
Nasional
Uniknya Lampu Gentur
Kerajinan lentera di Kampung Gentur bermula pada 1923.
Satu lagi daya tarik Kabupaten Cianjur dapat pula ditemukan di Kampung Gentur, Desa Jambudipa, Kecamatan Warungkondang. Jika bertandang ke kampung ini, Anda akan menjumpai beragam lentera atau lampu berdesain antik dipajang dan digantung di rumah penduduk.
Bentuknya mewah dengan beraneka tema, mulai dari gaya khas negeri padang pasir juga Eropa klasik. Lampu-lampu tersebut merupakan hasil karya tangan-tangan dingin di kampung ini. Orang-orang menyebutnya lampu gentur alias lentera gentur.
Kerajinan lentera di Kampung Gentur bermula pada 1923. Awalnya, salah seorang warga kampung ini, Mus'in, terinspirasi membuat lampu sentir alias lampu minyak dengan berbagai desain unik. Seiring perkembangan zaman, kerajinan ini terus berkembang dan sampai kini beralih memproduksi lentera yang berfungsi sebagai kap lampu listrik.

Salah satu perajin lampu gentur yang juga generasi ketiga Mus'in, Dede Syarifuddin (42 tahun), menerangkan, ada 30 rumah yang menekuni industri lampu unik tersebut di kampung Gentur hari ini. Beberapa di antaranya mewarisi kerajinan ini secara turun-temurun.
Bahan-bahan dominan yang digunakan dalam pembuatan lampu ini terbilang sederhana, yaitu berupa kaca dan lempengan kuningan. Walaupun begitu, butuh keterampilan untuk mengolah kedua bahan tersebut menjadi lentera-lentera nan indah.
Pertama, lempengan kuningan dibuatkan pola sesuai kerangka bentuk yang diinginkan. Selanjutnya, kaca yang telah dibelah-belah menurut ukuran tertentu disambung dengan cara dipatri pada kuningan tadi.
“Ada sekitar 700 motif lampu yang sudah saya bikin,” ungkap pemilik industri kerajinan lampu gentur Derira Antique itu. Di antara ratusan motif tersebut, kebanyakan adalah hasil pemikiran Dede sendiri. Tapi, ada pula yang didapatkannya dari pesanan khusus pelanggan yang ia modifikasi ulang.

Workshop milik laki-laki ini mampu menghasilkan sedikitnya sepuluh buah lampu gentur setiap harinya. Daerah yang menjadi tempat pemasaran produknya, antara lain, Bali, Jepara, Jakarta, Solo, Yogyakarta, dan Palembang. Selain itu, lampu buatannya juga sampai ke sejumlah negara di Timur Tengah, Spanyol, dan Jerman.
“Sebagian besar lampu dijual lewat distributor. Tapi, kadang-kadang ada juga yang langsung datang beli ke sini,” akunya.
Lampu unik buatan para perajin gentur dapat dijumpai di sejumlah kafe, hotel, masjid, dan gedung mewah di kota-kota besar yang ada di Indonesia. Menariknya, beberapa pemilik tempat eksekutif di Jakarta justru membeli lampu-lampu tersebut di Bali. “Mereka jauh-jauh ke menyeberang ke Bali, padahal barangnya dibuat di kampung ini,” kata Dede.

Harga lampu gentur Dede cukup bervariasi, bergantung pada model dan ukurannya. Untuk model Kapsul Ukir, dibanderol Rp 200 ribu, Kap Kosong Rp 600 ribu, Jambu Ukir Rp 350 ribu, dan Maroko Arabik dijual seharga Rp 800 ribu. Anda tertarik? Datanglah ke Kampung Gentur di Cianjur!
Disadur dari Harian Republika edisi 5 Mei 2013 dengan reportase Ahmad Islamy Jamil dan foto-foto Aditya Perdana Putra
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Sebuah Surga di Pulau Hoga
Keindahan alam di bawah laut membuat banyak orang tak pernah bosan menyelam di perairan Wakatobi.
SELENGKAPNYAWisata Sejarah ke Pulau Galang
Kisah manusia perahu yang sempat menikmati keramahan nusantara membuat museum di Pulau Galang ini menjadi menarik.
SELENGKAPNYAPacu Jawi nan Mendunia
Joki yang wajahnya telah penuh lumpur, menggigit ekor salah satu sapi. Lari kedua sapi itu pun kembali lurus.
SELENGKAPNYA