Masjid al-Aqsha al-Mubarak di Kota al-Quds, Palestina, merujuk pada seluruh yang ada di dalam tembok-tembok batasnya. Tidak hanya satu atau beberapa bangunan di sana, melainkan semuanya. | DOK MUSLIM HANDS ORG

Tema Utama

Jelajah Sejarah Masjid al-Aqsha

Masjid al-Aqsha di Baitul Maqdis, Palestina, merupakan salah satu tanah suci menurut Islam.

OLEH HASANUL RIZQA

Inilah tanah suci ketiga dalam ajaran Islam. Masjid al-Aqsha al-Mubarak berlokasi di Kota al-Quds, Palestina, yang hingga kini dijajah Israel. Riwayat historisnya dapat dilacak hingga zaman manusia pertama.

 

Lebih Dekat dengan al-Aqsha

 

Dari sekian banyak kota di dunia, dalam ajaran Islam terdapat tiga yang mulia. Mereka adalah Makkah al-Mukarramah, Madinah al-Munawwarah, dan al-Quds. Dari ketiganya, Kota al-Quds menjadi yang paling memprihatinkan saat ini. Sebab, ketenteramannya kerap diganggu Israel, entitas penjajah yang berpaham zionisme.

Semua kota tersebut berpusat pada masjid-masjid suci. Makkah dan Madinah merupakan tempat berdirinya masing-masing Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Tentang keutamaan masjid yang menjadi lokasi Ka’bah itu, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100 ribu (kali) shalat di masjid lainnya.”

Adapun keistimewaan Masjid Nabawi dinyatakan oleh Rasulullah SAW, “Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama dari seribu kali shalat di masjid lain.” (HR Bukhari dan Muslim).

Al-Quds merupakan rumah bagi Masjid al-Aqsha. Inilah masjid kedua yang mula-mula dibangun di bumi, seperti dinyatakan dalam sebuah hadis riwayat Abu Dzar. Sahabat tersebut pernah bertanya kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, masjid apa yang pertama kali dibangun di muka bumi?” Beliau menjawab, “Masjidil Haram.”

“Kemudian apa?” tanya Abu Dzar lagi.

“Masjid al-Aqsha,” jelas Nabi SAW.

“Berapa jarak waktu di antara keduanya?”

“Empat puluh tahun.” (HR Bukhari-Muslim).

Dalam sejarah Islam, kedudukan al-Aqsha begitu berarti. Inilah kiblat pertama bagi umat Rasulullah SAW dalam shalat. Sebelum berhijrah, Nabi SAW dan para pengikutnya melaksanakan shalat dengan menghadap ke arah sana.

 
Dalam sejarah Islam, kedudukan al-Aqsha begitu berarti. Inilah kiblat pertama bagi umat Rasulullah SAW dalam shalat.
 
 

Ketika perintah shalat lima waktu turun, mereka tetap berkiblat ke masjid di Kota al-Quds itu selama 17 bulan hingga turunnya surah al-Baqarah ayat 144. Firman Allah Ta’ala tersebut memuat perintah agar kiblat berpindah ke Ka’bah.

Al-Aqsha pun menjadi salah satu tujuan Nabi SAW tatkala melakukan Isra dan Mi’raj, yakni pada tahun ke-11 kenabian atau kira-kira setahun sebelum hijrah. “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami.” (QS al-Isra: 1).

Dari Makkah, Rasulullah SAW menaiki al-Buraq dengan diiringi Malaikat Jibril, ke al-Quds. Selanjutnya, dari Masjid al-Aqsha beliau naik ke Sidratul Muntaha untuk menyaksikan berbagai kekuasaan Allah dan menerima perintah shalat lima waktu. Dari langit ketujuh, beliau kembali lagi ke Makkah. Semua perjalanan itu ditempuhnya, secara jasmani sekaligus rohani, hanya dalam satu malam.

Secara kebahasaan, nama al-aqsha berarti ‘yang paling jauh'. Tolok ukur jauhnya adalah posisi dari Makkah sehingga Masjidil Haram seolah-olah merupakan masjid terdekat, sedangkan masjid di al-Quds itu “terjauh” letaknya. Siapa yang pertama kali menamakannya? Hanya Allah yang mengetahui. Bagaimanapun, Dia menggunakan nama tersebut dalam firman-Nya, antara lain al-Isra ayat 1.

photo
Gambaran singkat tentang lokasi beberapa bangunan dalam kompleks Masjid al-Aqsha. - (DOK islamiclandmarks)

Secara geografis, Masjid al-Aqsha terletak di Kota al-Quds atau Baitul Maqdis, Palestina—yang kini dijajah zionis-Israel. Lokasi persisnya berada di atas dataran tinggi Murayya atau kerap disebut Gunung Baitul Maqdis. Sebutan tersebut hanya berlaku bagi Muslimin. Orang-orang Yahudi menamakannya Gunung Haikal. Karena itu, kaum yang mengeklaim sebagai umat Nabi Sulaiman AS tersebut mendambakan berdirinya Haikal Sulaiman di atasnya.

Kompleks Masjid al-Aqsha memiliki luas sekira 144 ribu meter persegi. Bentuknya menyerupai sebuah persegi panjang dengan sisi-sisi yang kurang teratur. Sebab, panjang tembok yang terletak di empat arah mata angin berlainan, yakni tembok timur (491 m), tembok barat (462 m), tembok utara (310 m), dan tembok selatan (281 m).

Seluruh yang ada di dalam kawasan yang terlindungi keempat sisi tembok tersebut merupakan satu kesatuan, yakni Masjid al-Aqsha. Kesuciannya pun meliputi seluruh tanah tersebut. Alhasil, yang dinamakan sebagai “Masjid al-Aqsha” bukanlah hanya satu bangunan. Ia bukan cuma, umpamanya, masjid yang berkubah emas (Kubah ash-Shakhrah) atau perak (Jami’ Qibli).

Mahdy Saied RK dalam buku Fadhailu al-Masjidi al-Aqsha wa Madinati Baiti al-Maqdisi wa ar-Raddu ‘alaa Mazaa'imi al-Yahudi memaparkan bagian-bagian dari Masjid al-Aqsha sebagai berikut.

photo
Masjid Jami Qibli yang menjadi salah satu bagian dari Masjid al-Aqsha. - (DOK WIKIPEDIA)

Pertama, Masjid Qadim. Dinamakan demikian karena bangunan ini lebih dahulu didirikan daripada bagian-bagian lain di al-Aqsha. Nama lainnya adalah Masjid Janubi atau Masjid Jami’ Qibli karena letaknya di arah kiblat.

Pendirinya adalah Umar bin Khattab, sang khalifah yang berhasil membebaskan al-Quds dari jajahan Romawi. Adapun bentuknya yang dapat dijumpai hingga kini merupakan legasi dari Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan putranya, Malik.

Masjid berkubah perak ini mengambil luas 4.500 meter persegi dari total luas al-Aqsha, sedangkan kapasitasnya meliputi 5.500 jamaah. Berdekatan dengan itu, ada Masjid Umar dan Mushalla Qadim. Masjid Umar memiliki atap yang bersambung dengan Jami’ Qibli. Adapun Mushalla Qadim terdiri atas dua paviliun yang bisa menampung hingga seribu jamaah.

photo
Masjid Qubbat ash-Shakhrah. Di dalamnya, terdapat batu yang diyakini pernah dihampiri Nabi SAW dalam perjalanannya sebelum Miraj ke Langit Ketujuh. - (DOK PIXABAY)

Kedua, Masjid Qubbat ash-Shakhrah. Ia disebut pula sebagai Dome of the Rock atau Masjid Kubah Batu. Banyak gambar tentang Masjid al-Aqsha yang beredar di dunia nyata maupun maya menempatkan Kubah ash-Shakhrah di tengah-tengah.

Hal itu wajar kiranya bila sang pembuat gambar ingin menunjukkan keanggunan tanah suci di al-Quds tersebut. Sebab, bangunan yang didirikan raja Dinasti Umayyah, Abdul Malik bin Marwan, itu bisa dianggap sebagai komponen yang keindahannya paling mencolok di antara seluruh bagian al-Aqsha.

Kubah ash-Shakhrah berwarna emas terang. Diameternya mencapai 20 meter dengan ketinggian 10 meter, sedangkan jaraknya dari permukaan tanah ialah 30 meter. Berbeda dengan umumnya seluruh al-Aqsha yang menampilkan corak arsitektur Islam klasik, gaya bangunan Masjid Kubah Batu terinspirasi budaya Romawi Timur (Bizantium).

Nama lainnya adalah Kubah Batu karena di bawahnya terdapat batu (shakhrah) yang berukuran 56x42 kaki persegi. Muslimin meyakini, pada batu itulah Nabi Muhammad SAW mulai melakukan Mi’raj.

Karena itu, kesuciannya sering disepadankan dengan Hajar al-Aswad di Masjidil Haram. Di bawah shakhrah, terdapat gua segi empat yang luasnya 4,5x4,5 meter persegi dan tingginya 1,5 meter.

photo
Bagian dalam dari Masjid al-Buraq, salah satu bangunan di al-Aqsha. Di sinilah, al-Buraq atau kendaraan yang ditunggangi Nabi SAW saat Isra dan Miraj diyakini ditambatkan. - (DOK islamiclandmarks)

Ketiga, ada Masjid al-Buraq sebagai salah satu tempat di dalam kompleks al-Aqsha. Dinamakan demikian karena di sanalah al-Buraq—kendaraan Nabi SAW saat melakukan Isra dan Mi’raj—ditambatkan.

Seperti ash-Shakhrah, pembangunannya bermula sejak era Bani Umayyah. Namun, bentuknya yang dapat dilihat sekarang adalah hasil renovasi yang dikerjakan sultan zaman Dinasti Mamluk. Masjid seluas 100 meter persegi ini terletak di samping tembok barat al-Aqsha. Kaum Zionis kerap memicu konflik di sana karena merasa tembok masjid tersebut adalah bagian dari sisa-sisa Haikal Sulaiman, yakni Tembok Ratapan.

Dalam area al-Aqsha, tepatnya pada sisi barat daya, terdapat Masjid al-Magharibah yang dibangun Sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Selain itu, ada pula Mushalla an-Nisa. Dahulu, bagian dari tanah suci ini, sesuai namanya, menjadi tempat bagi jamaah perempuan. Namun, kini ia merupakan pusat perpustakaan al-Aqsha.

Adapun pada sisi tenggara al-Aqsha, ada Mushalla al-Marwani. Bangunan seluas 4.000 meter persegi itu didirikan Khalifah Walid bin Abdul Malik. Sewaktu al-Quds diserbu Pasukan Salib, bagian al-Aqsha ini diubah menjadi kandang kuda.

photo
Mushalla al-Marwani, salah satu bagian dari Masjid al-Aqsha, memiliki luas 4.000 m persegi. - (DOK AQSA INSTITUTE)

Masjid al-Aqsha memiliki 15 gerbang yang terletak di sepanjang tembok pagarnya. Mereka adalah Gerbang al-Qaththanin, al-Mathharah, as-Silsilah, al-Magharibah, an-Nazhir, al-Hadid, al-Ghawanimah, al-Asbath, al-Hiththah, dan al-Atam. Gerbang al-Magharibah disebut pula Gerbang Buraq karena dekat dengan tembok Masjid al-Buraq.

Namun, ada satu gerbang pada tembok tersebut yang kini sudah ditutup paksa Yahudi karena diklaim sebagai bagian dari Tembok Ratapan. Itu dinamakan sebagai Gerbang Nabi karena diyakini Nabi SAW masuk ke dalam al-Aqsha melaluinya. “Senasib” dengan Gerbang Nabi ialah Gerbang ar-Rahmah, al-Janaiz, al-Muzdawaj, dan al-Munfarid. Keempatnya telah diblokade permanen pihak Zionis.

 
Seperti halnya Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, pesona Masjid al-Aqsha pun diperindah dengan adanya menara-menara.
 
 

Seperti halnya Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, pesona Masjid al-Aqsha pun diperindah dengan adanya menara-menara. Lokasinya berada persis di atas berbagai gerbang al-Aqsha, seperti Gerbang al-Magharibah, as-Silsilah, atau al-Asbath.

Selain menara, ada pula kubah-kubah yang memiliki kekhasan tersendiri dalam al-Aqsha. Di samping kubah emas dan perak yang terpasang pada Masjid Qubbat ash-Shakhrah dan Jami’ Qibli, terdapat beberapa kubah lagi yang menarik perhatian.

Misalnya, Kubah Nabi yang terletak di sisi barat Qubbat ash-Shakhrah. Kubah yang dibangun pada abad ke-16 M itu menandakan titik tempat Nabi SAW diyakini pernah mendirikan shalat saat Isra-Mi’raj. Namun, tak ada keterangan yang sahih untuk memastikan klaim ini.

Berdasarkan hadis-hadis, beliau memang masuk Masjid al-Aqsha dan berjalan di dalamnya sehingga memunggungi ash-Shakhrah, lalu shalat. Namun, di titik mana persisnya dalam al-Aqsha beliau shalat, tidak ada yang tahu.

 
Tercatat, ada 25 sumur di dalam kompleks suci itu.
 
 

Contoh lain konstruksi kubah dalam al-Aqsha ialah Kubah al-Khalili. Letaknya di sisi utara Qubbat ash-Shakhrah. Bangunan itu didirikan Kesultanan Turki Utsmaniyah pada awal abad ke-18 untuk menghormati seorang pakar fikih, Syekh Muhammad al-Khalili yang wafat pada 1734 M.

Untuk pengairan, Masjid al-Aqsha mengandalkan sumber-sumber air yang terpancar dari dalam tanah setempat. Tercatat, ada 25 sumur di dalam kompleks suci itu.

Masing-masing digali pada masa yang berbeda-beda. Dari jumlah tersebut, setidaknya ada dua sumur terpenting karena terus mengalirkan air hingga kini, yaitu Sumur al-Jannah dan Rumanah.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Islamic History & Post (isslamichistory)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat