Karyawan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Dinar Ashri menunjukkan buku produk tabungan syariah Dinar Qurban di Mataram, NTB, Jumat (15/2/2019). Tabungan Dinar Qurban adalah salah satu produk tabungan syariah BPRS Dinar Ashri yang diperuntukkan bagi | ANTARA FOTO

Ekonomi

BI dan INCIEF Kerja Sama Riset Ekonomi Syariah

Ekonomi syariah harus menjadi solusi keuangan global.

JAKARTA — Bank Indonesia Institute (BI Institute) menjalin kerja sama dengan INCEIF dari Bank Negara Malaysia dalam hal riset ekonomi dan keuangan syariah. Kerja sama ini berupaya untuk membina dan mempromosikan riset dan penelitian yang berkontribusi secara global.

"Dalam pandangan kami, melalui keragaman dalam pendekatan dan tradisi intelektual, kita akan mendapatkan kebijakan ekonomi alternatif dan inovatif untuk mengatasi tantangan global yang semakin meningkat di depan, di era pasca Covid19," kata Direktur BI Institute, Solikin M Juhro dalam Webinar Series ISEF, Kamis (24/9).

Perlunya riset dalam ekonomi dan keuangan syariah bisa menjadi respon efektif terhadap tantangan yang ada saat ini. Para ekonom, termasuk civitas akademis bisa meriset berbagai dinamika ekonomi syariah sebagai respons terhadap kebijakan ekonomi yang tepat dan tepat waktu.

Para akademisi di bidang ekonomi dan keuangan Islam, khususnya, diberikan kesempatan untuk memberikan rekomendasi konkrit dan bisa diterapkan untuk mengatasi tiga tantangan global saat ini. Mulai dari pemanasan global, digitalisasi hingga menyusutnya pasar tenaga karena pandemi.

Kedepan, Bank Indonesia Institute akan mendorong penelitian yang lebih berorientasi kebijakan pada isu-isu frontier. Seperti risiko iklim dan stabilitas keuangan, penyesuaian pasar tenaga kerja di tengah perubahan teknologi dan digitalisasi.

"Oleh karena itu, topik-topik frontier tersebut telah kami masukkan ke dalam agenda penelitian kami di BI Institute," katanya.

Untuk lebih mendukung pembelajaran dan penelitian kebijakan di bidang frontier, BI Institute juga menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga terkemuka di kawasan. Hari ini, BI Institute secara resmi akan memulai kerja sama strategis dengan INCEIF.

Penandatanganan Nota Kerja Sama antara kedua lembaga terkemuka untuk riset dan penelitian lanjutan di kawasan telah dilakukan. INCEIF yang didirikan oleh Bank Negara Malaysia, adalah universitas terakreditasi untuk Keuangan Islam.

Mantan Gubernur Bank Negara Malaysia tahun 2000-2016, Tan Sri Zeti Akhtar Aziz mengingatkan pentingnya dukungan riset terapan terkait pembiayaan sosial syariah. Terutama dengan pemanfaatan teknologi finansial, misalnya untuk zakat, waqaf dan sedekah.

"Ini diperlukan untuk dapat mengoptimalkan dampak sosialnya," katanya dalam Webinar Series ISEF, Kamis (24/9).

photo
Aktivitas di stand BTPN Syariah, Jakarta, Jumat (20/10). PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah (BTPN Syariah) mendorong inklusi keuangan melalui pembiayaan syariah - (Yasin Habibi/ Republika)

Perhatian terhadap kelompok masyarakat yang belum terjangkau layanan perbankan dinilai perlu menjadi fokus saat ekonomi memasuki proses pemulihan. Hal itu mengingat kelompok masyarakat tersebut mendapat perhatian dari berbagai program bantuan sosial Pemerintah maupun pihak lain di saat terjadinya pandemi Covid-19.

Riset yang kuat di bidang ekonomi dan keuangan syariah diyakini dapat menjadi modal penting untuk menjawab tantangan ekonomi khususnya di era pascapandemi Covid-19 saat ini. Sebagai langkah konkrit, Bank Indonesia Institute memulai kerja sama dengan International Centre for Education in Islamic Finance (INCEIF).

Memorandum of Commitment (MOC) untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang riset dan edukasi, khususnya dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Ruang lingkup kerja sama secara spesifik meliputi bidang pembelajaran atau pelatihan, penelitian, dan kegiatan atau program bersama.

Kedua lembaga meyakini bahwa kerja sama tersebut dapat mengatasi keterbatasan sumber daya manusia, baik secara kuantitas maupun kualitas, dalam bidang Ekonomi dan Keuangan Syariah. Perekonomian sendiri menghadapi tiga tantangan penting pascapandemi Covid–19 yang perlu menjadi fokus pemikiran.

Pertama, ekosistem dan sumber daya alam yang pulih saat terjadi pandemi Covid-19 dapat tetap terjaga ketika aktivitas ekonomi kembali meningkat. Kedua, penyesuaian ketenagakerjaan seiring perubahan kebutuhan keahlian yang dipicu perkembangan teknologi.

Ketiga, perkembangan teknologi digital yang merubah berbagai aspek kehidupan dan makin terakselerasi saat terjadi pandemi Covid-19. Bank Indonesia berpandangan bahwa melalui beragam pendekatan dan tradisi intelektual dapat dikembangkan berbagai aternatif kebijakan yang inovatif untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

Pendampingan

photo
Direktur Distribution and Sales Mandiri Syariah Anton Sukarna menyapa nasabah pada hari pelanggan di digital branch Thamrin, Jakarta, (3/9). Mandiri Syariah terus melakukan digitalisasi layanan termasuk tampilan dan bisnis proses di digital branch, tarik tunai tanpa kartu ATM, pembukaan rekening online melalui smartphone, dll - (Tahta Aidilla/Republika)

Lembaga keuangan syariah mengutamakan pendampingan dan peningkatan kapasitas bagi pelaku UMKM. Pendampingan ini diterjemahkan dalam sejumlah program dan aktivitas, mulai dari kegiatan pelatihan rutin hingga membangun ekosistem yang saling mengembangkan UMKM.

Salah satu bank yang memasukan program pendampingan pada model bisnis adalah BTPN Syariah yang fokus pada nasabah perempuan prasejahtera produktif. Chief of Financing Business BTPN Syariah, Dwiyono Bayu Winantio mengatakan pendampingan dilakukan secara berkala dan mingguan sekaligus untuk membayar kewajiban cicilan pembiayaan.

"Kami melakukan pendampingan ini khusus untuk membuat nasabah lebih berdaya, bisa meningkatkan kapasitasnya di bidang kesehatan, pengetahuan kewirausahaan dan lingkungan," katanya Webinar KNEKS: Alternatif Pembiayaan dan Pendanaan Syariah bagi UMKM Industri Halal, Kamis (24/9).

Sejak didirikan 2010, BTPN Syariah menganut model bisnis pembiayaan kelompok. Target pasarnya adalah 45 juta kelompok pra sejahtera yang punya pendapatan kurang dari Rp 20 ribu per hari. Saat ini total nasabah BTPN Syariah mencapai lima juta dengan 3,5 juta nasabah aktif.

Pembiayaan kelompok ini juga dianut oleh Bank Wakaf Mikro yang fokus meningkatkan perekonomi masyarakat di sekitar pesantren. Advisor OJK Bidang Perluasan Market Akses, Ahmad Buchori mengatakan Bank Wakaf Mikro ini juga mengusung pertemuan kelompok yang dilakukan mingguan.

"Dalam pertemuan tersebut ada program pelatihan dan pendampingan untuk para nasabah agar bisa meningkatkan kapasitasnya," katanya.

Sementara itu, program peningkatan kapasitas juga dikembangkan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Amanah Ummah. Direktur BPRS Amanah Ummah Bogor, Abduh Khalid mengatakan menghubungkan antara usaha nasabah merupakan bentuk pengembangan UMKM.

Ini termasuk dalam prinsip pengelolaan pembiayaan UMKM dari sisi kedekatan hubungan. Lembaga keuangan syariah harus memiliki keunggulan fokus pada tumbuh bersama antara bank dan nasabah yang dianggap sebagai mitra.

"Kami bangun ekosistem yang bisa bantu menghubungkan antar nasabah untuk membentuk jaringan dan pemasaran," katanya.

Saat menghadapi permasalahan pun, BRPS mengutamakan musyawarah. Seperti saat terjadi kesulitan pembayaran karena terdampak pandemi, musyawarah adalah jalan yang ditempuh untuk mencari jalan keluar.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat