
Laporan Utama
Perlu Mempersiapkan Dana Darurat!
Kita mesti bisa mengalokasikan pendapatan kita untuk, misalnya, menutupi kebutuhan sehari-hari berapa besar.
Ajaran Islam menganjurkan umatnya untuk hidup dalam kesederhanaan dan menghindari boros. Bagaimana mengatur keuangan yang baik? Bagaimana pula kiat membagi pendapatan untuk hidup sesuai dengan kebutuhan tanpa meninggalkan sedekah?
Untuk mengetahui lebih jauh, Wartawan Republika, Imas Damayanti, mewawancarai Perencana Keuangan yang juga merupakan Kepala Divisi Perbankan Syariah dan Keuangan Syariah (KNEKS) Yosita Nur Wirdayanti melalui sambungan telepon, Rabu (30/11).

Bagaimana menjalankan konsep hemat di tengah ancaman resesi?
Pertama, resesi itu kan sebenarnya makro-ekonomi, bukan mikroekonomi. Misalnya, neraca negara dua kali minus berturut-turut itu kan masuk kategori resesi. Terus dampaknya ke kita ke masyarakat umum tuh apa?
Sebenarnya kalau kita, masuk ke mikro-ekonomi, bukan makroekonomi. Apakah berdampak langsung, itu tergantung, karena maksudnya, kita ada di sektor apa? Kalau misalkan sektor pekerjaan/usaha kita tak masalah atau tak terdampak resesi, ya sebenarnya tak ada pengaruh yang signifikan.
Kedua, dari sisi ketahanan Indonesia, potensi resesi kita hanya lima persen. Artinya kecil, karena memang pertumbuhan ekonomi kita ditopang oleh konsumsi. Kita belum terlalu integrated dengan keuangan internasional. Sehingga, ketika ada masalah di negara lain, tak langsung berdampak.

Bagaimana Anda memaknai konsep hemat?
Mungkin saya lebih senang menyebutnya itu mindful spending kali ya. Itu tetap berguna bagi kita, baik ada maupun tidak ada resesi. Artinya, kita mesti bisa mengalokasikan pendapatan kita untuk, misalnya, menutupi kebutuhan sehari-hari berapa besar. Untuk kita bersedekah, dan lainnya.
Tapi maksudnya tak juga menahan spending. Karena kalau semua orang menahan spending, jadinya ekonomi tak tumbuh dan tak berjalan. Nanti orang-orang yang berjualan tak ada pendapatan. Seperti kemarin pandemi, karena tak ada spending, ada sektor-sektor yang tertahan yang akhirnya gulung tikar.
Jadi, spending tetap dibutuhkan, tapi kita remindful gitu. Kita memang tahu ‘oh kita butuh ini’, kita spend. Atau, misalnya, kita tak butuh, tapi punya pendapatan yang lumayan berlebih, kita beli barang teman kita, barang itu bisa kita donasikan ke teman kita yang membutuhkan. Jadi, itu bisa bermanfaat.
Apa yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi risiko keadaan di depan?
Dana darurat sih penting. Kadang kita tak tahu kondisi ke depan itu seberapa rumit. Makanya, kita butuh dana darurat sambil kita mencari pekerjaan, usaha, pemulihan ekonomi lain ketika terjadi sesuatu. Jadi, menurut saya, mindful spending dan menyisihkan sebagian uang untuk dana darurat perlu dilakukan. Ini merupakan upaya menghadapi resesi yang berdampak langsung ke kehidupan kita, kita sudah ada pelindungnya.
Berapa persen porsi ideal yang disisihkan untuk sedekah?
Tak ada aturan yang baku ya. Misalnya, ada memang yang bilang 40-40-20 dan lain-lain, tapi kembali lagi itu tergantung dari seberapa besar pendapatan seseorang dengan kondisi dia saat itu. Karena, yang paling penting itu kan surviving kondisi dia sehari-hari. Misalnya untuk kebutuhan makan, atau kalau dia sudah berkeluarga untuk biaya sekolah anak, ya kebutuhan dasar.
Untuk sedekah itu ya macam-macam, ada yang mampu 2,5 persen dulu deh dari penghasilan. Ada yang merasa karena pendapatannya besar, maka dia mau menaikkan jadi 10 persen. Itu balik ke orangnya masing-masing.
Ada juga mungkin orang yang pendapatannya belum besar, tapi dia punya pemikiran bahwa dengan bersedekah itu dapat melindungi dirinya dari marabahaya, dia bisa sedekah lebih dari 10 persen dari pendapatannya.
View this post on Instagram
Kawin Lari, Bagaimana Hukumnya?
Kawin lari terjadi manakala hubungan sepasang kekasih tak direstui orang tua.
SELENGKAPNYA42 Kamera dan Intervensi VAR yang Krusial
Penggunaan VAR kerap dianggap menganggu emosi dan antuasisme pertandingan.
SELENGKAPNYAMeneguhkan Dakwah Purifikasi Sosial
Metode dakwah kultural menekankan pentingnya berdakwah melalui beragam budaya.
SELENGKAPNYA