Kendaraan pemudik mengantre untuk keluar gerbang tol Brebes Timur, Jawa Tengah. (ilustrasi) | Republika/Prayogi

Tajuk

Tragedi Brexit 2016 tak Boleh Terulang

Para pemudik perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi terburuk, yakni macet total.

Dua tahun tak bisa mudik akibat pandemi, kerinduan masyarakat Indonesia untuk merayakan Lebaran di kampung halaman membuncah. Survei Balitbang Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan, sebanyak 85,5 juta orang akan mudik ke tanah kelahiran.

Hampir sepertiga penduduk Indonesia akan melakukan mobilitas secara bersamaan pada libur Idul Fitri 2022. Pemerintah menetapkan cuti bersama Lebaran tahun ini pada 29 April lalu 4, 5, dan 6 Mei 2022.

Itu artinya, puncak pergerakan masyarakat menuju berbagai wilayah di Tanah Air akan terjadi mulai Jumat, 29 April. Sebab, masyarakat yang berprofesi sebagai pegawai swasta dan aparatur sipil negara (ASN) masih harus bekerja sampai Kamis, 28 April.

Kemacetan adalah hal terpenting yang harus diantisipasi semua elemen, baik pemerintah, aparat Polri/TNI, maupun para pemudik. Apalagi, berdasarkan data Survei Balitbang Kemenhub, mobilitas masyarakat di wilayah Jawa dan Bali pada arus mudik 2022 ini akan didominasi moda transportasi jalur darat. Sebanyak 47 persen dari 85,5 juta pemudik akan menggunakan mobil pribadi dan kendaraan umum.

 

 
Kemacetan adalah hal terpenting yang harus diantisipasi semua elemen, baik pemerintah, aparat Polri/TNI, maupun para pemudik. 
 
 

Persiapan dan koordinasi matang para petugas yang berjaga di lapangan adalah kunci keberhasilan mudik tahun ini. Tragedi Brebes Exit (Brexit) pada mudik Lebaran 2016 harus menjadi pelajaran. Saat itu, kemacetan parah mewarnai perjalanan penduduk yang hendak pulang kampung. Kendaraan mengular sekitar 34 kilometer dan tak bergerak. Dalam tragedi itu sebanyak 17 orang meninggal dunia.

Peristiwa yang memilukan itu tak boleh terulang. Pemerintah pusat dan daerah serta Polri/TNI harus benar-benar bersinergi untuk mengurai kemacetan, yang diperkirakan bakal terjadi. Dapat dibayangkan jika 23 juta orang bergerak pada waktu hampir yang bersamaan, jalanan akan dikepung kemacetan.

Usulan Kepala Korps Lalu Lintas Polri (Kakorlantas) Polri, Irjen Firman Shantyabudi, agar masyarakat melakukan mudik sejak Jumat (22/4) layak untuk dipertimbangkan. Itu artinya, perusahaan swasta, bahkan instansi pemerintah perlu memberi dispensasi bagi pegawai, yang akan mudik untuk libur lebih awal. Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, pun mendukung usulan agar pihak swasta meliburkan pegawainya lebih awal.

Agar usulan yang baik ini ditaati, sudah seharusnya segera dibuat payung hukumnya.  Kementerian Ketenagakerjaan, misalnya, bisa membuat surat ke perusahaan-perusahaan swasta agar mengizinkan karyawannya libur lebih awal.  Menurut Irjen Firman, mudik lebih awal akan mengurangi  potensi kemacetan yang akan terjadi pada 28 hingga 30 April. “Dengan membagi habis, makin banyak waktu berangkat, semakin sedikit beban yang ada di jalan,” ujar Firman, Jumat (22/4).

 
Keberhasilan mudik pada 2022 juga akan sangat ditentukan dari kesiapan berbagai fasilitas pendukung. 
 
 

Berbagai persiapan yang telah dilakukan pemerintah pusat dan daerah serta Polri/TNI patut diapresiasi. Publik tentu berharap, para aparat yang bertugas di lapangan nanti benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik.

Perlu kerja keras dan kerja sama untuk mengurai kemacetan yang diprediksi bakal terjadi. Para petugas harus tegas, tetapi tetap humanis dalam mengatur arus mudik tahun ini.

Keberhasilan mudik pada 2022 juga akan sangat ditentukan dari kesiapan berbagai fasilitas pendukung. Tempat istirahat (rest area) yang akan dilalui harus benar-benar siap melayani para pemudik. Fasilitas, seperti toilet, tempat makan, serta tempat istirahat perlu segera dibenahi.

Jika fasilitas itu kurang memadai, harus segera ditambah. Tak cuma itu, pola pengaturan masuk dan keluar pemudik juga harus segera ditetapkan.

Mudik raya ini juga membutuhkan pasokan bahan bakar minyak (BBM) yang cukup. Pemerintah harus memastikan ketersediaan BBM di semua SPBU sebelum puncak mudik terjadi. Jangan sampai, SPBU kehabisan BBM yang dapat menyulitkan para pemudik. Semua SPBU yang akan dilalui para pemudik harus memiliki cadangan BBM.

Dan, kunci utama lancar atau tidaknya mudik tahun ini ditentukan oleh kesiapan dan kedisiplinan para pemudik. Pastikan, kendaraan yang akan digunakan kondisinya benar-benar prima. Jika banyak kendaraan yang mogok di jalan, dapat dipastikan kemacetan akan mengular di jalur mudik.

 
Bawalah bekal berupa makanan ringan, berat, air minum, serta tisu yang cukup. Para pemudik perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi terburuk, yakni macet total.
 
 

Selain itu, para pemudik juga harus memastikan kondisi kesehatannya benar-benar fit saat akan mudik. Kecelakaan yang memakan korban jiwa banyak terjadi akibat kondisi tubuh pemudik tak fit. Kelelahan dan mengantuk dapat menyebabkan kecelakaan. Maka itu, jika kondisi tubuh sedang drop, pemudik sebaiknya tak memaksakan diri untuk mengendarai kendaraan.

Bawalah bekal berupa makanan ringan, berat, air minum, serta tisu yang cukup. Para pemudik perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi terburuk, yakni macet total. Kemacetan tak bisa diprediksi sampai kapan akan terurai. Bekal yang cukup, terutama jika membawa balita, akan sangat membantu.

Yang terakhir, para pemudik harus disiplin dalam mematuhi petunjuk dan arahan dari petugas di lapangan. Hindari ego saat melaju di jalan. Patuhi pula rambu-rambu lalu lintas yang telah disediakan. Selamat mudik. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

G-20 Serukan Hentikan Perang

Dampak perang Rusia-Ukraina akan semakin luas jika perang terus berlanjut.

SELENGKAPNYA

Posko Terima 2.114 Laporan THR

Perusahaan yang melanggar aturan pembayaran THR akan dikenai denda.

SELENGKAPNYA

Seruan Hentikan Perang G-20

Tensi geopolitik Rusia dan Ukraina yang masih panas juga berdampak terhadap negara-negara lain.

SELENGKAPNYA