindungan data konsumen yang tengah digaungkan pemerintah.

Co-Founder dan CEO Vin Protocol, Harryadin Mahardika menjelaskan, Vin Protocol dan Vin Polls yang diluncurkan kali ini, dapat digunakan oleh para akademisi dan konsultan bisnis untuk melakukan komersialisasi data secara end-to-end. Mulai dari, mengambil data, mengolahnya menjadi insights, dan menjual insights ini kepada pembeli dengan sangat mudah dan aman, yakni dengan mengunduh Vin Polls di Google Play Store dan Apple Store atau mengunjungi laman resminya.

“Teknologi yang kami tawarkan, diharapkan mampu menjadi katalisator dalam mendorong penggunaan blockchain dalam bisnis data dan riset. Sehingga, akan mempermudah proses hulu ke hilir, mulai dari pengumpulan data responden hingga memberikan keuntungan tambahan untuk para responden berupa poin yang dapat ditukarkan dengan kebutuhan sehari-hari,” jelas Harryadin.

Vin Protocol menggunakan blockchain yang dapat menghubungkan jaringan komputer secara terdesentralisasi dan terdistribusi, serta memungkinkan proses transaksi peer-to-peer (P2P) tanpa bergantung pada satu server. Di Indonesia, penggunaan teknologi blockchain memang masih terbatas.

Namun, Vin Protocol bisa menjadi jembatan untuk memperluas pemanfaatan blockchain. Termasuk juga, menjadi langkah awal untuk mentransformasi proses komersialisasi data di berbagai sektor seperti kesehatan, perbankan, retail, consumer goods, pendidikan, tata kelola kota, dan manajemen aset. 

 

 
Di era baru ini, pengguna internet untuk pertama kalinya akan benar-benar dapat mengklaim kepemilikan atas data pribadinya.
 
 

 

Tetap Aman di Aplikasi Pesan Instan

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kaspersky | Cybersecurity (@kasperskylab)

Kebocoran data masih menjadi isu keamanan yang paling sering terjadi. Rentannya keamanan data pribadi di dunia maya pun kini seakan sudah menjadi risiko bagi setiap individu yang berkegiatan di ruang digital.

Dikutip dari Cybernews, Selasa (29/11), sebuah database yang berisi nomor ponsel dari hampir 500 juta pengguna WhatsApp diduga bocor dan siap untuk dijual. Penjual mengklaim, mereka dapat menawarkan nomor telepon pengguna dari 84 negara.

Diperkirakan, sekitar 130.331 nomor telepon dari Indonesia masuk dalam daftar kebocoran kali ini. Sedangkan database nomor telepon terbanyak dari Mesir, yakni sebanyak 44,8 juta nomor.

Dalam perkembangannya, Whatsapp kemudian membantah adanya kebocoran data tersebut. Meski demikian, para pengguna aplikasi perpesanan instan, kini makin dituntut berhati-hati setiap kali berinteraksi di dalam platform. 

Karena, saat data ini berakhir di tangan yang salah, penipu berpotensi melakukan berbagai jenis serangan. Mulai dari, dari panggilan spam hingga phishing suara. Risiko privasi adalah perhatian utama lainnya.

Bagi para penjahat dunia maya, memiliki nomor telepon calon korban, akan secara signifikan meningkatkan peluang serangan yang berhasil.  Karena sebagian besar layanan daring mengharuskan memasukkan nomor telepon bersama dengan data pribadi lainnya, seperti nama, alamat surel, dan detail perbankan lainnya.

Doxing atau pembocoran data pribadi, cyberbullying, pemerasan, hingga pemerasan adalah beberapa potensi ancaman siber yang mungkin dihadapi para korban. Lead Security Researcher Global Research & Analysis Team dari Kaspersky Victor Chebyshev memberikan beberapa saran agar kita tetap aman dalam berkomunikasi melalui aplikasi perpesanan instan, di antaranya:

1.    Sembunyikan data dari semua orang, kecuali yang terdapat di daftar kontak Anda di pengaturan privasi WhatsApp.

2.    Berhati-hatilah dan perhatikan panggilan dan pesan dari nomor yang tidak dikenal.

3.    Aktifkan autentikasi dua faktor jika belum diaktifkan, sehingga para penipu tidak akan dapat menggunakan nomor kita untuk tujuan berbahaya, seperti mengambil alih akun kita.

4.    Jangan pernah membuka tautan mencurigakan yang dikirim oleh siapa pun karena mungkin ada file berbahaya yang dilampirkan di dalamnya. Selain itu, tautan juga berpotensi akan menghubungkan kita ke konten penipuan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Ribuan STB TV Digital Mulai Dibagikan

Proses pembagian STB kepada keluarga miskin dilakukan pihak ketiga dari Kemenkominfo.

SELENGKAPNYA

SIPRI: Penjualan Senjata Global Naik 2021

Pada 2021 CSSC Cina menjadi pembuat kapal militer terbesar di dunia.

SELENGKAPNYA

Giroud, Sang Raja Gol Prancis

Giroud sempat disindir Benzema bahwa kualitas mereka jauh berbeda bak mobil F1 dan gokart.

SELENGKAPNYA