Hikmah
Buah Manis Tawakal
Siapa saja yang bertawakal kepada-Nya, pasti Dia akan memberinya kecukupan.
Oleh FAJAR KURNIANTO
OLEH FAJAR KURNIANTO
Menjelang dan saat bulan Dzulhijah atau bulan Haji, kita diingatkan lagi dengan kisah Nabi Ibrahim yang meninggalkan istrinya, Hajar, dan putranya, Ismail, di padang tandus dan sunyi Makkah karena perintah Allah SWT. Allah SWT tidaklah memerintahkan sesuatu kecuali di baliknya ada hikmah yang baik.
Dalam hal ini, baik bagi mereka bertiga khususnya dan umumnya bagi umat manusia lainnya, generasi demi generasi hingga hari ini, melalui manasik haji, di antaranya menapaktilasi Hajar yang berlari-lari kecil mencari air, antara bukit Shafa dan Marwah, yang dikenal sebagai sa’i.
Seperti dikisahkan pada kitab-kitab qishash atau kisah-kisah para nabi dan rasul, ketika Nabi Ibrahim hendak meninggalkan istri dan putranya itu, beliau berdoa, “Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (QS Ibrahim [14]: 37).
Dalam kitab tafsir Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin ar-Razi disebutkan detail kisahnya bahwa ketika hendak pergi meninggalkan mereka berdua, Hajar bertanya kepada Ibrahim, “Kepada siapa kita berpasrah?” Ibrahim menjawab, “Berpasrah kepada Allah.”
Ibrahim mengingatkan istrinya itu untuk menyerahkan segala urusan kepada Allah, karena Dialah yang Maha Mengetahui dan Maha Menjaga hamba-Nya yang ikhlas mengikuti perintah-Nya. Dengan kata lain, beliau berpesan agar Hajar bertawakal kepada-Nya, yakni menjadikan Allah SWT sebagai wakil atau penolong.
Allah SWT menegaskan dalam Alquran bahwa siapa saja yang bertawakal kepada-Nya, pasti Dia akan memberinya kecukupan, “Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)-nya” (QS ath-Thalaq [65]: 3).
Hajar bertawakal sepenuhnya kepada Allah. Dia pasrahkan hidupnya dan putranya kepada Allah, sembari berikhtiar berlari-lari kecil dari Shafa ke Marwah, lalu kembali lagi ke Shafa, begitu seterusnya hingga tujuh kali bolak-balik guna mencari air untuk Ismail yang menangis kehausan.
Pada akhirnya, Allah memberi mereka mata air yang memancar dari tanah yang diinjak kaki mungil Ismail. Mata air itu yang kemudian dikenal dengan mata air zamzam. Mereka pun dapat meminum sepuasnya, menghilangkan haus.
Kafilah yang biasa melewati tempat itu pun bisa mendapatkan air tersebut dan menganggap Hajar dan putranya sebagai pemilik mata air itu. Sebagai tanda terima kasih, kafilah itu pun memberikan banyak makanan dan buah-buahan kepada mereka berdua.
Tempat yang tadinya tandus dan sunyi itu pun menjadi ramai. Doa Nabi Ibrahim diijabah oleh Allah. Mereka sungguh merasakan buah manis dari tawakal kepada-Nya. Allah SWT mencintai mereka (QS Ali ‘Imran [3]: 159).
Wallahu a’lam.
Pembelian Pertalite Belum Dibatasi
Pertamina membuka pendaftaran uji coba konsumsi Pertalite selama sebulan.
SELENGKAPNYAPresiden Jokowi Temui Putin Bawa Pesan Zelenskyy
Jokowi menyampaikan jaminan keamanan dari Presiden Putin untuk ekspor produk pangan.
SELENGKAPNYASambutan Check Point Saat Kembali ke Makkah
Selain Shumaisi dan Jumum, masih ada terminal check point lain yang menyortir masuknya jamaah ke Makkah.
SELENGKAPNYA