
Tuntunan
Rezeki Selain Harta Benda
Ada saja orang yang tak menyadari rezeki yang sampai kepadanya adalah yang terbaik.
OLEH ERDY NASRUL
Semua makhluk mempunyai jatah rezeki dari Allah SWT. Macam-macam bentuknya. Ada yang berupa makanan, minuman, harta, kebahagiaan, perlakuan baik, nikmat yang membuat hati kita terenyuh, dan segala baikan yang kita dapatkan.
Karena itu, tak selamanya rezeki itu harta. Bukan sekadar uang, rumah mewah, perhiasan, permata, surat berharga, atau segala harta gono-gini. Ada bentuk rezeki yang abstrak, seperti perlakuan baik orang lain kepada kita, keselamatan ketika menumpangi kendaraan, padahal kita seharusnya menumpangi kendaraan yang berangkat lebih dahulu, dan ternyata mengalami kecelakaan. Masya Allah...
Melalui firman-Nya, Allah berfirman ratusan kali tentang rezeki agar menjadi perhatian bersama. Ada 123 ayat Alquran menyebut istilah tersebut. Sebanyak 61 di antaranya berbentuk kata kerja.
Misalnya, "Wa kuluu mimmaa razaqakumullah halaalan thayyibaa." Artinya, dan makanlah apa-apa yang direzekikan kepadamu yang halal dan baik (al-Maidah:88). Sisanya 62 ayat menyebut rezeki dalam bentuk kata benda. Contohnya, "Kuluu wasyrabuu min rizqillah". Artinya makan dan minumlah dari rezeki Allah (al-Baqarah: 60).
Baik dicari atau tidak, kalau sudah waktunya datang, maka rezeki itu akan tiba kepada kita.
Baik dicari atau tidak, kalau sudah waktunya datang, maka rezeki itu akan tiba kepada kita. Kitab Mawaizh Ushfuriyah memuat kisah sufi agung Ibrahim bin Adham (718-782). Saat menunggangi kuda, dia menyaksikan seekor burung mengambil potongan roti dengan paruhnya. Kemudian terbang menuju dataran tinggi. Tak hanya sekali, burung itu melakukan hal sama berkali-kali.
Ibrahim kala itu penasaran dengan kelakuan si makhluk bersayap. Ketika burung itu mengepakkan sayap dan terbang, Ibrahim memacu kudanya mengikuti ke mana dia membelah langit. Ternyata menuju area perbukitan. Ibrahim terus mengarahkan kudanya ke sana.
Ketika sampai di dataran tinggi, burung itu mendarat. Ibrahim menjaga jarak, lalu turun dari kuda dan melangkahkan kaki perlahan, sampai dia melihat si burung yang berjalan mendekati seseorang yang terbaring. Dengan paruhnya yang kecil, si burung menyuap potongan roti tadi ke mulut orang yang terkulai tak berdaya.
Orang itu adalah musafir yang dirampok sehingga perbekalannya habis, tapi dia tetap hidup dalam keterbatasannya, karena Allah terus memberikan rezeki kepadanya.
Kisah ini adalah bukti bahwa setiap makhluk pasti mendapatkan rezeki.
Kisah ini adalah bukti bahwa setiap makhluk pasti mendapatkan rezeki. Tak perlu tergesa-gesa, apalagi ngoyo mencari rezeki, seakan rezeki itu terbatas. Sekali lagi, bukan begitu caranya. Pasrahkan saja kepada Allah. Rezeki akan datang.
Imam Hasan al-Bashri (641-728) berkata, Allah memilihkan dan memberikan rezeki yang baik kepada hamba, tapi orang tersebut terkadang tak mengetahui hal itu karena ia bodoh.
Maksud ungkapan ini adalah, ada saja orang yang tak menyadari rezeki yang sampai kepadanya adalah pilihan yang terbaik. Orang seperti itu merasa kurang dan berangan-angan, seharusnya mendapatkan yang lebih. Selalu meminta yang banyak, rakus, jauh dari qanaah. Kasihan orang seperti ini. Yang seharusnya dia mendapatkan berkah sehingga bersyukur dan berkecukupan, malah menjadi kurang dan berujung pada kufur nikmat. Nauzubillah.
Mungkin kita berharap Allah memberikan hal lebih banyak, tapi malah sedikit, bahkan kurang untuk menutupi modal. Tapi kalau disyukuri, rezeki yang kecil itu adalah jalan untuk lebih dekat dengan Allah agar kita tak berharap harta melulu, dan jangan sampai terperosok ke dalam jurang cinta dunia (hubbud dunya).
Bisa jadi rezeki yang kita anggap kecil itu berupa pendapatan yang tak seberapa, tapi orang-orang yang membersamai kita itu tulus mendukung kita, senyum kepada kita, dan selalu berbuat baik kepada kita. Ditambah lagi pasangan hidup, anak-anak, dan keluarga kita sehat semuanya dan memberikan dukungan psikologis yang menenangkan hati. Itu semua adalah rezeki yang mahal, melampaui nilai intrinsik uang.
Allah memedulikan, bahkan mencintai kita dengan cara-Nya, yang terkadang atau bahkan sering tak kita ketahui. Kita harus selalu berprasangka baik kepada-Nya, berzikir kepada-Nya, memohon ampunan-Nya sehingga batin ini memahami hikmah segala sesuatu yang Dia rezekikan kepada kita. Selalu bersyukur dan bermunajat kepadanya, baik dalam keadaan bahagia maupun penuh derita.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Talak oleh Suami yang Mabuk, Sahkah?
Di antara persyaratan suami menjatuhkan talak adalah baligh, berakal waras, dan tidak dipaksa.
SELENGKAPNYAWapres Terima Risalah Umat Islam untuk Indonesia Lestari
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar menekankan perlunya masjid menjadi tempat menanamkan kesadaran lingkungan hidup pada umat.
SELENGKAPNYACara Sehat Menikmati Kopi
Takaran kopi yang tepat menentukan berapa banyak asupan kafein ke dalam tubuh.
SELENGKAPNYA