Petani menanam benih padi dengan mesin penanam (transplanter) di lahan persawahan di Pringapus, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (26/12/2018). Sebagian kalangan petani di daerah tersebut mulai beralih ke mesin pertanian dalam menanam maupun memanen p | ANTARA FOTO

Ekonomi

Mekanisasi Pertanian Melonjak 236 Persen

Lewat mekanisasi pertanian, masyarakat petani bisa memilih alat dan mesin pertanian.

JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan, level mekanisasi pertanian Indonesia hingga 2021 tercatat mencapai 2,1 house power (hp) per hektare (ha). Level itu mengalami kenaikan 236 persen sejak 2015 yang hanya 0,5 hp per ha.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Kementan akan mengejar peningkatan mekanisasi menembus 3,5 hp per ha pada 2024 atau naik lebih dari 60 persen. Peningkatan mekanisasi secara signifikan perlu dikebut karena sektor pertanian Indonesia sudah tertinggal.

"Negara-negara lain pada 2015 telah memiliki level mekanisasi yang jauh lebih tinggi," kata Syahrul dalam sebuah webinar, Rabu (23/3).

Negara yang pertaniannya maju, seperti Jepang, mencatat mekanisasi pertanian mencapai level 16 hp per ha pada 2015. Mekanisasi pertanian di Amerika Serikat sudah menembus level 17 hp per ha. Di kawasan ASEAN, Malaysia sudah mencapai level 2,4 hp per ha dan Thailand 2,5 hp per ha.

"Salah satu inovasi yang kita dorong untuk mendukung kemajuan mekanisasi pertanian adalah Taxi Alsintan," kata Syahrul.

Syahrul menjelaskan, lewat program itu, masyarakat petani bisa memilih alat dan mesin pertanian (alsintan) sendiri atau secara bersama-sama dengan pembiayaan melalui fasilitas bantuan kredit usaha rakyat (KUR) sektor pertanian.

 

Pada tahun ini, pemerintah telah mengalokasikan plafon KUR sebesar Rp 90 triliun. Angka itu mengalami kenaikan dari realisasi KUR pertanian 2021 yang sebesar Rp 85,6 triliun. "Melalui Taxi Alsintan, masyarakat dapat mengakses alsintan melalui fasilitas KUR," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menyampaikan, pengelolaan alsintan saat ini perlu lebih diseriusi pemerintah. Hal itu agar pengadaan alsintan yang sudah dilakukan dapat berkelanjutan dan dirawat oleh petani.

"Kalau produktivitas pertanian tidak naik, padahal (pengadaan) alsintan naik signifikan, berarti ada yang salah dalam pengelolaannya. Jangan-jangan ada yang mangkrak," katanya.

Dedi menjelaskan, jika keberadaan alsintan saat ini tidak dikelola dengan tepat dan dipelihara, maka manfaat yang akan diterima petani juga akan minimal. Oleh karena itu, Taxi Alsintan diharapkan dapat menjadi solusi persoalan alsintan yang terbengkalai.

"Taxi Alsintan adalah jawaban karena dengan pengelolaannya nanti bukan hanya petani menjadi bisa merawat, tapi umurnya (alsintan) panjang alias berkesinambungan," kata Dedi. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Syahrul Yasin Limpo (@syasinlimpo)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

PLN: Dedieselisasi Mereduksi Emisi 

Melalui program dedieselisasi, PLN berupaya mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil.

SELENGKAPNYA

Adaro Perpanjang Periode Buyback Saham

Adaro menjelaskan, perpanjangan ini setelah masa perpanjangan pertama berakhir 23 Maret 2022.

SELENGKAPNYA

BPRS Perkuat Digitalisasi

BPRS masih ragu menyalurkan KPR karena risikonya relatif cukup tinggi.

SELENGKAPNYA