Jamban helikopter di Kabupaten Tangerang | Eva Rianti/Republika

Bodetabek

1.800 KK di Tangsel tak Punya Septic Tank

Pemkot Tangsel segera anggarkan pembangunan septic tank untuk warga.

TANGERANG SELATAN — Sebanyak 1.800 kepala keluarga (KK) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tidak memiliki septic tank berdasarkan informasi Dinas Bangunan dan Penataan Ruang (DBPR) Tangsel tahun 2021. Pemerintah Kota Tangsel menargetkan pembangunan septic tank akan dianggarkan untuk direalisasikan pada tahun depan. 

"Jadi, memang cukup banyak ya 1.800 KK, sekitar 7.200 jiwa (diperkirakan satu keluarga meliputi empat anggota—Red) warga. Memang kecil secara persentase dari jumlah penduduk sekitar 1,4 juta jiwa, tapi bagaimanapun tanggung jawab kita," ujar Kepala Bidang Bangunan DBPR Kota Tangsel Mochamad Hardi saat dihubungi, Ahad (27/3). 

Menurut dia, angka tersebut kemungkinan sudah mengalami penurunan saat ini. Selain warga secara sadar membangun sendiri WC dan septic tank, juga ada bantuan dari sejumlah perusahaan lewat corporate social responsibility (CSR). 

Meski demikian, angkanya terbilang masih sangat banyak di tengah perkembangan zaman yang semakin modern saat ini. Terlebih, diketahui banyak warga yang menggunakan jamban helikopter di kali yang diketahui merupakan perilaku buang air besar sembarangan (BABS). 

Melihat kondisi itu, Hardi mengatakan, pihaknya akan menggelontorkan anggaran untuk pembangunan septic tank pada tahun ini. Diharapkan hal itu dapat terealisasi tahun depan secara perlahan hingga semua warga tidak ada lagi yang tidak memiliki septic tank

"Kita mulai melakukan perencanaannya dulu, mungkin di perubahan anggaran tahun ini kita usulkan. Kalau disetujui, kita laksanakan kegiatan fisiknya pada tahun depan," katanya.

Lebih lanjut, Hardi menargetkan seluruh warga Tangsel dapat memiliki WC dan septic tank pada 2026. Sehingga hal itu dapat meningkatkan kualitas sanitasi di wilayah penyangga Ibu Kota tersebut. 

"Kalau jumlah yang ada dari data 1.800 KK, ya akhir masa RPJMD (rencana pembangunan jangka menengah daerah—Red). Diharapkan di Tangsel terealisasi sampai 100 persen pada 2026," katanya. 

Hardi menambahkan, untuk dapat mendorong realisasi dari program tersebut, pihaknya terus menggandeng dan mendorong perusahaan-perusahaan swasta melalui CSR. Dia berharap banyak perusahaan swasta yang bersedia membantu Pemkot Tangsel untuk mewujudkan pembangunan septic tank agar sejumlah masyarakat yang tidak memiliki WC dan septic tank tidak lagi melakukan BABS.

"Upaya lainnya tentu banyak mendorong CSR, kerja sama dengan para swastalah," kata dia. 

Jamban helikopter 

Pemkot Tangsel mencatat masih ada ribuan jiwa yang tersebat di tujuh kecamatan di Tangsel yang menggunakan jamban helikopter sebagai sarana untuk buang air besar. Sebanyak 25 persen atau sekitar 420 KK di antaranya terdapat di Kecamatan Setu.

Pantauan Republika di kawasan Setu, meski terbilang sangat banyak, warga menyebut saat ini jamban di kawasan tersebut sudah semakin terkikis jumlahnya. Salah satu wilayah di Setu yang masih terdapat jamban, yakni RT 02 RW 03, Kampung Cirompang, Kademangan, Setu. 

Salah satu warga sekitar, Haerudin (58 tahun), mengatakan, memang masih ada jamban helikopter di wilayah tersebut. Tempat buang air besar itu disebut sudah ada sejak sekitar 1990-an. Hingga saat ini masih ada sejumlah warga yang menggunakannya. 

"Tahun 1993 dulu ada empat jamban karena belum pada punya sanitasi. Seiring perkembangan zaman terkikis hingga tersisa satu," kata Haerudin di kawasan Setu, beberapa waktu lalu.

Semakin berkurangnya jamban helikopter, menurutnya karena warga berangsur memiliki tempat sanitasi yang lebih layak, yakni toilet di rumah. Sehingga saat ini hanya segelintir warga yang menggunakan jamban tersebut. 

Hal lain yang berkaitan dengan masalah sanitasi diungkapkan oleh warga lainnya, Nuah (38). Dia mengakui dulu memang kerap menggunakan jamban helikopter. Namun, sejak sekitar 2009, dia sudah menggunakan toilet di dalam rumah. Hanya, dia mengaku masih belum memiliki septic tank

"Dulu pakai (jamban helikopter—Red) karena enggak punya WC. Sekarang sudah buang air di WC rumah, tapi enggak punya septic tank. Jadi, buang kotorannya ke empang," ujarnya. 

Lokasi pembuangan kotoran tersebut arahnya ke lokasi jamban helikopter sebelumnya. Menurut Nuah, bukan dia saja yang membuang ke empang tersebut, melainkan juga beberapa KK yang ada di sekitar lokasi. 

Nuah mengaku ingin membuat septic tank di rumahnya, tapi belum ada biaya. Dia berujar, pihak pemerintah setempat pernah melakukan pendataan jumlah warga yang belum memiliki septic tank. Namun, belum ada tindak lanjutnya hingga sekarang. 

"Mau bikin septic tank. Kalau empangnya diuruk. Ya sebenarnya kalau ada yang gerakkin misalnya gratis dari pemerintah, ya mau banget. Sekarang langsung saja dibongkar dibikin septic tank," kata dia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Warga Tangsel Mulai Enggan Pakai Jamban Helikopter

Warga tangsel menyebut jamban helikopter itu merupakan sisa masa lampau.

SELENGKAPNYA

Jamban Helikopter Bertahan, Terdesak Kebutuhan dan Kebiasaan

Meski mesin air sudah dicuri, jamban helikopter tetap mengudara menjadi tempat warga melegakan pencernaan.

SELENGKAPNYA