Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Bersikap Ramah

Keramahan itu bekal untuk meraih kebaikan.

Oleh DR IU RUSLIANA

DR IU RUSLIANA

Seorang Muslim selalu menebar keramahan. Pada dirinya, tiada henti dia berzikir dan bersyukur kepada Tuhan. Taat beribadah dan terus menjaga diri, sehingga hatinya tenang dan nyaman. Berpenampilan menarik, indah, namun tetap sederhana, apa adanya.  

Wajahnya penuh senyuman, tangannya dengan ringan membantu yang membutuhkan. Terlontar kata-kata yang baik, santun, penuh optimisme, memotivasi dan menenangkan yang sedang dilanda kesusahan. Tak ada jeda untuk menggunjing saudara.             

Bersikap adil pada sesama, baik untuk yang miskin ataupun kaya.  Cekatan dan riang gembira membantu saudara. Dilakukan bukan karena kepura-puraan dan citra. Sepenuhnya tulus ikhlas, refleksi dari pemahaman agama dan imannya. Diriwayatkan dari ‘Aisyah RA,  Rasulullah SAw bersabda, “Sesungguhnya sifat ramah itu membuat suatu urusan menjadi indah, dan jika sifat ramah telah dicabut, suatu urusan itu menjadi buruk,” (HR Muslim). 

Keramahan itu bekal untuk meraih kebaikan. Menebar kedamaian, tidak hanya pada yang se-agama, tapi juga untuk semua umat manusia.
 
 

Dalam interaksinya, sikap manusia pada sesamanya bisa ramah atau marah. Keramahan itu bekal untuk meraih kebaikan. Menebar kedamaian, tidak hanya pada yang se-agama, tapi juga untuk semua umat manusia. Bukankah kita semua adalah ciptaan Tuhan yang sama? Menjadi rahmat bagi seluruh alam dalam perannya sebagai pribadi, keluarga dan organisasi. 

Dalam sejarahnya, ada surah khusus dalam Alquran, yaitu surah ‘Abasa (bermuka masam). Memperingatkan Rasulullah SAW saat bermuka masam ketika didatangi sahabat yang buta, Abdullah bin Ummi Maktum. Allah SWT memperingatkan, jangan-jangan yang buta itu ingin menyucikan dirinya dari dosa, atau ingin mendapatkan pengajaran.  

Dalam interaksi keseharian, kecongkakan dan wajah masam itu menyebalkan. 
 
 

Sementara para pembesar Quraisy itu merasa dirinya serbacukup, tidak merasa perlu mendapatkan pengajaran, karena hidupnya dikuasai keangkuhan. Demikianlah hikmah sejarah, bahwa ramah pada sesama merupakan titah. Diriwayatkan dari Jarir, r.a: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa  tidak memiliki sifat ramah, dia tidak akan mendapatkan kebaikan,” (HR Muslim).

Dalam interaksi keseharian, kecongkakan dan wajah masam itu menyebalkan. Jika manusia saja tidak menyukainya, apalagi yang Maha Kuasa. Dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW, bersabda: “Keagungan adalah pakaian-Ku, dan kesombongan adalah selendang-Ku. Barangsiapa mencabut keduanya dari-Ku, Aku akan menyiksanya,” (HR. Muslim).

Mari belajar untuk bersikap ramah. Baik situasi berat, terhinakan, tertekan atau emosional. Tentu saja itu tidak mudah, karena itu belajarlah. Cermin sikap pribadi secara sosial seorang beriman. Dari ‘Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah Yang Maha Ramah menyukai keramahtamahan. Dan Allah menganugerahkan karunia-Nya yang Dia tidak berikan pada kekerasan atau lainnya"(HR. Muslim). Wallaahu a'lam. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat