
Jurnal Haji
Mencicip Sentra Kuliner Nusantara di Makkah
Salah satu sentra kaki lima yang menjajakan aneka menu Tanah Air berada di kawasan Raudhah.
OLEH A SYALABY ICHSAN dari Makkah
Selepas azan Subuh, jamaah haji Indonesia yang mondok di Makkah, Arab Saudi, sudah mencari jajanan pasar. Meski mendapat jatah katering untuk sarapan, mereka ingin melepas rindu dengan kuliner Nusantara.
Salah satu sentra kaki lima yang menjajakan aneka menu Tanah Air berada di kawasan Raudhah. Di halaman hotel yang sudah tidak beroperasi, pedagang membuka lapak sekadar beralaskan kardus bekas.
Panganan yang ditawarkan cukup mengguggah selera. Ada bakso, nasi uduk, pecel, bubur ayam, bubur kacang hijau, gorengan, telur balado, hingga ikan kembung goreng yang langsung diserbu pengunjung. Layaknya lapak kaki lima, para penjual musiman ini pun membanderol makanannya dengan harga cukup ramah di kantong.
Baru satu jam lapak dibuka, raungan sirine mobil polisi menghampiri mereka. Awalnya, petugas berseragam itu mengusir para pedagang dari Afrika yang menggelar lapak pakaian.
“Wajar mereka diusir karena mengganggu lalu lintas. Tapi jadinya polisi juga bubarkan kami,” ujar Roniyah, salah satu pedagang kaki lima yang terkena teguran dari petugas, Rabu (13/7).
Baru satu jam lapak dibuka, raungan sirine mobil polisi menghampiri mereka. Awalnya, petugas berseragam itu mengusir para pedagang dari Afrika yang menggelar lapak pakaian.
Mukimin asal Tarogong, Garut, Jawa Barat, tersebut akhirnya berdiri. Dia sigap membenahi lapaknya.
Sambil berbisik, dia bilang kepada jamaah yang sudah memegang pecel, gorengan, dan mi goreng dari lapaknya. “Jangan keluarin uangnya dulu. Nanti uangnya taruh di kardus saja,” kata dia sambil sibuk memasukkan barang dagangannya ke plastik.
Roniyah menjadi pedagang jajanan pasar setiap musim haji. Dia menjual risol, pecel, dan nasi uduk yang sudah rapi disiapkan dalam plastik mika. Untuk satu mika, jamaah cukup mengeluarkan uang senilai 5 riyal atau sekitar Rp 20 ribu.
Roniyah memproduksi sendiri jajanan itu di rumahnya yang tak jauh dari hotel kosong tersebut. Saat ditanya berapa omzet rata-rata per hari, ibu beranak dua itu cuma berkata singkat, “Ada lah, Alhamdulillah,“ kata dia.
Mukimin yang sudah 10 tahun bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di Saudi itu rela bekerja ekstra untuk dua anaknya di Tanah Air. Anak paling tua sedang menjalani kuliah di sekolah untuk pramugari. “Biarin saya di sini yang cari uang untuk keluarga di sana,“ ujarnya.
Mukimin yang sudah 10 tahun bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di Saudi itu rela bekerja ekstra untuk dua anaknya di Tanah Air.
Selain di kawasan Raudhah, sentra kuliner khas Nusantara juga ada di Sektor 5 yang berada di kawasan Misfalah. Bedanya, pedagang di sana tak menjajakan makanannya di kaki lima. Mereka berdagang di lapak yang terletak di lobi hotel. Lapak itu telah disewa oleh majikannya.
Devi Susanti, salah satu penjual di lapak tersebut digaji harian selama berdagang di lapak itu. Dalam sehari, dia dibayar 100 riyal atau sekitar Rp 400 ribu.
Dia menjajakan bakso, mi instan, gorengan, hingga karedok. Ketimbang panganan kaki lima di Raudhah, harga makanan di sana dipatok dengan harga lebih mahal. Untuk mi instan plus bakso saja, jamaah harus merogoh kocek 10 riyal atau sekitar Rp 40 ribu.
Meski demikian, jamaah tetap ramai menyerbu lapak yang dijaga mukimin asal Purabaya, Sukabumi, Jawa Barat itu. Buktinya, Devi bisa menangguk omzet lumayan besar selama musim haji. “Lumayan, dari 700 riyal (Rp 2,8 juta) sampai 3.500 riyal (Rp 14 juta),” kata dia.
Sama seperti Roniyah, Devi bekerja sambilan untuk menghidupi anaknya di Sukabumi. Selama tiga tahun, Devi bekerja di Saudi untuk menjadi buruh cuci dan setrika. Per jam, Devi dibayar 25 riyal (Rp 100 ribu).
Dia ingin menabung dari hasil keringatnya agar anak-anak bisa sekolah. “Targetnya, saya tiga tahun lagi lalu pulang kumpul lagi sama keluarga di Sukabumi,” kata dia.
Kain Ihram tak Menghalangi Pelayanan untuk Tamu Allah
Petugas berihram cekatan melayani jamaah yang tak henti-henti berdatangan dengan berbagai keluhan
SELENGKAPNYADam Jamaah Diharapkan Bisa Tersalur ke Indonesia
proses pembayaran dam oleh jamaah haji Indonesia masih banyak yang dilakukan lewat jalur-jalur nonresmi.
SELENGKAPNYAKisah Nurhalina dan Fenomena Haji Ilegal
Jika berhasil memasuki tanah haram, mereka juga terancam dengan aksi razia aparat kepolisian.
SELENGKAPNYA